WHO Temukan 3 Kasus Mpox Baru di Dunia, Ada Varian Clade 1B yang Berbahaya
25 August 2024 |
17:17 WIB
Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Mpox sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) pada 14 Agustus 2024, kini tercatat ada tiga kasus baru yang ditemukan di luar Afrika.
Ketiga kasus tersebut ditemukan di Swedia pada 15 Agustus, Filipina pada 19 Agustus, dan Thailand pada 22 Agustus. Kasus baru di Swedia dan Thailand ini memiliki riwayat perjalanan ke Republik Demokratik Kongo, dengan varian Clade 1B. Sementara itu, kasus baru di Filipina merupakan transmisi lokal dan tidak ada riwayat perjalanan, dengan varian Clade 2B.
Adapun Mpox varian Clade 1B sendiri belum terdeteksi di Indonesia, meski begitu pemerintah dan semua lapisan masyarakat tetap perlu waspada. Kementerian Kesehatan Indonesia baru-baru ini melaporkan bahwa kasus Mpox (cacar monyet) yang terdeteksi di Indonesia masih disebabkan oleh Clade 2B, yang sebelumnya menjadi perhatian global pada 2022-2023.
“Yang di Swedia dan Filipina sudah menjalani perawatan dan kondisinya membaik. Sementara yang di Thailand karena kasusnya baru, saat ini baru mulai pengobatan,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), M Syahril, dikutip dari laman Kemenkes, Minggu (25/8/2024).
Baca juga: Yuk Pahami Perbedaan Virus Covid-19, Mpox Sebelumnya dari Mpox Terbaru
Seperti yang diketahui, terdapat dua Clade Monkeypox virus, yakni Clade I berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1A dan 1B. Subclade 1A ini memiliki case fatality rate (CFR) atau angka kematian lebih tinggi daripada clade lain, dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi. Sementara itu, subclade 1B ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11 persen.
Varian Clade 1B dianggap lebih menular dibanding varian Clade 1 dan Clade 2. Clade 1B menimbulkan kekhawatiran global karena penyebarannya yang cepat dan minimnya informasi mengenai jenis ini. Penyakit ini menyebar melalui kontak dekat, termasuk kontak seksual.
Egide Irambona (40 tahun) adalah salah satu pasien Mpox Clade 1B di Burundi, Afrika Timur. Kepada BBC dia mengatakan bahwa penyakit ini menyebabkan rasa sakit yang luar biasa sampai membuatnya tidak bisa tidur. "Saya mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan saya, kemudian rasa sakitnya mereda di sana dan berpindah ke kaki saya," katanya. .
Sementara itu, Mpox varian Clade 2 dengan subclade 2A dan 2B berasal dari Afrika Barat punya CFR 3,6 persen. Clade 2B menunjukkan angka kematian dan tingkat keparahan yang lebih rendah dibandingkan dengan Clade 1B, penyebabnya sebagian besar berasal dari kontak seksual yang menyebar pada saat wabah pada 2022.
Tercatat pada periode akhir Juni hingga 17 Agustus 2024, terdapat 25.337 kasus Mpox di dunia, dengan 34 kematian. Selain kontak seksual, penularan antara anggota keluarga (household transmission) juga diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya kasus pada anak-anak di Republik Demokratik Kongo.
“Semua kasus di Indonesia adalah varian Clade II, dan sejak terakhir dilaporkan masih belum ada penambahan kasus hingga saat ini,” kata Syahril.
Menyikapi perkembangan kasus saat ini, Syahril menjelaskan, negara-negara G20 dan ASEAN secara umum menerapkan skrining gejala pada pelaku perjalanan, yang dilanjutkan dengan tes PCR dan isolasi mandiri jika hasil tes positif. Lebih lanjut, dia juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap penularan Mpox dan melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan.
“Tentunya dengan membatasi kontak fisik/seksual pada penderita/suspek mpox, menghindari gonta-ganti pasangan seks, cuci tangan rutin,” ujarnya.
Baca juga: Pakar Kesehatan UGM: Gejala Mpox Lebih Ringan Tapi Berpotensi Jadi Wabah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Ketiga kasus tersebut ditemukan di Swedia pada 15 Agustus, Filipina pada 19 Agustus, dan Thailand pada 22 Agustus. Kasus baru di Swedia dan Thailand ini memiliki riwayat perjalanan ke Republik Demokratik Kongo, dengan varian Clade 1B. Sementara itu, kasus baru di Filipina merupakan transmisi lokal dan tidak ada riwayat perjalanan, dengan varian Clade 2B.
Adapun Mpox varian Clade 1B sendiri belum terdeteksi di Indonesia, meski begitu pemerintah dan semua lapisan masyarakat tetap perlu waspada. Kementerian Kesehatan Indonesia baru-baru ini melaporkan bahwa kasus Mpox (cacar monyet) yang terdeteksi di Indonesia masih disebabkan oleh Clade 2B, yang sebelumnya menjadi perhatian global pada 2022-2023.
“Yang di Swedia dan Filipina sudah menjalani perawatan dan kondisinya membaik. Sementara yang di Thailand karena kasusnya baru, saat ini baru mulai pengobatan,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), M Syahril, dikutip dari laman Kemenkes, Minggu (25/8/2024).
Baca juga: Yuk Pahami Perbedaan Virus Covid-19, Mpox Sebelumnya dari Mpox Terbaru
Seperti yang diketahui, terdapat dua Clade Monkeypox virus, yakni Clade I berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1A dan 1B. Subclade 1A ini memiliki case fatality rate (CFR) atau angka kematian lebih tinggi daripada clade lain, dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi. Sementara itu, subclade 1B ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11 persen.
Varian Clade 1B dianggap lebih menular dibanding varian Clade 1 dan Clade 2. Clade 1B menimbulkan kekhawatiran global karena penyebarannya yang cepat dan minimnya informasi mengenai jenis ini. Penyakit ini menyebar melalui kontak dekat, termasuk kontak seksual.
Egide Irambona (40 tahun) adalah salah satu pasien Mpox Clade 1B di Burundi, Afrika Timur. Kepada BBC dia mengatakan bahwa penyakit ini menyebabkan rasa sakit yang luar biasa sampai membuatnya tidak bisa tidur. "Saya mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan saya, kemudian rasa sakitnya mereda di sana dan berpindah ke kaki saya," katanya. .
Sementara itu, Mpox varian Clade 2 dengan subclade 2A dan 2B berasal dari Afrika Barat punya CFR 3,6 persen. Clade 2B menunjukkan angka kematian dan tingkat keparahan yang lebih rendah dibandingkan dengan Clade 1B, penyebabnya sebagian besar berasal dari kontak seksual yang menyebar pada saat wabah pada 2022.
Tercatat pada periode akhir Juni hingga 17 Agustus 2024, terdapat 25.337 kasus Mpox di dunia, dengan 34 kematian. Selain kontak seksual, penularan antara anggota keluarga (household transmission) juga diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya kasus pada anak-anak di Republik Demokratik Kongo.
Mpox di Indonesia
Adapun, Indonesia pertama kali melaporkan kasus Mpox pada 20 Agustus 2022, dengan satu kasus konfirmasi. Pada 2023, Indonesia kembali melaporkan kasus Mpox, yakni sebanyak 73 kasus konfirmasi, dan pada 2024 sebanyak 14 kasus. Total kasus di Indonesia hingga saat ini adalah 88 kasus.“Semua kasus di Indonesia adalah varian Clade II, dan sejak terakhir dilaporkan masih belum ada penambahan kasus hingga saat ini,” kata Syahril.
Menyikapi perkembangan kasus saat ini, Syahril menjelaskan, negara-negara G20 dan ASEAN secara umum menerapkan skrining gejala pada pelaku perjalanan, yang dilanjutkan dengan tes PCR dan isolasi mandiri jika hasil tes positif. Lebih lanjut, dia juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap penularan Mpox dan melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan.
“Tentunya dengan membatasi kontak fisik/seksual pada penderita/suspek mpox, menghindari gonta-ganti pasangan seks, cuci tangan rutin,” ujarnya.
Baca juga: Pakar Kesehatan UGM: Gejala Mpox Lebih Ringan Tapi Berpotensi Jadi Wabah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.