Ibu menyusui menggunakan kain penutup. (Photo: Monomom)

Ayah Perlu Tahu, Ibu Menyusui Tuh Harus Bahagia Loh

10 July 2021   |   08:43 WIB
Image
Fajar Sidik Hypeabis.id

Sebagai sumber utama kebutuhan nutrisi bayi, air susu ibu (ASI) merupakan hal terpenting yang harus dijaga kualitasnya. Untuk menghasilkan ASI yang berkualitas, ibu sebaiknya selalu dalam kondisi sehat dan bahagia.

Tidak jarang ibu menyusui menjadi uring-uringan bahkan tidak bahagia karena ASI yang tidak lancar. Kondisi ini bahkan terkadang memicu stres pada ibu sehingga produksi ASI makin tidak karuan. Inilah yang membuat banyak ibu menyusui yang tidak berhasil menjalankan ASI ekslusif bagi buah hatinya.

Kurangnya pengetahuan tentang ASI, kurang percaya diri pada produksi ASI, stres, kelelahan, dan kurangnya dukungan dari orang sekitar sangat mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, kebutuhan nutrisi yang kurang terpenuhi dengan baik juga dapat memicu masalah dalam produksi ASI.

Problem umum yang sering terjadi pada ibu menyusui adalah produksi ASI yang kurang dan ASI yang tidak keluar dengan lancar. Ibu biasanya merasa gelisah karena bayi tak bisa makan. Tanpa ASI, bayi juga dapat terganggu pertumbuhannya.

Ada dua hormon yang sangat mempengaruhi produksi ASI pada ibu menyusui yakni hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin berperan sebagai penghasil susu sehingga keberadaannya sangat mempengaruhi jumlah ASI.

Makin banyak prolaktin, makin banyak ASI yang diproduksi ibu. Prolaktin biasanya makin besar produksinya apabila nutrisi untuk ibu tercukupi dengan baik.

Sementara itu hormon oksitosin berfungsi untuk mengeluarkan ASI dari payudara dengan memompa ASI keluar dan dapat diisap oleh bayi. Makin sering bayi mengisap puting payudara ibunya, oksitosin juga makin besar jumlahnya.

Apabila kedua hormon ini terganggu, maka timbullah masalah dalam menyusui baik dalam produksi ASI dan mengeluarkan ASI. Jika prolaktin kurang, sementara oksitosin baik, tetap saja produksi ASI sedikit. Jika prolaktin cukup, sedangkan oksitosin kurang, ASI tidak bisa keluar sehingga payudara ibu membengkak.

Konselor laktasi dokter Ameetha Drupadi mengatakan bahwa asupan nutrisi yang cukup pada saat menyusui adalah kebutuhan yang amat penting dan tidak boleh diabaikan.

Secara khusus asupan zat gizi mikro sebaiknya dipenuhi untuk melancarkan proses menyusui, menyehatkan ibu dan bayi, dan turut memaksimalkan proses tumbuh kembang bayi.

Demi meningkatkan produktivitas ASI, ibu dapat mengonsumsi daun katuk, kacang-kacangan, dan pare. Daun katuk misalnya, merupakan sumber nutrisi dan mineral yang ideal untuk membantu proses produksi ASI berkualitas.

Daun katuk mengandung vitamin A,B,C,K, betakaroten, kalsium, fosfor, zat besi, serat, dan akntioksidan. Ibu dapat mengonsumsi minimal 200 gram daun katuk setiap kali makan, setidaknya 3 kali sehari.

Intinya untuk menghasilkan kedua hormon tadi nutrisi yang cukup dan berkualitas adalah kunci. Selain itu, kasih sayang dan tekad dari ibu akan menghasilkan kepercayaan diri untuk menghasilkan ASI yang berkualitas. Itulah sebabnya ibu perlu memiliki kesejahteraan mental yang baik dan kemauan yang besar untuk menyusui bayinya.

Dokter spesialis anak dan konselor laktasi RS Pondok Indah-Pondok Indah Jakarta,  Yovita Ananta mengatakan bahwa ASI tidak hanya membawa kebaikan pada bayi saja, kegiatan menyusui juga dapat bermanfaat bagi ibu.

“Menyusui dapat membantu menurunkan berat badan setelah kehamilan, menjaga kesehatan mental dan fisik, menurunkan risiko depresi setelah persalinan, menguatkan tulang, menurunkan risiko penyakit jantung dan kanker payudara, dan lain-lain,” ujar Yovita.

Selain itu yang terpenting adalah menyusui dapat mempererat dan menguatkan hubungan ibu dengan anak.

Soal ASI, ibu memang perlu mengisi diri dengan pengetahuan yang tepat dan benar. Edukasi mengenai ASI dan menyusui sebetulnya bisa didapatkan dari para konselor ASI yang tersedia di fasilitas kesehatan, lembaga kesehatan, dan komunitas menyusui.

Rumah sakit juga pada umumnya memiliki kelas edukasi laktasi yang dapat dimanfaatkan orang tua baru untuk menambah wawasan mengenai ASI dan menyusui.

“Ibu disarankan untuk menemu konselor laktasi setidaknya 7 kali dalam masa kehamilan dan setelah persalinan,” ujar Yovita.

Agar produksi ASI dan proses menyusui dapat berjalan dengan baik dan lancar, ibu menyusui juga perlu memiliki pikiran dan afirmasi yang positif. Ibu menyusui harus selalu bahagia.

Kebahagiaan itu merangsang oksitosin sehingga ASI dapat dikeluarkan dengan lancar. Itulah sebabnya ibu sebaiknya menghindari rasa khawatir, gelisah, panik, cemas, dan emosi negatif lainnya ketika menyusui.

Dokter spesialis kandungan dan kebidanan Ali Sungkar mengatakan bahwa salah satu kontribusi terpenting untuk ibu menyusui adalah dari ayah. Para ayah harus turut serta dalam merawat dan membesarkan anak bersama untuk mempererat ikatan ayah dengan anak, termasuk juga untuk perkembangan emosional sang ibu.

“Dukungan penuh pasangan terhadap ibu harus dilakukan sejak masa kehamilan, persalinan, dan enam bulan pertama sejak kelahiran bayi. Dukungan ayah akan membantu menurunkan risiko baby blues dan postpartum deppression pada ibu,” ujar Ali.

Ayah harus mendampingi ibu dalam inisiasi menyusui dini (IMD), karena inilah tahap penting untuk menentukan kelancaran ASI. Dukungan dari ayah untuk ibu menyusui juga dapat dilakukan dengan rajin memijat punggung ibu atau pijat oksitosin untuk melancarkan ASI. (Sumber: Bisnis Weekend April 2019).

Editor: Fajar Sidik
 

SEBELUMNYA

6 Makanan Sehat untuk Bantu Pemulihan Covid-19

BERIKUTNYA

Film Red Notice Akhirnya Umumkan Jadwal Tayang Perdana

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: