Serunya Workshop Seni Utama Sama Sama: Olah Rasa, Eksplorasi, dan Refleksi di Patjarmerah Kecil
02 July 2024 |
19:14 WIB
Festival literasi dan pasar buku keliling, Patjarmerah Kecil digelar sejak 29 Juni sampai 7 Juli 2024 di 2024 di Pos Bloc Jakarta. Pada acara ini, pengunjung dapat mengikuti berbagai kegiatan mulai dari membaca dan berbelanja buku, mendengarkan dan menulis dongeng, workshop penulisan, berdiskusi, hingga menonton pertunjukan.
Salah satu workshop menarik yang digelar pada hari ketiga Patjarmerah Kecil, yakni Senin (1/7/2024) adalah Seni Utama Sama Sama: Olah Rasa, Eksplorasi, dan Refleksi yang diisi oleh psikolog Adi Chandra dari Rupaswarajiwa. Acara yang bertempat di Kedai Patjarmera ini diikuti oleh 10 orang sehingga suasananya lebih intim dan bersahabat.
Baca juga: Kenalan dengan Komunitas Ayo Dongeng Indonesia & Gulali Festival di Event Patjarmerah Kecil
Psikolog Adi Chandra memulai sesi workshop dengan membagikan kartu refleksi untuk semua peserta yang hadir. Setiap orang akan diberi beberapa pertanyaan yang mengajak kita untuk menyelami kembali memoti masa kecil. Beberapa contoh pertanyaannya seperti 'Bentuk dan bau apa yang mengingatkanmu pada masa kecil?'.
Kemudian setiap orang akan membacakan jawaban dan cerita menarik di baliknya tentang memori masa kecil mereka.
"Dalam sesi ini, diharapkan kita bisa mengolah rasa, mengeksplorasi, dan merefleksikannya," kata Adi, di Kedai Patjarmera.
Lebih lanjut dia juga memaparkan, sambil mendengarkan cerita orang lain, diharapkan kita bisa menumbuhkan rasa empati dan mengenal setiap orang secara mendalam. Sesi kedua dalam olah rasa, eksplorasi, dan refleksi dilakukan melalui art therapy.
Adapun art therapy atau terapi seni adalah salah satu jenis psikoterapi yang menggunakan seni sebagai media utamanya. Terapi ini sudah digunakan sejak lama sebagai cara untuk menenangkan dan meningkatkan kesadaran diri bagi seseorang yang memiliki tekanan psikologis atau gangguan mental.
"Kali ini art therapy yang kita lakukan adalah dengan metode menggambar," ujar Adi.
Setiap orang diharuskan untuk menggambar telapak tangannya dengan satu tarikan garis tanpa putus, sambil menutup mata. Lalu menggambar yang kedua kalinya secara bebas dengan mata terbuka. Masing-masing peserta dapat mengungkapkan perasaan mereka, apa perbedaannya saat menggambar dengan mata tertutup dan mata terbuka.
Salah seorang peserta memaparkan, saat menutup mata dia bisa menggambar dengan bebas walaupun takut salah. Selain itu juga, membuat pikirannya fokus pada satu hal, tanpa memikirkan apapun di sekitarnya. Sementara, saat membuka mata dia jadi berambisi untuk menggambar dengan bagus.
Kebalikannya, peserta yang lain justru merasa takut salah saat menggambar dengan mata tertutup. Ini juga membuatnya jadi sulit memusatkan pikiran karena khawatir hasil gambarnya jelek. Dia merasa percaya diri saat menggambar sambil membuka mata karena tahu apa yang harus dilakukan.
Adi memaparkan, sebetulnya tidak ada yang benar dan salah dengan semua perasaan tersebut. Diharapkan masing-masing peserta bisa mengenali emosi dalam dirinya dan menerapkan mindfullness untuk meningkatkan kesadaran diri dan menghilangkan stres.
Kegiatan selanjutnya, Adi menginstruksikan peserta untuk menceritakan dirinya sendiri dalam beberapa kata di samping gambar telapak tangan. Mereka lalu memperkenalkan dirinya dan sepotong cerita hidupnya untuk dibagikan dengan peserta yang hadir. Kegiatan ini juga sekaligus menjadi ajang untuk saling mengenal dan menumbuhkan empati dengan mendengarkan dan menyimak cerita orang lain.
Setelahnya, para peserta diajak untuk masuk ke sesi kolaborasi menggambar. Tim panitia telah menyiapkan kertas yang membentang sepanjang satu meter lebih. Para peserta disuruh untuk menggambar bersama-sama. Boleh menggambar dirinya sendiri atau suatu objek yang mewakilinya, berdasarkan cerita tentang dirinya tadi.
"Sekarang dari 10 gambar ini, kita akan membuat cerita bersambung dan lalu diberi judul," ujar Adi.
Salah seorang peserta kemudian menciptakan sebuah cerita dari gambar yang dibuat oleh 10 orang yang hadir di sesi tersebut. Menurut Adi, kegiatan ini menjadi cara untuk mengekspresikan diri, melatih fokus, serta mengembangkan imajinasi dan kreativitas dengan cara yang menyenangkan. Workshop yang berlangsung sejak 16.30-19.00 tersebut akhirnya ditutup dengan sesi foto bersama.
Baca juga: Proses Kreatif A Bucket of Beetles, dari Panggung Teater Boneka ke Buku Cerita Bergambar
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Salah satu workshop menarik yang digelar pada hari ketiga Patjarmerah Kecil, yakni Senin (1/7/2024) adalah Seni Utama Sama Sama: Olah Rasa, Eksplorasi, dan Refleksi yang diisi oleh psikolog Adi Chandra dari Rupaswarajiwa. Acara yang bertempat di Kedai Patjarmera ini diikuti oleh 10 orang sehingga suasananya lebih intim dan bersahabat.
Baca juga: Kenalan dengan Komunitas Ayo Dongeng Indonesia & Gulali Festival di Event Patjarmerah Kecil
Psikolog Adi Chandra memulai sesi workshop dengan membagikan kartu refleksi untuk semua peserta yang hadir. Setiap orang akan diberi beberapa pertanyaan yang mengajak kita untuk menyelami kembali memoti masa kecil. Beberapa contoh pertanyaannya seperti 'Bentuk dan bau apa yang mengingatkanmu pada masa kecil?'.
Kemudian setiap orang akan membacakan jawaban dan cerita menarik di baliknya tentang memori masa kecil mereka.
"Dalam sesi ini, diharapkan kita bisa mengolah rasa, mengeksplorasi, dan merefleksikannya," kata Adi, di Kedai Patjarmera.
Lebih lanjut dia juga memaparkan, sambil mendengarkan cerita orang lain, diharapkan kita bisa menumbuhkan rasa empati dan mengenal setiap orang secara mendalam. Sesi kedua dalam olah rasa, eksplorasi, dan refleksi dilakukan melalui art therapy.
Adapun art therapy atau terapi seni adalah salah satu jenis psikoterapi yang menggunakan seni sebagai media utamanya. Terapi ini sudah digunakan sejak lama sebagai cara untuk menenangkan dan meningkatkan kesadaran diri bagi seseorang yang memiliki tekanan psikologis atau gangguan mental.
"Kali ini art therapy yang kita lakukan adalah dengan metode menggambar," ujar Adi.
Setiap orang diharuskan untuk menggambar telapak tangannya dengan satu tarikan garis tanpa putus, sambil menutup mata. Lalu menggambar yang kedua kalinya secara bebas dengan mata terbuka. Masing-masing peserta dapat mengungkapkan perasaan mereka, apa perbedaannya saat menggambar dengan mata tertutup dan mata terbuka.
Salah seorang peserta memaparkan, saat menutup mata dia bisa menggambar dengan bebas walaupun takut salah. Selain itu juga, membuat pikirannya fokus pada satu hal, tanpa memikirkan apapun di sekitarnya. Sementara, saat membuka mata dia jadi berambisi untuk menggambar dengan bagus.
Sesi kolaborasi menggambar (Sumber Foto: Hypeabis.id/Kintan Nabila)
Adi memaparkan, sebetulnya tidak ada yang benar dan salah dengan semua perasaan tersebut. Diharapkan masing-masing peserta bisa mengenali emosi dalam dirinya dan menerapkan mindfullness untuk meningkatkan kesadaran diri dan menghilangkan stres.
Kegiatan selanjutnya, Adi menginstruksikan peserta untuk menceritakan dirinya sendiri dalam beberapa kata di samping gambar telapak tangan. Mereka lalu memperkenalkan dirinya dan sepotong cerita hidupnya untuk dibagikan dengan peserta yang hadir. Kegiatan ini juga sekaligus menjadi ajang untuk saling mengenal dan menumbuhkan empati dengan mendengarkan dan menyimak cerita orang lain.
Setelahnya, para peserta diajak untuk masuk ke sesi kolaborasi menggambar. Tim panitia telah menyiapkan kertas yang membentang sepanjang satu meter lebih. Para peserta disuruh untuk menggambar bersama-sama. Boleh menggambar dirinya sendiri atau suatu objek yang mewakilinya, berdasarkan cerita tentang dirinya tadi.
"Sekarang dari 10 gambar ini, kita akan membuat cerita bersambung dan lalu diberi judul," ujar Adi.
Salah seorang peserta kemudian menciptakan sebuah cerita dari gambar yang dibuat oleh 10 orang yang hadir di sesi tersebut. Menurut Adi, kegiatan ini menjadi cara untuk mengekspresikan diri, melatih fokus, serta mengembangkan imajinasi dan kreativitas dengan cara yang menyenangkan. Workshop yang berlangsung sejak 16.30-19.00 tersebut akhirnya ditutup dengan sesi foto bersama.
Baca juga: Proses Kreatif A Bucket of Beetles, dari Panggung Teater Boneka ke Buku Cerita Bergambar
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.