Mpox (Sumber gambar: ccnull)

Pakar Kesehatan UGM: Gejala Mpox Lebih Ringan Tapi Berpotensi Jadi Wabah

25 August 2024   |   07:48 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Dalam dua tahun terakhir, dunia kembali dikejutkan dengan hadirnya cacar monyet atau monkeypox (Mpox). World Health Organization (WHO) pun telah menetapkannya sebagai darurat kesehatan global. Meski gejalanya lebih ringan dibandingkan smallpox, penyebaran cepat dan potensi evolusi virus ini menimbulkan kekhawatiran. 

Pakar Kesehatan dari UGM, Eggi Arguni, menekankan pentingnya kewaspadaan dan langkah-langkah preventif agar wabah ini tidak berkembang menjadi pandemi baru.

Eggi yang juga merupakan dosen di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) menjelaskan bahwa Mpox bukanlah penyakit baru. Virus ini pertama kali ditemukan pada 1958 di Denmark, ketika dua kasus mirip cacar terjadi pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian. 

"Meskipun gejala Mpox lebih ringan daripada smallpox (cacar), virus ini dapat menyebar dengan cepat dan berpotensi menjadi wabah di berbagai wilayah," katanya dikutip dari siaran pers. 

Baca juga: Epidemiolog: Waspadai Potensi Mutasi MPox Clade 1B di Indonesia, Pentingnya Deteksi Dini

Mpox memiliki masa inkubasi cukup panjang mencapai hingga tiga minggu, yang menyebabkan virus lebih cepat tersebar luas. Menurut Eggi, meskipun gejala penyakit ini bersifat ringan, dengan gejala yang dapat berlangsung selama 2 hingga 4 minggu, tetapi bisa berkembang menjadi infeksi berat dan menyebabkan kematian.

Penularan virus ini dapat terjadi melalui kontak langsung dan tidak langsung, seperti kontak erat dengan cairan tubuh, lesi kulit orang yang terinfeksi, benda yang terkontaminasi, droplet pernapasan, hingga kontak seksual. 

"Ruam di kulit, cairan tubuh, dan koreng sangat menular. Pakaian, tempat tidur, handuk, atau peralatan makan yang terkontaminasi virus juga bisa menjadi media penularan," jelas Eggi yang berpengalaman menyikapi penyakit menular, khususnya anak-anak ini.

Meskipun virus Mpox berevolusi lebih lambat dibandingkan virus seperti SARS-CoV-2, evolusi ini tetap menjadi perhatian. Eggi menyebutkan bahwa perubahan pada virus ini dapat menghasilkan clade (bagian dari virus) yang lebih mudah menular dan menimbulkan sakit berat.

Karena itulah, sosialisasi pemerintah mengenai gejala dan penyebaran Mpox sangat penting, termasuk testing dan pelacakan kontak untuk memutus rantai transmisi. "Pemerintah perlu membuka jalur informasi seperti call center agar masyarakat bisa melaporkan kasus dengan cepat dan langkah-langkah mitigasi bisa segera diambil," katanya.

Menurutnya, vaksin dan antivirus untuk Mpox telah dikembangkan tetapi ketersediaannya masih terbatas sehingga pencegahan melalui protokol kesehatan menjadi prioritas utama.

Eggi menyampaikan beberapa tindakan pencegahan transmisi yang dapat dilakukan oleh orang yang sudah terinfeksi, antara lain untuk tetap di rumah, menghindari kontak erat dengan orang lain, menggunakan masker, rajin mencuci tangan, menutupi bagian tubuh yang terluka. 

Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga telah melaporkan adanya 88 kasus Mpox terkonfirmasi di Indonesia. Dengan ini, diharapkan masyarakat dapat terus waspada dan segera melakukan tindakan pencegahan agar wabah ini tidak semakin menyebar.

Baca juga: Waspada Komplikasi, Begini Cara Virus Mpox Masuk ke Tubuh 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Waspada Komplikasi, Begini Cara Virus Mpox Masuk ke Tubuh

BERIKUTNYA

Fitur dan Inspirasi Desain Sepatu ANTA Shock Wave 5 Pro, Tribute untuk Kobe Bryant

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: