Marie Antoinette. (Sumber gambar: Wikimedia Commons)

Mengenal Marie Antoinette, Mendiang Ratu Prancis yang Viral di Media Sosial

23 August 2024   |   09:42 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Nama Marie Antoinette menjadi topik pembahasan warganet di media sosial. Mendiang ratu Prancis terakhir itu menjadi pembicaraan karena Erina Gudono, istri Kaesang Pangarep, putra Presiden Joko Widodo. Banyak orang mengaitkan sikap hedonistik Erina dengan sikap Marie Antoinette.

Hal itu lantaran Erina dan Kaesang diketahui tengah berada di Los Angeles, AS, saat demo RUU Pilkada di berbagai daerah pecah. Di akun media sosialnya, Erina mengunggah kegiatannya di Negeri Paman Sam, yang langsung disorot netizen. Mulai dari liburan menggunakan private jet, momen keduanya berada di kawasan wisata elite Rodeo Drive, hingga membeli sepotong kue seharga Rp400.000.

Gara-gara unggahannya itu, Erina dinilai nirempati kala banyaknya rakyat yang sedang berjuang turun ke jalan untuk berdemo. Banyak warganet yang mengaitkan sikap hedonistik Erina dengan sikap Marie Antoinette. Lantas, siapa yang sebenarnya Ratu Prancis itu? 

Baca juga: Profil dan Rekam Jejak Alain Delon, Aktor Prancis Legendaris yang Berjaya pada Era 70-an

Mengutip Library of Congress, Marie Antoinette adalah putri dari Kaisar Romawi Suci Francis I dan Ratu Habsburg Maria Theresa yang lahir di Wina, Austria, 2 November 1755. Saat usianya 14 tahun, Marie dipersunting oleh cucu Raja Louis XV di Prancis, dauphin Louis dan menjadi permaisuri terakhir sebelum Revolusi Prancis. Dia akhirnya didapuk menjadi ratu Prancis pada 10 Mei 1774, seiring suaminya yang naik takhta menjadi Raja Louis XVI.

Sebagai ratu, Marie Antoinette tidak disukai di kalangan rakyat Prancis karena dinilai sebagai sosok yang boros, tidak bermoral, hingga menyimpan simpati bagi musuh-musuh Prancis termasuk negara asalnya, Austria. 

Marie Antoinette disebut memiliki kesukaan dan selera yang tinggi di bidang mode dan seni. Kecintaannya terhadap seni dan haute couture membuatnya tak segan-segan menghabiskan banyak uang meski di tengah krisis finansial akibat gerakan Revolusi Prancis. Bahkan, dia disebut bisa membeli sekitar 300 gaun dalam setahun, sehingga dikenal sebagai wanita yang manja dan sombong. 

Selama Revolusi Prancis, dia dijuluki sebagai Madame Déficit. Rakyat Prancis menilai krisis keuangan negara itu terjadi lantaran pengeluaran Antoinette yang boros, serta penentangannya terhadap reformasi sosial dan keuangan yang diusulkan oleh Menteri Keuangan Anne Robert Jacques Turgot dan Jacques Necker.

Nama Marie Antoinette juga sering dikaitkan sebagai salah satu sosok yang menyebabkan penggulingan monarki Prancis pada 1792. Mengutip dari Britannica, ketidakberdayaan Raja Louis XVI untuk berpolitik kala itu memaksa Antoinette memainkan peran politik yang begitu menonjol selama Revolusi. Namun, kebijakan-kebijakan politiknya justru membawa kerajaan Prancis pada jurang kehancuran.

Dalam kebijakan luar negeri, Sang Ratu cenderung mengedepankan kepentinganorang-orang terdekatnya ketimbang hajat hidup rakyat Prancis, yang mengakibatkan pengurasan kas negara yang besar. Hal ini juga berkontribusi pada utang besar yang ditanggung Prancis pada tahun 1770-an dan 1780-an.

Selain itu, Ratu Marie Antoinette juga dituduh memiliki hubungan gelap dengan kardinal atau pejabat senior dalam gereja Katolik Roma, lantaran belum kunjung memiliki anak dari Raja Louis XVI. Kondisi itu menjadi celah dan membuat para saudara raja bersaing untuk mewarisi takhta dengan menyebarkan fitnah perselingkuhan Ratu Marie yang dikenal dengan Peristiwa Kalung Berlian (1785).

Skandal tersebut mendiskreditkan monarki dan mendorong para bangsawan untuk menentang keras semua reformasi keuangan yang dianjurkan oleh para menteri raja. Peristiwa ini pun semakin tidak menguntungkan bagi reputasi Ratu Marie. Kedudukannya juga kian merosot ketika dia dianggap mendukung kelompok reaksioner yang dipimpin saudara laki-laki Raja Louis XVI yakni Charles X.

Puncaknya, ketika masa-masa krisis Kerajaan Prancis, Ratu Marie mendorong Raja Louis XVI untuk melawan upaya-upaya Majelis Nasional Revolusioner guna menghapuskan feodalisme dan membatasi hak prerogatif kerajaan. Akibatnya, dia menjadi sasaran utama para agitator rakyat hingga menciptakan perumpamaan Qu'ils mangent de la brioche!, yang berarti ketika diberi tahu bahwa rakyat tidak punya roti, sang ratu dengan tidak berperasaan berkata, “Biarkan mereka makan kue!".

Pada Oktober 1789, tekanan rakyat memaksa keluarga kerajaan untuk kembali dari Versailles ke Paris, di mana mereka menjadi sandera gerakan Revolusioner. Selama masa ini, Ratu Marie Antoinette telah kehilangan kesempatan berkumpul dengan orang-orang terdekatnya, tapi tetap harus bersiasat untuk menyelamatkan kerajaan.

Namun, keputusan Ratu yang ragu-ragu dan tidak sigap untuk membebaskan keluarga kerajaan dengan melakukan pelarian ke luar Prancis, membuat mereka akhirnya tertangkap oleh pasukan Revolusioner dan mengawal mereka kembali ke Paris. Hal ini semakin membuat buruk reputasi Ratu Marie.

Kebencian rakyat terhadap Ratu Marie memberikan dorongan untuk menyerbu Istana Tuileries dan menggulingkan monarki pada 10 Agustus 1792. Sang Ratu akhirnya menghabiskan sisa hidupnya di penjara Paris. 

Nasib buruk juga menimpa Raja Louis XVI yang dieksekusi atas perintah dari Konvensi Nasional pada Januari 1793. Lalu pada Agustus di tahun yang sama, Ratu Marie dimasukkan ke dalam sel isolasi di Conciergerie. Dia dibawa ke hadapan pengadilan Revolusi pada 14 Oktober 1793, dan dipenggal dua hari kemudian.

Baca juga: Menilik 5 Museum Megah dan Indah di Paris Prancis

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Daniel Platzman Tinggalkan Band Imagine Dragons, Fokus Karier Musik di Industri Film

BERIKUTNYA

Kaleb J Ungkap Kegelisahan dalam Single Terbaru "Di Balik Pertanda"

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: