Banyak yang Tak Sadar, Waspadai Gejala Penyakit Jantung
31 May 2022 |
17:38 WIB
Penderita gagal jantung dalam beberapa tahun terakhir banyak dialami usia produktif. Di Indonesia, sekitar 60 persen perempuan dan 56 persen laki-laki di bawah usia 50 tahun mengalami kondisi yang bisa menyebabkan kematian ini. Sayangnya, tidak sedikit mereka yang tergolong kaum milenial tersebut menyadari telah menderita gagal jantung.
Gagal jantung merupakan kondisi kronis yang serius ketika jantung tidak lagi dapat memompa cukup darah untuk kebutuhan oksigen tubuh. Akibat otot jantung semakin lemah seiring berjalannya waktu.
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Siti Elkana Nauli, menyebut gagal jantung sering kali terlambat didiagnosis karena gejala yang muncul menyerupai gejala penyakit lain. Paling umum adalah mudah lelah, cepat kehabisan napas, batuk atau sesak napas, pembengkakan (edema) terutama di kaki, dan perut terasa kembung atau sakit pada bagian perut.
Sementara Data Kelompok Kerja Perhimpunan Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia (Pokja Perki) katanya menunjukkan penyebab gagal jantung terbanyak adalah kondisi penyakit dasar yang tidak terkontrol seperti hipertensi, diabetes, obesitas. Sebagian perjalanan dari penyakit dasar yang alamiah seperti usia, rokok, kelainan bawaan.
"Sayangnya banyak di antara para pasien yang justru tidak sadar bahwa mereka memiliki gagal jantung," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (31/5/2022).
Siti menjelaskan gejala penyakit yang ditimbulkan sangat menurunkan kualitas hidup. Penderita yang biasanya bisa berjalan lama dan jauh, sekarang berjalan sedikit saja merasa lelah atau sulit untuk naik tangga.
"Atau yang tadinya bisa tidur dengan enak, nyaman, sekarang justru kalau tidur merasa lebih sesak dan pada akhirnya harus tidur dalam posisi duduk," sebutnya.
Namun demikian, gagal jantung bukanlah akhir dari harapan hidup seorang pasien. Gagal jantung masih dapat dikendalikan dengan tatalaksana yang tepat.
Siti menyampaikan pasien gagal jantung harus minum obat untuk membantu mengendalikan kondisinya. Bahkan walau gejala-gejalanya sudah membaik, pasien wajib minum obat secara teratur.
Beberapa terapi yang biasanya digunakan untuk mendukung kerja jantung meliputi penghambat reseptor beta (beta-blocker), penghambat sistem renin angiotensin (seperti ACE inhibitor atau ARB). Kemudian antagonis aldosterone serta inovasi terbaru penghambat enzim neprilisin (ARNI) dan penghambat sodium glucose transporter (SGLT2 inhibitor).
Plt. Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan dr. Elvieda Sariwati menuturkan beragam pengobatan untuk penyakit gagal jantung memiliki tujuan yang berbeda. Pengobatan bertujuan untuk mengurangi penumpukan cairan, mengurangi beban jantung, mendukung kerja jantung dan peredaran darah.
Selanjutnya meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengendalikan penyakit faktor risiko seperti diabetes serta hipertensi. "Tujuan lainnya adalah mencegah komplikasi dari gagal jantung seperti stroke, gangguan fungsi ginjal, dan gagal jantung lanjut yang akan menyebabkan disabilitas berat pada pasien dan keluarganya," jelas Elvieda.
Selain mengonsumsi obat dengan teratur, pasien gagal jantung juga perlu mengurangi jumlah asupan minum, menerapkan pola hidup sehat guna mengendalikan penyakit penyerta yang dimiliki. Hal ini dapat membantu pasien memperoleh kualitas hidup yang lebih baik.
Ketidakpatuhan terhadap salah satu komponen tersebut akan mengakibatkan perawatan kembali di rumah sakit (rehospitalisasi), dan memperburuk kondisi gagal jantung.
Pola hidup yang harus diterapkan oleh pasien gagal jantung antara lain rutin memantau berat badan, membatasi asupan cairan (900 ml-1,2liter/hari), program makan yang seimbang dan pengurangan berat badan pada pasien obesitas. "Jangan lupa melakukan latihan fisik," tegasnya.
Editor: Gita Carla
Gagal jantung merupakan kondisi kronis yang serius ketika jantung tidak lagi dapat memompa cukup darah untuk kebutuhan oksigen tubuh. Akibat otot jantung semakin lemah seiring berjalannya waktu.
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Siti Elkana Nauli, menyebut gagal jantung sering kali terlambat didiagnosis karena gejala yang muncul menyerupai gejala penyakit lain. Paling umum adalah mudah lelah, cepat kehabisan napas, batuk atau sesak napas, pembengkakan (edema) terutama di kaki, dan perut terasa kembung atau sakit pada bagian perut.
Sementara Data Kelompok Kerja Perhimpunan Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia (Pokja Perki) katanya menunjukkan penyebab gagal jantung terbanyak adalah kondisi penyakit dasar yang tidak terkontrol seperti hipertensi, diabetes, obesitas. Sebagian perjalanan dari penyakit dasar yang alamiah seperti usia, rokok, kelainan bawaan.
"Sayangnya banyak di antara para pasien yang justru tidak sadar bahwa mereka memiliki gagal jantung," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (31/5/2022).
Siti menjelaskan gejala penyakit yang ditimbulkan sangat menurunkan kualitas hidup. Penderita yang biasanya bisa berjalan lama dan jauh, sekarang berjalan sedikit saja merasa lelah atau sulit untuk naik tangga.
"Atau yang tadinya bisa tidur dengan enak, nyaman, sekarang justru kalau tidur merasa lebih sesak dan pada akhirnya harus tidur dalam posisi duduk," sebutnya.
Namun demikian, gagal jantung bukanlah akhir dari harapan hidup seorang pasien. Gagal jantung masih dapat dikendalikan dengan tatalaksana yang tepat.
Siti menyampaikan pasien gagal jantung harus minum obat untuk membantu mengendalikan kondisinya. Bahkan walau gejala-gejalanya sudah membaik, pasien wajib minum obat secara teratur.
Beberapa terapi yang biasanya digunakan untuk mendukung kerja jantung meliputi penghambat reseptor beta (beta-blocker), penghambat sistem renin angiotensin (seperti ACE inhibitor atau ARB). Kemudian antagonis aldosterone serta inovasi terbaru penghambat enzim neprilisin (ARNI) dan penghambat sodium glucose transporter (SGLT2 inhibitor).
Plt. Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan dr. Elvieda Sariwati menuturkan beragam pengobatan untuk penyakit gagal jantung memiliki tujuan yang berbeda. Pengobatan bertujuan untuk mengurangi penumpukan cairan, mengurangi beban jantung, mendukung kerja jantung dan peredaran darah.
Selanjutnya meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengendalikan penyakit faktor risiko seperti diabetes serta hipertensi. "Tujuan lainnya adalah mencegah komplikasi dari gagal jantung seperti stroke, gangguan fungsi ginjal, dan gagal jantung lanjut yang akan menyebabkan disabilitas berat pada pasien dan keluarganya," jelas Elvieda.
Selain mengonsumsi obat dengan teratur, pasien gagal jantung juga perlu mengurangi jumlah asupan minum, menerapkan pola hidup sehat guna mengendalikan penyakit penyerta yang dimiliki. Hal ini dapat membantu pasien memperoleh kualitas hidup yang lebih baik.
Ketidakpatuhan terhadap salah satu komponen tersebut akan mengakibatkan perawatan kembali di rumah sakit (rehospitalisasi), dan memperburuk kondisi gagal jantung.
Pola hidup yang harus diterapkan oleh pasien gagal jantung antara lain rutin memantau berat badan, membatasi asupan cairan (900 ml-1,2liter/hari), program makan yang seimbang dan pengurangan berat badan pada pasien obesitas. "Jangan lupa melakukan latihan fisik," tegasnya.
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.