Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aida S. Budiman memberikan kata sambutan sebelum diskusi pada ajang Festival Ekonomi Keuangan Digital dan Karya Kreatif Indonesia (FEKDI x KKI) 2024 di Jakarta, Jumat (2/8/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P)

60 Persen Konsumen Siap Bayar Lebih Tinggi untuk Produk Fesyen Berkelanjutan

03 August 2024   |   07:00 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Industri fesyen mengalami transformasi besar dengan meningkatnya permintaan untuk produk yang lebih ramah lingkungan atau berkelanjutan (sustainable). Data Bank Indonesia menunjukkan pasar fesyen berkelanjutan tumbuh sebesar 71 persen antara 2016 dan 2020.

Hal ini didorong dengan konsumen yang kini lebih sadar terhadap dampak lingkungan dari produk fesyen. Bahkan, 60 persen konsumen bersedia membayar lebih untuk produk yang mengedepankan unsur keberlanjutan.

“Generasi muda, khususnya generasi Y dan Z, memiliki kesadaran yang tinggi terhadap isu lingkungan dan lebih memilih produk yang ramah lingkungan meski harganya sedikit lebih tinggi,” ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aida S. Budiman, dalam talkshow Building Trends in Inclusive Economy: Integrating Sustainability into Fashion di FekdiXKki, Jumat (2/8/2024).

Baca juga: Fesyen Keberlanjutan di Indonesia, Tren Green & Trendy dengan Sentuhan Wastra

Menurut Aida, perkembangan fesyen berkelanjutan ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk menciptakan ekonomi yang inklusif dan ramah lingkungan. “Sustainable fashion bukan hanya sebuah pilihan, tetapi merupakan masa depan yang harus kita dorong bersama,” katanya. 

Elsya M.S. Chani, Kepala Group Pengembangan UMKM dan Keuangan Inklusif Bank Indonesia mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk membantu UMKM bertransformasi menuju bisnis yang lebih ramah lingkungan dan aktif mendukung UMKM fesyen berkelanjutan melalui berbagai inisiatif seperti Eco-adapter, Eco-entrepreneur, dan Eco-innovator.

Program-program ini dirancang untuk membantu UMKM beradaptasi dan berinovasi dalam praktik ramah lingkungan, di mana saat ini 30 persen UMKM di bawah binaan Bank Indonesia telah masuk kategori Eco-adapter.

“Kami menyediakan dukungan berupa pelatihan, akses pembiayaan, dan promosi untuk meningkatkan daya saing produk fesyen berkelanjutan baik di pasar domestik maupun internasional,” jelasnya. 

Salah satu inisiatif penting adalah peningkatan kapasitas UMKM melalui program pelatihan dan pembiayaan. Bank Indonesia juga aktif memfasilitasi promosi produk fesyen berkelanjutan di pameran internasional. Contoh konkret dari program ini termasuk kolaborasi dengan desainer untuk menciptakan produk yang menggunakan bahan daur ulang dan proses produksi yang ramah lingkungan.

Beberapa UMKM binaan juga sudah menerapkan praktik fesyen berkelanjutan dengan menggunakan pewarna alami dan memanfaatkan sisa bahan untuk menciptakan produk baru yang ramah lingkungan, serta memiliki daya tarik di pasar internasional.

Meskipun ada kemajuan yang signifikan, transisi menuju fesyen berkelanjutan masih menghadapi berbagai tantangan seperti ketersediaan bahan baku ramah lingkungan dan perubahan mindset konsumen serta pelaku usaha. Namun, dukungan dan kolaborasi berbagai pihak, industri fesyen diharapkan dapat terus berkembang dengan prinsip keberlanjutan.

Sustainable fashion adalah perjalanan yang panjang dan memerlukan konsistensi, inovasi, serta sinergi dari semua pihak. Kami berharap ke depan, semakin banyak UMKM yang dapat beradaptasi dengan prinsip-prinsip ini dan turut serta dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau,” ujarnya Aida. 

Baca juga: Minimalisir Limbah, Intip 5 Jenama Fesyen yang Usung Keberlanjutan Ini

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Animal Pop Siap Suguhkan Tari KUSUKUSU II di Pembukaan SIPFEst 2024

BERIKUTNYA

Waspada Vishing, Begini Modus & Cara Mengatasinya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: