Mom, Begini Posisi Tepat Saat Menyusui & Hadirkan ASI Berkualitas Untuk Bayi
03 August 2023 |
12:30 WIB
Air susu ibu (ASI) sangat penting untuk tumbuh dan kembang bayi. Menurut WHO dan UNICEF, anak harus diberi ASI eksklusif dalam kurun waktu 6 bulan pertama, tanpa pemberian makanan atau minuman lainnya. Namun, pemberian ASI eksklusif ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan, terutama bagi para ibu baru.
Dokter Laktasi RSIA Family Vanny Bernadus Boen mengatakan, ada sejumlah hal yang menghambat proses menyusui pada seorang ibu. Mulai dari volume air susu yang kurang, rasa nyeri pada puting dan payudara, cara menyusui yang tidak benar, hingga masalah anatomi tongue tie (kelainan lidah pada bayi). Kondisi ini bisa menimbulkan tekanan pada ibu.
Baca juga: Panduan Menyusun Menu Makanan Sehat dan Bergizi Tinggi untuk Anak
Oleh karena itu, menurutnya, penting para ibu baru mengetahui hal apa saja yang sebaiknya dilakukan saat menyusui. Vanny menerangkan, menyusui merupakan proses di mana hubungan emosional antara ibu dan anak dapat terjalin lebih kuat dengan pemberian kasih sayang.
Ikatan batin antara ibu dan bayinya berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi. Dengan demikian, ibu disarankan memperhatikan kondisi dirinya selama masa menyusui agar proses tersebut dapat berjalan lancar.
Nah, saat menyusui, Vanny mengimbau agar posisi dan perlekatan menyusu dilakukan dengan benar. Posisi yang benar saat menyusui pada saat duduk maupun berbaring adalah telinga, bahu, dan pinggang bayi berada dalam satu garis lurus. “Jadi kepala bayi tidak menoleh,” ujarnya di Jakarta, Kamis (3/8/2023).
Kemudian, tubuh bayi harus mendekat dan menempel dengan tubuh ibu. Sementara itu, tubuh ibu harus dalam kondisi rileks dan bersandar, bukan menunduk atau terlalu tegak. Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah perlekatan mulut bayi ke payudara ibu, agar bayi juga mendapatkan ASI yang optimal.
Untuk perlekatan yang benar yakni sebagian besar Areola (area kulit melingkar berwarna gelap yang mengelilingi puting susu) masuk ke dalam mulut bayi. Bibir atas dan bawah bayi pun terlipat keluar. Lalu, dagu bayi menempel pada payudara.
“Kunci utamanya adalah memosisikan puting ibu lebih tinggi dari mulut bayi sehingga kepala bayi bisa mendongak saat menyusui yang mempermudah bayi untuk menelan ASI dan hidung bayi tidak tertutup payudara ibu,” jelas Vanny.
Selain memosisikan payudara dan tubuh bayi yang benar saat menyusui, penting bagi ibu memberikan ASI berkualitas. Untuk mendapatkannya, asupan gizi yang dikonsumsi oleh ibu haruslah mencukupi dan mengandung zat gizi yang dibutuhkan.
Vanny menerangkan, secara umum kebutuhan energi perhari ibu menyusui lebih banyak sekitar 500 kalori, yang disesuaikan dengan tubuh masing-masing. Dia menyarankan untuk selalu masukan sayuran dan buah dalam menu harian, karena keduanya memiliki aneka zat gizi yang berperan penting dalam perkembangan anak.
Sayuran hijau seperti bayam, brokoli, dan daun katuk terbilang kaya akan antioksidan. Vanny menyebut daun katuk sejak dulu dikenal sebagai sayuran yang dapat menambah produksi ASI karena mengandung flavonoid (senyawa yang bersifat antioksidan) dan polifenol (zat yang melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas).
“Jangan lupa perhatikan cara pengolahannya ya, jangan memasak daun katuk terlalu lama karena akan merusak nutrisinya,” imbau Vanny.
Ibu menyusui juga membutuhkan banyak protein agar jumlah dan kualitas ASI menjadi optimal. Menurutnya, telur ayam yang kaya protein sangat baik dikonsumsi secara rutin selama masa menyusui. Selain telur, sumber protein juga dapat diperoleh dari kacang-kacangan, polong-polongan, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, dan juga ikan.
Ikan diketahui kaya akan DHA untuk membantu perkembangan kecerdasan anak. DHA juga bermanfaat untuk mencegah baby blues atau depresi bagi ibu yang baru melahirkan. “Pilihlah ikan yg rendah kadar merkurinya seperti sarden, salmon, atau lele,” imbuhnya.
Makanan yang dianjurkan untuk menghadirkan ASI berkualitas yakni produk olahan sapi yang rendah lemak seperti susu rendah lemak dan yogurt. Bagi ibu menyusui yang alergi terhadap susu sapi, kebutuhan akan kalsium dapat digantikan dengan susu kedelai, ikan teri, tahu dan tempe.
Satu lagi yang penting, asupan cairan harus terpenuhi karena pada saat menyusui, tubuh melepaskan hormon oksitosin yang akan mempercepat munculnya rasa haus. “Minumlah minimal 8 gelas perhari, jangan menunggu rasa haus terlebih dahulu supaya produksi ASI tetap terjaga jumlahnya,” tegas Vanny.
Baca juga: Banyak Manfaat, Layanan Preventif Kesehatan Anak Makin Diminati Orang Tua
Editor: Indyah Sutriningrum
Dokter Laktasi RSIA Family Vanny Bernadus Boen mengatakan, ada sejumlah hal yang menghambat proses menyusui pada seorang ibu. Mulai dari volume air susu yang kurang, rasa nyeri pada puting dan payudara, cara menyusui yang tidak benar, hingga masalah anatomi tongue tie (kelainan lidah pada bayi). Kondisi ini bisa menimbulkan tekanan pada ibu.
Baca juga: Panduan Menyusun Menu Makanan Sehat dan Bergizi Tinggi untuk Anak
Oleh karena itu, menurutnya, penting para ibu baru mengetahui hal apa saja yang sebaiknya dilakukan saat menyusui. Vanny menerangkan, menyusui merupakan proses di mana hubungan emosional antara ibu dan anak dapat terjalin lebih kuat dengan pemberian kasih sayang.
Ikatan batin antara ibu dan bayinya berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi. Dengan demikian, ibu disarankan memperhatikan kondisi dirinya selama masa menyusui agar proses tersebut dapat berjalan lancar.
Nah, saat menyusui, Vanny mengimbau agar posisi dan perlekatan menyusu dilakukan dengan benar. Posisi yang benar saat menyusui pada saat duduk maupun berbaring adalah telinga, bahu, dan pinggang bayi berada dalam satu garis lurus. “Jadi kepala bayi tidak menoleh,” ujarnya di Jakarta, Kamis (3/8/2023).
Kemudian, tubuh bayi harus mendekat dan menempel dengan tubuh ibu. Sementara itu, tubuh ibu harus dalam kondisi rileks dan bersandar, bukan menunduk atau terlalu tegak. Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah perlekatan mulut bayi ke payudara ibu, agar bayi juga mendapatkan ASI yang optimal.
Untuk perlekatan yang benar yakni sebagian besar Areola (area kulit melingkar berwarna gelap yang mengelilingi puting susu) masuk ke dalam mulut bayi. Bibir atas dan bawah bayi pun terlipat keluar. Lalu, dagu bayi menempel pada payudara.
“Kunci utamanya adalah memosisikan puting ibu lebih tinggi dari mulut bayi sehingga kepala bayi bisa mendongak saat menyusui yang mempermudah bayi untuk menelan ASI dan hidung bayi tidak tertutup payudara ibu,” jelas Vanny.
Selain memosisikan payudara dan tubuh bayi yang benar saat menyusui, penting bagi ibu memberikan ASI berkualitas. Untuk mendapatkannya, asupan gizi yang dikonsumsi oleh ibu haruslah mencukupi dan mengandung zat gizi yang dibutuhkan.
Vanny menerangkan, secara umum kebutuhan energi perhari ibu menyusui lebih banyak sekitar 500 kalori, yang disesuaikan dengan tubuh masing-masing. Dia menyarankan untuk selalu masukan sayuran dan buah dalam menu harian, karena keduanya memiliki aneka zat gizi yang berperan penting dalam perkembangan anak.
Sayuran hijau seperti bayam, brokoli, dan daun katuk terbilang kaya akan antioksidan. Vanny menyebut daun katuk sejak dulu dikenal sebagai sayuran yang dapat menambah produksi ASI karena mengandung flavonoid (senyawa yang bersifat antioksidan) dan polifenol (zat yang melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas).
“Jangan lupa perhatikan cara pengolahannya ya, jangan memasak daun katuk terlalu lama karena akan merusak nutrisinya,” imbau Vanny.
Ibu menyusui juga membutuhkan banyak protein agar jumlah dan kualitas ASI menjadi optimal. Menurutnya, telur ayam yang kaya protein sangat baik dikonsumsi secara rutin selama masa menyusui. Selain telur, sumber protein juga dapat diperoleh dari kacang-kacangan, polong-polongan, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, dan juga ikan.
Ikan diketahui kaya akan DHA untuk membantu perkembangan kecerdasan anak. DHA juga bermanfaat untuk mencegah baby blues atau depresi bagi ibu yang baru melahirkan. “Pilihlah ikan yg rendah kadar merkurinya seperti sarden, salmon, atau lele,” imbuhnya.
Makanan yang dianjurkan untuk menghadirkan ASI berkualitas yakni produk olahan sapi yang rendah lemak seperti susu rendah lemak dan yogurt. Bagi ibu menyusui yang alergi terhadap susu sapi, kebutuhan akan kalsium dapat digantikan dengan susu kedelai, ikan teri, tahu dan tempe.
Satu lagi yang penting, asupan cairan harus terpenuhi karena pada saat menyusui, tubuh melepaskan hormon oksitosin yang akan mempercepat munculnya rasa haus. “Minumlah minimal 8 gelas perhari, jangan menunggu rasa haus terlebih dahulu supaya produksi ASI tetap terjaga jumlahnya,” tegas Vanny.
Baca juga: Banyak Manfaat, Layanan Preventif Kesehatan Anak Makin Diminati Orang Tua
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.