Sering Dikira Mirip Cacar, Ini Gejala & Karakteristik Khusus Mpox yang Wajib Diketahui
26 August 2024 |
08:36 WIB
Status darurat kesehatan yang diberikan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk Mpox membuat negara-negara bergerak melakukan antisipasi. Seperti diketahui, Mpox merupakan jenis penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia yang bersifat dapat sembuh dengan sendirinya.
Keberadaan Mpox disebabkan oleh virus golongan orthopox virus yaitu virus Human Monkeypox yang dibawa oleh tikus Afrika serta hewan pengerat, hewan liar lainnya, atau hewan primata.
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Penyakit Tropik Infeksi RS Pondok Indah Bintaro Jaya, Hadianti Adlani, meski virus ini banyak menular lewat kontak seksual, anak-anak bisa menjadi kelompok rentan yang paling berbahaya jika terserang virus ini.
Baca juga: Simak Perkembangan Kasus Mpox di Indonesia, Tetap Waspada
Umumnya, jika sudah terkena virus ini, maka pasien akan memiliki kekebalan terhadap penyakitnya hingga 85 persen. Kekebalan ini sama dengan seseorang yang sudah pernah mendapatkan vaksinasi cacar smallpox.
“Namun, jika daya tahan tubuh menurun, seperti pada kondisi seseorang yang disebut immunocompromised, maka bisa saja terserang kembali atau terkena lebih dari satu kali,” jelas Hadianti.
Ketidaktahuan masyarakat akan tanda dan gejala Mpox membuat penyakit ini sering mendapat keterlambatan penanganan. Sebab, gejala di permukaannya memang mirip seperti cacar. Hadianti menegaskan jika gejala Mpox yang lebih ringan daripada cacar bisa berakibat fatal.
Jika penanganan kian terlambat, penyakit ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti infeksi bakteri sekunder, gangguan pernapasan, seperti pneumonia, sepsis, dan gangguan pada mata berupa penurunan penglihatan, bahkan kebutaan.
“Mpox juga bisa menimbulkan akibat yang fatal hingga kematian, utamanya pada anak-anak dengan angka kasus fatal mencapai 1-10 persen,” tegasnya.
Kemungkinan kematian dari penyakit Mpox ini berkisar 3-6 persen. Masyarakat dapat melihat ciri khas berupa pembesaran kelenjar getah bening yang khas jika dibandingkan jenis penyakit cacar. Namun, pasien sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit tropik infeksi setelah mengenal gejala.
Pasalnya, diagnosis yang terkonfirmasi hanya dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dengan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) pada spesimen swab tonsilar, swab nasofaring, cairan lesi, dan serum. “Pasien juga sebaiknya segera ke dokter jika pernah kontak dengan darah, cairan tubuh, dan lesi kulit atau mukosa hewan atau manusia yang terinfeksi penyakit ini,” imbuhnya.
Selain itu, kemunculan ruam atau lesi pada kulit juga perlu diperhatikan. Biasanya, ruam tersebut muncul dalam 1-3 hari setelah gejala awal. Menurutnya, bintik merah seperti cacar lepuh berisi cairan bening ataupun lepuh berisi nanah juga harus diperhatikan. Biasanya, lesi akan berlubang dan bernanah di seluruh tubuh setelah melewati 7 hari pertama.
Dia merekomendasikan masyarakat untuk melakukan langkah-langkah pencegahan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti rutin mencuci tangan. Masyarakat juga diharapkan dapat menghindari kontak langsung dengan tikus, primata, atau hewan yang mati mendadak atau sedang sakit.
Apabila ada rekan atau anggota keluarga yang menderita Mpox, disarankan untuk menghindari kontak fisik dengan penderita atau material yang terkontaminasi penderita. Masker dan alat pelindung diri juga wajib digunakan apabila dalam keadaan genting harus mengurus pasien yang terkena Mpox. Permukaan benda yang sering disentuh banyak orang juga sebaiknya rutin dibersihkan.
Tak kalah penting, Hadianti menyarankan agar masyarakat memasak makanan hingga matang, terutama untuk daging maupun jeroan hewan. Terakhir, menerapkan perilaku seks yang aman dengan tidak bergonta-ganti pasangan.
Baca juga: WHO Temukan 3 Kasus Mpox Baru di Dunia, Ada Varian Clade 1B yang Berbahaya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Keberadaan Mpox disebabkan oleh virus golongan orthopox virus yaitu virus Human Monkeypox yang dibawa oleh tikus Afrika serta hewan pengerat, hewan liar lainnya, atau hewan primata.
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Penyakit Tropik Infeksi RS Pondok Indah Bintaro Jaya, Hadianti Adlani, meski virus ini banyak menular lewat kontak seksual, anak-anak bisa menjadi kelompok rentan yang paling berbahaya jika terserang virus ini.
Baca juga: Simak Perkembangan Kasus Mpox di Indonesia, Tetap Waspada
Umumnya, jika sudah terkena virus ini, maka pasien akan memiliki kekebalan terhadap penyakitnya hingga 85 persen. Kekebalan ini sama dengan seseorang yang sudah pernah mendapatkan vaksinasi cacar smallpox.
“Namun, jika daya tahan tubuh menurun, seperti pada kondisi seseorang yang disebut immunocompromised, maka bisa saja terserang kembali atau terkena lebih dari satu kali,” jelas Hadianti.
Ketidaktahuan masyarakat akan tanda dan gejala Mpox membuat penyakit ini sering mendapat keterlambatan penanganan. Sebab, gejala di permukaannya memang mirip seperti cacar. Hadianti menegaskan jika gejala Mpox yang lebih ringan daripada cacar bisa berakibat fatal.
Jika penanganan kian terlambat, penyakit ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti infeksi bakteri sekunder, gangguan pernapasan, seperti pneumonia, sepsis, dan gangguan pada mata berupa penurunan penglihatan, bahkan kebutaan.
“Mpox juga bisa menimbulkan akibat yang fatal hingga kematian, utamanya pada anak-anak dengan angka kasus fatal mencapai 1-10 persen,” tegasnya.
Kemungkinan kematian dari penyakit Mpox ini berkisar 3-6 persen. Masyarakat dapat melihat ciri khas berupa pembesaran kelenjar getah bening yang khas jika dibandingkan jenis penyakit cacar. Namun, pasien sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit tropik infeksi setelah mengenal gejala.
Pasalnya, diagnosis yang terkonfirmasi hanya dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dengan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) pada spesimen swab tonsilar, swab nasofaring, cairan lesi, dan serum. “Pasien juga sebaiknya segera ke dokter jika pernah kontak dengan darah, cairan tubuh, dan lesi kulit atau mukosa hewan atau manusia yang terinfeksi penyakit ini,” imbuhnya.
Gejala Mpox
Hadianti menjelaskan beberapa gejala awal Mpox yang perlu diperhatikan, antara lain demam tinggi lebih dari 38 derajat celsius, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening yang dapat dirasakan di leher, ketiak, ataupun selangkangan, nyeri otot atau punggung, hingga badan terasa lemas.Selain itu, kemunculan ruam atau lesi pada kulit juga perlu diperhatikan. Biasanya, ruam tersebut muncul dalam 1-3 hari setelah gejala awal. Menurutnya, bintik merah seperti cacar lepuh berisi cairan bening ataupun lepuh berisi nanah juga harus diperhatikan. Biasanya, lesi akan berlubang dan bernanah di seluruh tubuh setelah melewati 7 hari pertama.
Dia merekomendasikan masyarakat untuk melakukan langkah-langkah pencegahan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti rutin mencuci tangan. Masyarakat juga diharapkan dapat menghindari kontak langsung dengan tikus, primata, atau hewan yang mati mendadak atau sedang sakit.
Apabila ada rekan atau anggota keluarga yang menderita Mpox, disarankan untuk menghindari kontak fisik dengan penderita atau material yang terkontaminasi penderita. Masker dan alat pelindung diri juga wajib digunakan apabila dalam keadaan genting harus mengurus pasien yang terkena Mpox. Permukaan benda yang sering disentuh banyak orang juga sebaiknya rutin dibersihkan.
Tak kalah penting, Hadianti menyarankan agar masyarakat memasak makanan hingga matang, terutama untuk daging maupun jeroan hewan. Terakhir, menerapkan perilaku seks yang aman dengan tidak bergonta-ganti pasangan.
Baca juga: WHO Temukan 3 Kasus Mpox Baru di Dunia, Ada Varian Clade 1B yang Berbahaya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.