Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung dalam acara diskusi SMEs Go Digital: Bring SMEs to The World di JCC Senayan, Minggu (4/8/2024). Sumber gambar: Eusebio C/Hypeabis.id.

Strategi Bank Indonesia Dorong UMKM Bidik Pasar Ekspor

04 August 2024   |   18:54 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Peran UMKM sangat besar untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia. Menurut data dari Kementrian Koperasi dan UKM tahun 2023, jumlah pelaku usah UMKM mencapai sekitar 66 juta atau 99 persen dari keseluruhan unit usaha. Kontribusi UMKM mencapai 61 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia, atau setara Rp9.580 triliun.
 
Selain itu, UMKM juga menyerap sekitar 117 juta pekerja atau setara dengan 97 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Besarnya peran UMKM, mendorong sejumlah pihak untuk berupaya melakukan peningkatan kinerja UMKM nasional, tak terkecuali Bank Indonesia sebagai bank sentral di Tanah Air.
 
Bank Indonesia mendorong peningkatan kinerja UMKM nasional melalui strategi penerapan digitalisasi untuk meningkatkan daya saing, menjadi pemain global dan berorientasi ekspor. 
Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung mengatakan dua pilar utama yang harus diupayakan untuk peningkatan potensi UMKM di Indonesia adalah digitalisasi dan orientasi ekspor. Dalam hal digitalisasi, hal dasar yang bisa diadaptasi oleh UMKM ialah memastikan eksistensinya di platform media sosial seperti Instagram atau TikTok, serta platform ecommerce lokal seperti Tokopedia dan Shopee.
 
"Yang lebih advance adalah kalau UMKM bisa go global dengan menggunakan ecommerce global. Oleh karena itu, Bank Indonesia berupaya untuk terus melakukan digitalisasi dengan memberikan literasi digital kepada UMKM binaan dan sistem pembayarannya, termasuk pembiayaan secara digital," katanya dalam acara diskusi SMEs Go Digital: Bring SMEs to The World di JCC Senayan, Minggu (4/8/2024).
 
Sementara agar UMKM bisa mulai menembus pasar ekspor, Juda mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan utamanya ialah kualitas produk yang memenuhi standar internasional, dan kontinuitas produksi. Termasuk, membangun narasi atau cerita di balik produk-produk UMKM yang menjadi daya tarik tersendiri di pasar internasional.
 
"Misalnya produk wastra yang sudah dibuat dengan ramah lingkungan atau kain hasil pelestarian budaya yang hampir punah. Cerita-cerita seperti ini penting bagi pembeli, apalagi mereka yang sangat concern dengan kelestarian baik dari lingkungan maupun budaya," katanya.
 
Selain itu, hal lain yang tak kalah penting ialah terkait inovasi. Juda mengatakan inovasi menjadi penting untuk terus dilakukan oleh UMKM, dengan mengikuti tren serta perkembangan yang terjadi di dunia global. Termasuk, penting untuk terus memantau perkembangan informasi di dunia internasional, agar terjadi matching atau keselarasan antara produk UMKM dengan kebutuhan pasar ekspor.
 
"Bank Indonesia bekerja sama dengan beberapa kementerian, termasuk Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri selalu berkoordinasi untuk mencari informasi kebutuhan di luar negeri. Kita juga mendorong promosi berbagai event. Nanti bulan September ini kita akan bawa UMKM kita ke acara pameran UMKM dari seluruh dunia di Paris," katanya.
 

Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung dalam acara diskusi SMEs Go Digital: Bring SMEs to The World di JCC Senayan, Minggu (4/8/2024). Sumber gambar: Eusebio C/Hypeabis.id.

Para pembicara dalam acara diskusi SMEs Go Digital: Bring SMEs to The World di JCC Senayan, Minggu (4/8/2024). Sumber gambar: Eusebio C/Hypeabis.id.

Strategi Akselerasi UMKM Go Global
Kepala DUPK Bank Indonesia Anastuty K. memaparkan saat ini, Bank Indonesia telah memiliki sebanyak 2.226 UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut meliputi UMKM dari berbagai sektor, seperti pertanian, peternakan, perikanan, makanan minuman olahan, fesyen, serta kriya dan kerajinan.
 
Meski memiliki potensi yang besar, UMKM di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan untuk bisa menyasar pasar global baik dari segi pasar (market) maupun internal. Dari segi market berkaitan dengan informasi market intelligence yang terbatas, belum optimalnya dukungan ekosistem UMKM ekspor, dan terbatasnya realisasi model pembiayaan UMKM ekspor.
 
Sementara dari sisi internal, banyak UMKM yang belum memiliki kelembagaan formal, belum memiliki mindset dan manajemen profesional, terbatasnya pengetahuan ekspor, kemampuan komunikasi dan media pemasaran terbatas, brand image yang belum sesuai tren pasar ekspor, hingga kuantitas, kualitas, kapasitas, kontinuitas dan kemasan (5K) serta standarisasi dan sertifikasi (2S) produk UMKM yang belum sesuai permintaan.
 
Dengan sejumlah tantangan tersebut, dilakukan pengembangan UMKM berorientasi ekspor dari hulu ke hilir yang dilakukan melalui dua strategi besar yaitu pull strategy (market driven) serta push strategy melalui fasilitas pemenuhan sertifikasi kepada UMKM binaan dan mitra Bank Indonesia.
 
Pull strategy berkaitan dengan beberapa hal seperti market intelligence, kurasi dan promosi perdagangan, sinergi dengan stakeholders, dan business matching. Sementara push strategy berkaitan dengan standarisasi, sertifikasi, digitalisasi, akses pembiayaan, serta capacity building dan pendampingan sinergi dengan kementerian atau lembaga terkait.
 
"Hal yang paling penting adalah ketika kita mau bawa produk kita ke luar negeri, kita harus paham sekali, negara yang kita sasar itu butuhnya apa dan standarisasi produknya seperti apa. Nah itu pentingnya market intelligence untuk UMKM kita, supaya kita lebih efektif dan efisien, tepat sasaran dan tepat guna," katanya.
 
Selain merancang sejumlah strategi tersebut, Bank Indonesia juga menyiapkan Indonesia SME Hub (ISH), sebuah platform untuk mengakselerasi ekspor produk UMKM ke pasar internasional melalui pengembangan UMKM ekspor, fasilitas interaksi UMKM ekspor dan buyer, serta promosi UMKM dan produk UMKM siap ekspor.
 
"Platform ini intinya mempertemukan buyer dari luar negeri dengan supplier [UMKM], sehingga semua informasi yang ada terkait dengan ekspor," kata Anastuty.
 
Terdapat empat fitur utama yang ada di platform ini, yaitu export insights, virtual business longue, link and match, serta events dan articles. Untuk export insights berkaitan dengan beberapa hal seperti modul ekspor yang berisi panduan untuk UMKM go global, informasi pasar dari berbagai negara untuk menjadi referensi UMKM untuk ekspor, dan informasi regulasi ekspor hyperlink dengan Inatrims milik Kementerian Perdagangan.
 
Fitur virtual business longue yang dirancang untuk mendorong kerja sama antara UMKM dan buyer. Sementara fitur events dan articles yang berisikan agenda-agenda terkait ekspor baik di alam maupun luar negeri yang dapat diikuti UMKM, serta berita dan artikel termasuk kisah sukses inspiratif yang dapat menjadi inspirasi bagi UMKM.
 
Adapun, fitur link and match berisikan katalog produk UMKM siap ekspor dari berbagai kategori, informasi UMKM siap ekspor yang dapat dikontak oleh buyer, serta informasi detail UMKM dan produknya termasuk informasi sertifikasi yang dimiliki.
 
"Bank Indonesia konsisten melakukan upaya-upaya untuk mendukung pengembangan UMKM Go Ekspor melalui berbagai program seperti trading house, promosi perdagangan dan pengembangan ISH. Peningkatan ekspor UMKM memerlukan sinergi yang konstruktif di setiap tahapan menuju penguatan daya saing ekspor," kata Anastuty.

Baca juga: Resep Jitu Brand UMKM Kultiva Co Tembus Pasar Ekspor hingga 8 Negara

Editor: Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

Tari Kusukusu II & Refleksi Ragam Gerak Fauna di SIPFEst 2024 Salihara

BERIKUTNYA

Jalan Bareng Genhype Kembali Digelar, Kali Ini Kunjungi Pameran Skenografi Salihara

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: