Stetoskop, alat medis untuk mendengar irama jantung. (Sumber gambar : Unsplash/Getty Image)

Lebih Canggih, 2 Penyakit Jantung Ini Bisa Dideteksi Stetoskop Berteknologi AI

18 June 2024   |   14:09 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Teknologi artificial intelligence (AI) tidak hanya dimanfaatkan untuk perangkat elektronik saja tetapi juga alat-alat kesehatan, salah satunya stetoskop. Alat yang biasa menggantung di leher setiap dokter atau dimasukkan ke dalam saku jas lab tersebut, kini telah disematkan kecerdasan buatan. 

Selama ini stetoskop berfungsi untuk memberi penilaian terhadap detak jantung. Dokter dapat mengetahui irama jantung yang tidak teratur, serta diagnosis terhadap penyakit.  

Baca juga: Cek Biaya & Daftar Tindakan Bedah dengan Teknologi Robotik

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Dr. dr. Anwar Santoso, mengatakan stetoskop digunakan untuk diagnosis penyakit katup jantung seperti katup mitral, katup aorta, katup trikuspid, dan katup pulmonal. Kemudian penyakit jantung kongenital seperti Atrial Septal Defect (ASD), Ventricular Septal Defect (VSD), Tetralogy Fallot (TF), pulmonal stenosis, tricuspid atresia, serta penyakit jantung paru.

Kendati demikian, stetoskop tidak terlalu berperan dalam penegakan diagnosis pada penyakit jantung koroner dan gagal jantung. Kecuali, stetoskop yang dilengkapi dengan teknologi AI.

Saat ini, terdapat stetoskop pintar berteknologi AI. Anwar menyebut AI-smart stethoscope akan menjadi keniscayaan dalam praktik kedokteran di masa depan karena akan meningkatkan keandalan (reliability) dan akurasi (accuracy) diagnosis dengan stetoskop konvensional yang auskultasi, mendengarkan suara jantung.

“Prinsip dari AI adalah mengumpulkan banyak data [big data] dari suara jantung dan bunyi murmur suara jantung, lalu akan ditangkap serta dianalisis dalam berbagai algoritma dan juga dilakukan analisis bootstrapping,” ujarnya, dikutip Hypeabis.id dari siaran pers, Selasa (18/6/2024).

AI-smart stethoscope akan mentransmisikan energi suara dari jantung dan menjadi data digital, berupa grafik atau gambar. Disebut phonocardiography, data tersebut dapat dipindai melalui layar laptop atau smartphone.


Penelitian Stetoskop AI

Penelitian dan uji coba penggunaan stetoskop yang dilengkapi dengan teknologi AI untuk membantu dokter meningkatkan deteksi dini gagal jantung bagi pasien dan mengurangi biaya perawatan bermula dari Inggris. Penelitian ini dilakukan di National Heart and Lung Institute and Centre for Cardiac Engineering, Imperial College London, London, Inggris.

Terbit di jurnal The Lancet Digital Health pada 5 Januari 2022, para peneliti melaporkan bahwa mereka menggabungkan algoritma stetoskop AI baru dengan EKG. Hasilnya, perangkat mampu mendeteksi gagal jantung dengan tingkat sensitivitas (91 persen) dan spesifisitas yang tinggi (80 persen), dibandingkan dengan tes diagnostik rutin yang invasif dan mahal.

Temuan ini menyoroti potensi skrining penyakit jantung di tempat perawatan yang murah dan dilakukan secara non-invasif untuk diagnosis dan pengobatan lebih dini. Selanjutnya, stetoskop berteknologi AI diujicobakan secara nasional di layanan kesehatan primer di Inggris untuk membantu dokter dalam mengevaluasi gagal jantung. 

Proyek ini menilai, apakah perangkat stetoskop AI berkemampuan EKG dapat meningkatkan diagnosis gagal jantung. Dipimpin oleh para peneliti di Imperial College London, uji coba baru ini melibatkan 100 praktik dokter umum di barat laut London dan Wales Utara, serta merekrut lebih dari 3 juta pasien untuk menerima pemeriksaan stetoskop AI atau melanjutkan perawatannya.

Selain itu, pemanfaatan stetoskop dengan teknologi canggih juga dapat mendiagnosis pneumonia.
Sebuah proyek kolaborasi antara para insinyur, dokter, dan pakar kesehatan masyarakat di Johns Hopkins University, Baltimore, Amerika Serikat membuat perangkat teknologi digital untuk menangkap suara yang dilengkapi peredam bising, dan AI untuk membantu petugas kesehatan membuat diagnosis pneumonia yang akurat.

Perangkat berupa stetoskop pintar ini dinilai dapat digunakan di seluruh dunia untuk mencegah anak-anak meninggal karena pneumonia. Perangkat medis yang diaplikasikan dengan teknologi pendukung ini dapat menyaring kasus pneumonia dengan membedakan yang normal dan yang tidak normal pada pola pernapasan, khususnya mencari suara mengi yang dapat mengindikasikan adanya cairan dan peradangan di paru-paru.

Peneliti melakukan studi pengujian untuk menilai seberapa baik stetoskop elektronik berfungsi di lingkungan yang bising dan seberapa akurat diagnosis pneumonia di seluruh populasi pasien yang beragam. Peneliti juga mengevaluasi suara paru-paru, kemudian memvalidasi diagnosis dengan membandingkannya dengan diagnosis yang dibuat melalui rontgen dada dan penilaian pendengaran dari para ahli pulmonologi.

Anwar menyampaikan stetoskop AI belum masuk dan diterapkan di Indonesia. Adapun stetoskop konvensional yang dipakai saat ini sebagai langkah diagnostik awal, sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut. “Dampak dari teknologi AI ini amat bermanfaat untuk skrining oleh dokter layanan primer di Puskesmas dan klinik-klinik sebelum dirujuk ke rumah sakit,” tambahnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Hypeprofil: Sutradara Naya Anindita, Eksplorasi Film Layar Lebar sampai Serial Web Multigenre

BERIKUTNYA

Cerita di Balik 18 Juni Ditetapkan Sebagai Hari Internasional Memerangi Ujaran Kebencian

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: