Tak Perlu Es Kutub Utara Mencair, Virus Kuno Sudah Ada di Sekitar Kita
05 September 2021 |
22:08 WIB
Manusia sejak dulu dihadapkan dengan virus. Bedanya saat ini, penyebaran antar manusia jauh lebih mudah karena mobilitas yang tinggi dan kemudahan transportasi antara satu wilayah ke wilayah yang lain. Bukan hanya virus varian baru, virus yang sudah ada sejak dulu sebenarnya masih beredar di sekitar kita hingga kini.
Dr Ines Atmosukarto, pemegang gelar doktor molekuler dan biologi seluler dari Universitas Adelaide, Australia mengatakan tidak perlu menunggu lapisan es seperti di Arktik, Kutub Utara mencair dan gletser surut dengan cepat, sejatinya kita sudah berdampingan dengan virus kuno sejak dahulu.
“TBC saja sebenarnya bakteri kuno. Dari zaman mesir kuno di dalam mumi sudah ada. Virus atau patogen yang ada di sekitar manusia itu bukan hanya satu, dua dekade,” ujarnya dalam bedah buku Wabah dan Pandemi karya Meera Senthilingam, Minggu (5/9/2021) malam.
Ya seperti pembahasan dalam buku karya jurnalis CNN tersebut bahwa pandemi bukan hanya Covid-19. Jauh sebelum itu ada deretan virus yang menginfeksi manusia, beberapa di antaranya seperti flu burung, ebola, SARS, MERS, hingga cacar. Tinggal bagaimana dunia menghadapi virus ini atau yang akan datang agar tidak menyebar begitu luas.
Sebab sesuai intisari buku Wabah dan Pandemi, pada akhirnya respon terhadap penyakit yang baru itu dasarannya sama yakni membendung, melakukan testing, isolasi, baru kemudian treatment.
Semua juga harus didasari pendekatan ilmiah. Beruntung di masa sekarang ini para ahli bisa dengan cepat melakukan identifikasi virus dan tak perlu waktu lama untuk menemukan penawarnya berupa vaksin.
“Saat ini kita memiliki teknologi yang canggih. Saya percaya 20 tahun lagi akan ada teknologi yang sekarang belum terbayangkan,” tuturnya.
Sosiolog Dr Roby Muhamad menerangkan sejatinya virus memang ada di sekeliling manusia, terutama hewan. Tinggal menunggu momentum saja virus dari hewan berkembang dan kemudian menginfeksi manusia seperti COvid-19 yang diidentifikasi berasal dari kelelawar.
“Ini pendekatannya sudah baku, ya antisipasi. Kita enggak tau binatang apa lagi yang simpan virus. Hanya butuh satu event, virus disebarkan,” sebutnya.
Namun memang pada masa sekarang ini, dari 8 miliar populasi manusia, hanya 1 orang saja bisa membuat pandemi yang skalanya besar. “Itu karena network airlines yang padat bisa membuat pandemi besar. Low probability event tapi dampaknya besar,” jelasnya.
Editor: M R Purboyo
Dr Ines Atmosukarto, pemegang gelar doktor molekuler dan biologi seluler dari Universitas Adelaide, Australia mengatakan tidak perlu menunggu lapisan es seperti di Arktik, Kutub Utara mencair dan gletser surut dengan cepat, sejatinya kita sudah berdampingan dengan virus kuno sejak dahulu.
“TBC saja sebenarnya bakteri kuno. Dari zaman mesir kuno di dalam mumi sudah ada. Virus atau patogen yang ada di sekitar manusia itu bukan hanya satu, dua dekade,” ujarnya dalam bedah buku Wabah dan Pandemi karya Meera Senthilingam, Minggu (5/9/2021) malam.
Ya seperti pembahasan dalam buku karya jurnalis CNN tersebut bahwa pandemi bukan hanya Covid-19. Jauh sebelum itu ada deretan virus yang menginfeksi manusia, beberapa di antaranya seperti flu burung, ebola, SARS, MERS, hingga cacar. Tinggal bagaimana dunia menghadapi virus ini atau yang akan datang agar tidak menyebar begitu luas.
Sebab sesuai intisari buku Wabah dan Pandemi, pada akhirnya respon terhadap penyakit yang baru itu dasarannya sama yakni membendung, melakukan testing, isolasi, baru kemudian treatment.
Semua juga harus didasari pendekatan ilmiah. Beruntung di masa sekarang ini para ahli bisa dengan cepat melakukan identifikasi virus dan tak perlu waktu lama untuk menemukan penawarnya berupa vaksin.
“Saat ini kita memiliki teknologi yang canggih. Saya percaya 20 tahun lagi akan ada teknologi yang sekarang belum terbayangkan,” tuturnya.
Sosiolog Dr Roby Muhamad menerangkan sejatinya virus memang ada di sekeliling manusia, terutama hewan. Tinggal menunggu momentum saja virus dari hewan berkembang dan kemudian menginfeksi manusia seperti COvid-19 yang diidentifikasi berasal dari kelelawar.
“Ini pendekatannya sudah baku, ya antisipasi. Kita enggak tau binatang apa lagi yang simpan virus. Hanya butuh satu event, virus disebarkan,” sebutnya.
Namun memang pada masa sekarang ini, dari 8 miliar populasi manusia, hanya 1 orang saja bisa membuat pandemi yang skalanya besar. “Itu karena network airlines yang padat bisa membuat pandemi besar. Low probability event tapi dampaknya besar,” jelasnya.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.