Jaringan Distribusi Jadi Rantai Kuat Kesukesan Ekspor Elektronik, Ini Kata Pakar Branding
21 August 2024 |
17:11 WIB
Semarak bangga buatan Indonesia beriringan dengan geliat produksi dalam negeri yang kian mantap. Selain mengejar misi menjadi tuan rumah di negeri sendiri, Indonesia juga tampak berburu predikat produk berkualitas di mata global.
Di antara banyaknya sektor dan komoditas, perangkat elektronik buatan Indonesia memiliki potensi pasar yang lebar. Berbagai produk elektronik mulai dari perlengkapan rumah (home appliance), hingga gadget mengebut langkah ekspor sembari mendalami pasar dalam negeri.
Baca juga: Ekspor Mebel ke Eropa Menurun, HIMKI Sasar Pasar Baru India & China
Beberapa perusahaan elektronik home appliance asal Indonesian pun telah sukses mendobrak pasar luar. Meski demikian, Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Pakar Branding & Marketing Yuswohady mengatakan, pasar luar negeri memiliki kompleksitas yang lebih luas.
Branding menjadi salah satu kunci penting membangun kepercayaan konsumen yang loyal terhadap brand. Yuswohady mengatakan, saluran branding dapat dikebut melalui aspek media dan distribusi penjualan.
Menurutnya, banyak perusahaan elektronik Indonesia yang menguasai ritel fisik elektronik yang sudah cukup baik. Hasil ini didapat tidak dalam waktu instan. Perusahaan elektronik membangun brand dengan melewati berbagai fase untuk sampai pada rantai ekspor.
“Itu ada fase dan peluang perusahaan sampai pada saluran distribusi luar negeri. Karena kalau ekspor hanya menyerahkan produk saja, tetapi membangun jaringan distribusi jadi kekuatan utamanya,” kata Yuswohady.
Distribusi yang masif ini memerlukan waktu yang lama untuk membawa kesan brand elektronik dikenal. Yuswohady menyebutnya dengan melokal. Baginya, membangun kepercayaan brand utamanya elektronik tentu tidak mudah. Sebab, industri terkait teknologi memiliki persaingan yang tajam.
“Saat di negara tujuan sudah melokal, maka brand sukses meraup pasar sesuai targetnya,” katanya.
Kompetisi dalam dunia elektronik memiliki kesulitan yang tinggi. Sehingga selain aspek teknologi, Yuswohady menilai perusahaan harus mampu menciptakan penetrasi yang perlahan tetapi matang. Penetrasi ini bisa diciptakan dengan kekuatan saluran distribusi yang dinilai Yuswohady menjadi aspek paling mahal dalam membangun brand.
“Karena membangun distribusi itu tidak mudah, jam terbang brand membangun produknya memang sangat berpengaruh,” lanjutnya.
Apabila berbicara dalam pasar global, Yuswohady menyebut tampaknya Indonesia tidak bisa memanfaatkan aspek country of origin. “Karena nama Indonesia tidak menjual, khususnya untuk produk elektronik yang saingannya misal dari China sudah lebih kuat. Country of origin kita lemah,” katanya.
Maka tak heran, brand Indonesia banyak yang berupaya mengambil image lebih global, bahkan sedikit mengarah ke image Jepang atau China yang makin advance dalam industri elektronik.
Yuswohady meneruskan hal ini merupakan bagian dari pola menciptakan image untuk mendapatkan kepercayaan dari pasar luar. Dalam pengamatan Yuswohady, pasar elektronik di Indonesia saat ini belum mencapai pemanfaatan teknologi yang advance, sehingga produk yang diciptakan lebih kepada kategori menengah.
Saat mass market telah terbentuk, brand elektronik lokal cenderung mengambil produk yang tidak terlalu canggih dan dijual dengan harga yang lebih terjangkau. Hal ini disesuaikan dengan pengambilan maturity brand yang menengah.
“Kita banyak ambil teknologi yang life cycle-nya mass, jadi belum mature. Karena mass, maka harga akan kompetitif. Di antara kualitas dan harga barangnya akan seimbang, sehingga menjangkau ke target pasar yang luas karena harganya tidak terlalu mahal,” katanya.
Baca juga: 4 Kunci Penting Menjadi Eksportir Sukses bagi Pebisnis Pemula
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Di antara banyaknya sektor dan komoditas, perangkat elektronik buatan Indonesia memiliki potensi pasar yang lebar. Berbagai produk elektronik mulai dari perlengkapan rumah (home appliance), hingga gadget mengebut langkah ekspor sembari mendalami pasar dalam negeri.
Baca juga: Ekspor Mebel ke Eropa Menurun, HIMKI Sasar Pasar Baru India & China
Beberapa perusahaan elektronik home appliance asal Indonesian pun telah sukses mendobrak pasar luar. Meski demikian, Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Pakar Branding & Marketing Yuswohady mengatakan, pasar luar negeri memiliki kompleksitas yang lebih luas.
Branding menjadi salah satu kunci penting membangun kepercayaan konsumen yang loyal terhadap brand. Yuswohady mengatakan, saluran branding dapat dikebut melalui aspek media dan distribusi penjualan.
Menurutnya, banyak perusahaan elektronik Indonesia yang menguasai ritel fisik elektronik yang sudah cukup baik. Hasil ini didapat tidak dalam waktu instan. Perusahaan elektronik membangun brand dengan melewati berbagai fase untuk sampai pada rantai ekspor.
“Itu ada fase dan peluang perusahaan sampai pada saluran distribusi luar negeri. Karena kalau ekspor hanya menyerahkan produk saja, tetapi membangun jaringan distribusi jadi kekuatan utamanya,” kata Yuswohady.
Distribusi yang masif ini memerlukan waktu yang lama untuk membawa kesan brand elektronik dikenal. Yuswohady menyebutnya dengan melokal. Baginya, membangun kepercayaan brand utamanya elektronik tentu tidak mudah. Sebab, industri terkait teknologi memiliki persaingan yang tajam.
“Saat di negara tujuan sudah melokal, maka brand sukses meraup pasar sesuai targetnya,” katanya.
Memilih Citra Global
Ilustrasi perangkat elektronik (Sumber gambar: BoliviaInteligente/Unsplash)
Kompetisi dalam dunia elektronik memiliki kesulitan yang tinggi. Sehingga selain aspek teknologi, Yuswohady menilai perusahaan harus mampu menciptakan penetrasi yang perlahan tetapi matang. Penetrasi ini bisa diciptakan dengan kekuatan saluran distribusi yang dinilai Yuswohady menjadi aspek paling mahal dalam membangun brand.
“Karena membangun distribusi itu tidak mudah, jam terbang brand membangun produknya memang sangat berpengaruh,” lanjutnya.
Apabila berbicara dalam pasar global, Yuswohady menyebut tampaknya Indonesia tidak bisa memanfaatkan aspek country of origin. “Karena nama Indonesia tidak menjual, khususnya untuk produk elektronik yang saingannya misal dari China sudah lebih kuat. Country of origin kita lemah,” katanya.
Maka tak heran, brand Indonesia banyak yang berupaya mengambil image lebih global, bahkan sedikit mengarah ke image Jepang atau China yang makin advance dalam industri elektronik.
Yuswohady meneruskan hal ini merupakan bagian dari pola menciptakan image untuk mendapatkan kepercayaan dari pasar luar. Dalam pengamatan Yuswohady, pasar elektronik di Indonesia saat ini belum mencapai pemanfaatan teknologi yang advance, sehingga produk yang diciptakan lebih kepada kategori menengah.
Saat mass market telah terbentuk, brand elektronik lokal cenderung mengambil produk yang tidak terlalu canggih dan dijual dengan harga yang lebih terjangkau. Hal ini disesuaikan dengan pengambilan maturity brand yang menengah.
“Kita banyak ambil teknologi yang life cycle-nya mass, jadi belum mature. Karena mass, maka harga akan kompetitif. Di antara kualitas dan harga barangnya akan seimbang, sehingga menjangkau ke target pasar yang luas karena harganya tidak terlalu mahal,” katanya.
Baca juga: 4 Kunci Penting Menjadi Eksportir Sukses bagi Pebisnis Pemula
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.