Ilustrasi ibu dan anak (Sumber gambar: Polina Tankilevitch/Pexels)

Masifnya Susu Formula Bikin Angka Menyusui Eksklusif di Indonesia Turun

09 August 2024   |   18:45 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Minggu pertama Agustus tiap tahun diperingati sebagai Pekan Menyusui Dunia (World Breastfeeding Week). Dalam sepekan, kesadaran tentang urgensi menyusui digaungkan lebih keras bagi para ibu di seluruh dunia untuk meningkatkan kesehatan bayi. 

Tahun ini, pekan Menyusui Dunia mengangkat tema Closing The Gap atau Memperkecil Kesenjangan. Tema ini menggarisbawahi pentingnya memberi kesempatan yang sama bagi setiap ibu untuk menyusui bayinya dan fokus pada edukasi masyarakat tentang kesenjangan yang terjadi dalam praktik dukungan menyusui, terutama bagi kelompok rentan.

Baca juga: Mom, Begini Posisi Tepat Saat Menyusui & Hadirkan ASI Berkualitas Untuk Bayi

Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Kumar menjelaskan, Pekan Menyusui Dunia telah berlangsung selama bertahun-tahun dan kini telah mencakup praktik pemberian makan bayi dan anak melalui makanan pendamping ASI (MPASI). 

“Karena kita tahu menyusui itu panjang durasinya, kita harapkan 2 tahun sampai lebih ibu menyusui bayinya, Menyusui itu butuh dipromosikan. Fokusnya tidak hanya pada menyusui eksklusif selama dua tahun pertama kehidupan anak, tetapi juga pada pola makan anak setelah usia 6 bulan, katanya. 

Menyusui memiliki banyak manfaat bagi kesehatan bayi dan ibu. Namun dalam beberapa dekade ini, Nia menyayangkan bahwa promosi terkait  produk pengganti ASI seperti susu formula sering kali lebih masif dan menonjol. Hal ini berkontribusi pada penurunan angka menyusui di seluruh dunia. 
  

Pengaruh Susu Formula

Ilustrasi penggunaan susu formula (Sumber gambar: Anna Shvets/Pexels)

Ilustrasi penggunaan susu formula (Sumber gambar: Anna Shvets/Pexels)

Sekjen AIMI Lianita Prawindarti menyoroti status menyusui di Indonesia yang mengalami tren penurunan. Dia menjelaskan, data UNICEF mencatat angka menyusui eksklusif sebesar 64,5% pada 2018. Prihatinnya, angka ini menurun menjadi 52,5% pada 2021. Lalu angka menyusui sedikit meningkat menjadi 55,5% pada 2023.
 
Lianita menyebut, penurunan signifikan tetap terlihat dan mulai mengkhawatirkan. Menurutnya, salah satu penyebab utama gangguan dalam proses menyusui adalah penggunaan susu formula.

Data dari Discuss Dash 2018 menunjukkan bahwa 81,4% gangguan menyusui disebabkan oleh penggunaan formula yang tidak didasarkan pada indikasi medis. Dia juga mengingatkan bahwa penggunaan formula tanpa alasan medis sering kali menjadi pintu gerbang untuk menghentikan menyusui. 
 
“Jadi ditemui dalam beberapa kasus, si ibu sudah merasa bahwa ASI-nya kurang, ASI-nya tidak cukup atau ada masalah menyusui kemudian banting setir langsung menggunakan susu formula,” ujarnya. 

Lianita menjelaskan, pertumbuhan signifikan dalam pasar susu formula saat ini juga berkontribusi pada penurunan angka menyusui. Oleh karena itu, fenomena ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk memperkuat perlindungan menyusui.
 
Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi ibu untuk mendapatkan edukasi dan pendampingan mengenai menyusui. Hal ini tidak hanya menjadi pekerjaan rumah pemerintah, tetapi juga keterlibatan tenaga kesehatan, keluarga, dan masyarakat luas.
 
Menurutnya, penyuluhan mengenai praktik menyusui yang benar harus diperluas, termasuk dengan melatih tenaga kesehatan agar memiliki kompetensi yang memadai hingga ke pelosok. Dalam hal dukungan keluarga, penting bagi ibu menyusui mendapatkan dorongan semangat dan kompromi  membagi beban tugas rumah tangga, terutama bagi ibu yang bekerja.
 
Dokter Anak RSIA Bunda I Gusti Ayu Nyoman Partiwi menekankan pentingnya dukungan sekitar terhadap ibu menyusui. Sebab, banyak ibu di Indonesia yang terhambat memberikan ASi secara eksklusif karena beberapa faktor yang terjadi di sekeliling sang ibu. Misalnya, kurang penuhnya dukungan dan edukasi tenaga medis setempat tentang pemberian ASI.

“Seharusnya tenaga medis berperan mendorong hal ini pada masa krusial anak, sekitar 3-5 hari pertama masa kehidupan bayinya. Termasuk mengedukasi ibu agar tidak gampang stres saat masa menyusui awal,” katanya. 
 
I Gusti Nyoman Partiwi juga menjelaskan pentingnya dukungan dari lingkungan  kerja bagi ibu menyusui dalam status pekerja. Menurutnya, perusahaan seharusnya bisa berperan aktif memberikan dukungan-dukungan terhadap aktivitas laktasi ibu.

“Dukungan ini termasuk langkah proaktif perusahaan untuk mendukung ibu menyusui, sederhananya dengan menyediakan ruang yang privat dan nyaman bagi ibu untuk memerah ASI,” imbuhnya.

Baca juga: 3 Menu Sarapan untuk Diet Sehat Ibu Menyusui

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Eksklusif Ahmad Mahendra: Pameran Repatriasi 2024 Suguhkan Koleksi Lebih Lengkap

BERIKUTNYA

Tak Hanya Demi Estetika, Yuk Kenali Tatalaksana Liposuction

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: