Kemenkes Siapkan Ribuan Vaksin Menyusul Temuan 88 Kasus Cacar Monyet
20 August 2024 |
11:58 WIB
Kementerian Kesehatan (Kemenkes ) mengumumkan bahwa data terbaru yang dikonfirmasi per Sabtu, 17 Agustus 2024 terdapat sebanyak 88 kasus cacar monyet (Monkeypox) di Indonesia. Dengan demikian, sejauh ini ada 73 kasus Monkeypox pada 2023 dan 14 kasus pada 2024.
Secara terperinci, Monkeypox tersebar sebanyak 59 kasus di Jakarta, 13 kasus di Jawa Barat, 9 kasus di Banten, serta Jawa Timur 3 kasus, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 3 kasus, dan Kepulauan Riau (Kepri) 1 kasus. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh. Jika dilihat tren mingguan, kasus konfirmasi Monkeypox di Indonesia dari 2022 hingga 2024, periode dengan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2023.
Plh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Yudhi Pramono mengatakan bahwa dari 88 kasus yang dikonfirmasi, sebanyak 54 kasus memenuhi kriteria untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) guna mengetahui varian virusnya.
“Dari 54 kasus ini seluruhnya varian Clade IIB. Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah Monkeypox pada 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual,” ujar Yudhi, dikutip dari laman resmi Kemenkes Republik Indonesia, Selasa (20/8/2024).
Baca juga: Swedia Ungkap Temuan Monkeypox Clade 1 Sebagai Kasus Pertama di Luar Afrika
Terdapat dua Clade Monkeypox virus, yakni Clade I berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1a. Subclade 1a ini memiliki case fatality rate (CFR) lebih tinggi daripada clade lain dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi. Sementara itu, subclade 1b ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11 persen.
Berbeda dengan Clade I, Clade II berasal dari Afrika Barat dengan subclade IIa dan IIb dengan CFR 3,6 persen. Clade II memiliki CFR rendah dengan kasus sebagian besar berasal dari kontak seksual pada saat wabah pada 2022.
Sementara di tingkat global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan varian baru wabah cacar monyet atau Mpox yang cepat menyebar di Afrika sebagai keadaan darurat kesehatan global. Keputusan ini diambil untuk menahan penyebaran virus yang berpotensi mematikan tersebut.
Sepanjang 1 Januari 2022 sampai 30 Juni 2024, WHO menerima laporan total kumulatif 99.176 kasus konfirmasi Mpox, termasuk 208 kematian, dari 116 negara di Wilayah Regional WHO. Sebanyak 934 kasus baru, dengan 4 kematian, dilaporkan dari 26 negara pada Juni 2024. Sebagian besar kasus baru pada Juni 2024 dilaporkan dari wilayah Afrika (61 persen), diikuti wilayah Amerika (19 persen) dan wilayah Eropa (11 persen).
Menurut laporan Multi-country outbreak of Mpox External Situation Report 3 yang diterbitkan WHO pada 12 Agustus 2024, Wilayah Regional Afrika melaporkan peningkatan jumlah kasus Mpox, yakni 567 kasus pada Juni 2024 dibandingkan sebanyak 465 kasus pada Mei 2024. Di Wilayah Afrika, Republik Demokratik Kongo melaporkan sebagian besar kasus konfirmasi Mpox (96 persen).
Sebagai upaya untuk mencegah dan mengatasi permasalahan ini, Kemenkes RI sedang dalam proses penyiapan total 4.450 dosis vaksin, yang ditujukan untuk 2.225 sasaran dengan dua dosis per individu untuk mencegah penyebarluasan kasus cacar monyet di Tanah Air.
“Kementerian Kesehatan sebelumnya telah melaksanakan vaksinasi Mpox bagi kelompok risiko tinggi pada 2023 terhadap 495 sasaran,” kata Yudhi.
Kemenkes juga telah melakukan surveilans di seluruh fasilitas kesehatan, melakukan penyelidikan epidemiologi bersama komunitas dan mitra HIV/AIDS, menetapkan 12 laboratorium rujukan secara nasional untuk pemeriksaan Mpox, serta melakukan pemeriksaan WGS.
Untuk obat-obatan, sudah disiapkan pemberian terapi simtomatis, tergantung derajat keparahan kasus. Pasien dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan dari puskesmas setempat, sedangkan pasien dengan gejala berat harus dirawat di rumah sakit.
Penularan virus Mpox (MPXV), khususnya yang terjadi dari manusia ke manusia, patut diwaspadai. Cara penularan penyakit ini dapat melalui kontak erat dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, atau kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi atau droplet.
Mpox dapat menyebar melalui kontak langsung kulit ke kulit atau membran mukosa termasuk saat melakukan kontak seksual. Penularan melalui droplet biasanya membutuhkan kontak erat yang lama, sehingga anggota keluarga yang tinggal serumah atau melakukan kontak erat dengan kasus berisiko lebih besar untuk tertular.
“Kepada masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menerapkan perilaku seksual yang sehat seperti tidak gonta ganti pasangan ataupun perilaku seks sesama jenis,” pesan Yudhi.
Dia juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker medis jika merasa tidak sehat. Apabila muncul gejala seperti ruam bernanah atau keropeng pada kulit, segera periksakan diri ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit terdekat.
Baca juga: WHO Deklarasikan Monkeypox dalam Status Darurat Kesehatan Global
Berdasarkan laporan Technical Report Mpox di Indonesia Tahun 2023 yang diterbitkan Kemenkes pada 2024, gejala Mpox pada kasus konfirmasi yang paling banyak dilaporkan, antara lain lesi, diikuti oleh demam, ruam, dan limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening. Durasi kesembuhan pasien Mpox bervariasi mulai dari 2-4 minggu.
Dari sisi pencegahan dan perawatan pasien Mpox, Kemenkes mengupayakan pemenuhan vaksin dan obat-obatan termasuk antibiotik. Sebagian besar kasus Mpox di Indonesia diberikan terapi suportif dan simtomatis. Kasus tersebut dilakukan perawatan dan isolasi, baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri.
Kemenkes juga mengimbau untuk pelaku perjalanan, setelah WHO menetapkan Mpox sebagai Kedaruratan Kesehatan global, masyarakat Indonesia yang ingun melakukan perjalanan jarak jauh sebaiknya tetap waspada dan sebisa mungkin menghindari bepergian ke negara-negara yang terjangkit Mpox.
Editor: Fajar Sidik
Secara terperinci, Monkeypox tersebar sebanyak 59 kasus di Jakarta, 13 kasus di Jawa Barat, 9 kasus di Banten, serta Jawa Timur 3 kasus, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 3 kasus, dan Kepulauan Riau (Kepri) 1 kasus. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh. Jika dilihat tren mingguan, kasus konfirmasi Monkeypox di Indonesia dari 2022 hingga 2024, periode dengan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2023.
Plh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Yudhi Pramono mengatakan bahwa dari 88 kasus yang dikonfirmasi, sebanyak 54 kasus memenuhi kriteria untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) guna mengetahui varian virusnya.
“Dari 54 kasus ini seluruhnya varian Clade IIB. Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah Monkeypox pada 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual,” ujar Yudhi, dikutip dari laman resmi Kemenkes Republik Indonesia, Selasa (20/8/2024).
Baca juga: Swedia Ungkap Temuan Monkeypox Clade 1 Sebagai Kasus Pertama di Luar Afrika
Terdapat dua Clade Monkeypox virus, yakni Clade I berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1a. Subclade 1a ini memiliki case fatality rate (CFR) lebih tinggi daripada clade lain dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi. Sementara itu, subclade 1b ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11 persen.
Berbeda dengan Clade I, Clade II berasal dari Afrika Barat dengan subclade IIa dan IIb dengan CFR 3,6 persen. Clade II memiliki CFR rendah dengan kasus sebagian besar berasal dari kontak seksual pada saat wabah pada 2022.
Sementara di tingkat global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan varian baru wabah cacar monyet atau Mpox yang cepat menyebar di Afrika sebagai keadaan darurat kesehatan global. Keputusan ini diambil untuk menahan penyebaran virus yang berpotensi mematikan tersebut.
Sepanjang 1 Januari 2022 sampai 30 Juni 2024, WHO menerima laporan total kumulatif 99.176 kasus konfirmasi Mpox, termasuk 208 kematian, dari 116 negara di Wilayah Regional WHO. Sebanyak 934 kasus baru, dengan 4 kematian, dilaporkan dari 26 negara pada Juni 2024. Sebagian besar kasus baru pada Juni 2024 dilaporkan dari wilayah Afrika (61 persen), diikuti wilayah Amerika (19 persen) dan wilayah Eropa (11 persen).
Menurut laporan Multi-country outbreak of Mpox External Situation Report 3 yang diterbitkan WHO pada 12 Agustus 2024, Wilayah Regional Afrika melaporkan peningkatan jumlah kasus Mpox, yakni 567 kasus pada Juni 2024 dibandingkan sebanyak 465 kasus pada Mei 2024. Di Wilayah Afrika, Republik Demokratik Kongo melaporkan sebagian besar kasus konfirmasi Mpox (96 persen).
Pencegahan dan Penanganan Mpox di Indonesia
Sebagai upaya untuk mencegah dan mengatasi permasalahan ini, Kemenkes RI sedang dalam proses penyiapan total 4.450 dosis vaksin, yang ditujukan untuk 2.225 sasaran dengan dua dosis per individu untuk mencegah penyebarluasan kasus cacar monyet di Tanah Air.“Kementerian Kesehatan sebelumnya telah melaksanakan vaksinasi Mpox bagi kelompok risiko tinggi pada 2023 terhadap 495 sasaran,” kata Yudhi.
Kemenkes juga telah melakukan surveilans di seluruh fasilitas kesehatan, melakukan penyelidikan epidemiologi bersama komunitas dan mitra HIV/AIDS, menetapkan 12 laboratorium rujukan secara nasional untuk pemeriksaan Mpox, serta melakukan pemeriksaan WGS.
Untuk obat-obatan, sudah disiapkan pemberian terapi simtomatis, tergantung derajat keparahan kasus. Pasien dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan dari puskesmas setempat, sedangkan pasien dengan gejala berat harus dirawat di rumah sakit.
Penularan virus Mpox (MPXV), khususnya yang terjadi dari manusia ke manusia, patut diwaspadai. Cara penularan penyakit ini dapat melalui kontak erat dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, atau kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi atau droplet.
Mpox dapat menyebar melalui kontak langsung kulit ke kulit atau membran mukosa termasuk saat melakukan kontak seksual. Penularan melalui droplet biasanya membutuhkan kontak erat yang lama, sehingga anggota keluarga yang tinggal serumah atau melakukan kontak erat dengan kasus berisiko lebih besar untuk tertular.
“Kepada masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menerapkan perilaku seksual yang sehat seperti tidak gonta ganti pasangan ataupun perilaku seks sesama jenis,” pesan Yudhi.
Dia juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker medis jika merasa tidak sehat. Apabila muncul gejala seperti ruam bernanah atau keropeng pada kulit, segera periksakan diri ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit terdekat.
Baca juga: WHO Deklarasikan Monkeypox dalam Status Darurat Kesehatan Global
Berdasarkan laporan Technical Report Mpox di Indonesia Tahun 2023 yang diterbitkan Kemenkes pada 2024, gejala Mpox pada kasus konfirmasi yang paling banyak dilaporkan, antara lain lesi, diikuti oleh demam, ruam, dan limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening. Durasi kesembuhan pasien Mpox bervariasi mulai dari 2-4 minggu.
Dari sisi pencegahan dan perawatan pasien Mpox, Kemenkes mengupayakan pemenuhan vaksin dan obat-obatan termasuk antibiotik. Sebagian besar kasus Mpox di Indonesia diberikan terapi suportif dan simtomatis. Kasus tersebut dilakukan perawatan dan isolasi, baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri.
Kemenkes juga mengimbau untuk pelaku perjalanan, setelah WHO menetapkan Mpox sebagai Kedaruratan Kesehatan global, masyarakat Indonesia yang ingun melakukan perjalanan jarak jauh sebaiknya tetap waspada dan sebisa mungkin menghindari bepergian ke negara-negara yang terjangkit Mpox.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.