Ilustrasi penjahat dunia maya (Sumber gambar: Clint Patterson/Unsplash)

Waspada Vishing, Begini Modus & Cara Mengatasinya

03 August 2024   |   08:53 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Ragam modus penipuan hadir di dunia maya, seiring kehidupan yang makin terdigitalisasi. Kegiatan ini tentu sangat meresahkan mengingat pelaku selalu memiliki intrik untuk mengelabui korbannya dan kerap kali mereka terorganisir saat menjalankan aksi kejahatan sibernya. 

Salah satu modus penipuan dunia maya yang sedang ramai di media sosial yakni penipuan seolah-olah dihubungi oleh operator atau call center. Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha mengatakan penipuan ini dikenal sebagai voice phising atau vishing.

Cara kerja dari penipuan ini adalah korban dihubungi melalui telepon seolah-olah dari mesin operator call center otomatis yang menginformasikan bahwa korban mempunyai suatu hal yang perlu diklasifikasikan. Hal itu bisa berupa memiliki tunggakan, melakukan pelanggaran, atau terlibat dalam suatu tindak kejahatan. 

Baca juga: Waspada! Hampir 10 Miliar Kata Sandi Bocor, Segera Lakukan Ini

Fase awal biasanya akan berhubungan dengan pihak yang mengaku sebagai operator atau verifikator untuk menyamakan dan meminta data pribadi korban dengan alasan pencatatan. Kemudian, pelaku akan menghubungkan korban dengan pihak otoritas yang lebih tinggi, bisa atasannya atau pihak lain. 

“Dari hubungan dengan pihak yang dianggap lebih tinggi tersebut biasanya korban akan mulai dipengaruhi untuk mengirimkan uang misalnya untuk membayar tunggakan atau menutup kasus, atau bahkan meminta foto diri sambil memegang KTP,” jelasnya kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.

Tidak banyak teknologi yang dipergunakan oleh penipu vishing. Pasalnya, suara mesin operator call center tersebut bisa diputar menggunakan atau mp3 player yang sudah disiapkan pelaku sebelumnya. Sedangkan data awal korban yang seolah-olah dimiliki oleh pelaku, berasal dari kebocoran data pribadi yang marak terjadi selama ini. 

Data tersebut diolah oleh pelaku sehingga bisa digunakan untuk memperdaya korban supaya percaya bahwa yang menghubungi tersebut memang dari institusi resmi. Setiap orang bisa menjadi target penipuan dengan modus vishing ini. Namun, mangsa empuknya yakni orang yang sudah berumur atau yang tinggal di luar kota besar.  
 

Langkah Pencegahan

Pratama menerangkan untuk membedakan operator asli atau operator palsu sebetulnya tidaklah sulit. Sebab, biasanya operator asli akan menghubungi menggunakan nomor resmi perusahaan seperti yang di publish di website mereka. 

"Pengguna smartphone juga bisa menggunakan aplikasi seperti Truecaller atau Get Contact untuk mengetahui pemilik nomor tersebut," sarannya.

Sementara itu, Pratama mengimbau untuk segera putuskan sambungan telepon jika menyadari telah menjadi korban vishing. Selanjutnya, hubungi instansi yang mengaku menghubungi dari nomor yang tertera di website resmi untuk memastikan informasi yang diterima sebelumnya. 

Jangan terjebak mengikuti alur yang sudah di-setting sebelumnya oleh pelaku. “Semakin lama kita mengikuti alur maka kita akan percaya bahwa yang menghubungi kita adalah pihak yang sah,” tegasnya. 

Pratama juga mengimbau untuk tidak membagikan foto dokumen pribadi atau identitas, terutama foto dengan pose memegang kartu identitas. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh pelaku untuk mengambil pinjaman online dengan menggunakan data milik korban, sehingga korban akan ditagih pinjaman yang tidak pernah dilakukannya secara pribadi.

Selain itu, jangan asal membuka tautan yang dikirimkan melalui SMS, WhatsApp atau email. Pasalnya, bisa saja link tersebut menuju ke website phising yang dimiliki oleh pelaku atau bahkan menginstall malware yang bisa mengambil alih perangkat, serta menguras isi rekening dan dompet digital. 

Jika menyadari sudah menjadi korban penipuan dengan modus ini, segera buat surat laporan kepolisian yang menyatakan waktu serta kronologis kejadian. Dengan demikian, bisa mengantisipasi kasus penipuan yang merugikan secara finansial dari data yang pernah diambil.

Laporan kepolisian menurutnya bisa menjadi dasar bagi pihak kepolisian untuk melakukan investigasi serta menangkap pelaku supaya tidak banyak korban yang timbul di kemudian hari. Pratama menyarankan untuk menceritakan kronologis tersebut kepada keluarga atau kerabat melalui aplikasi perpesanan maupun media sosial. “Supaya mereka tidak menjadi korban baru,” tegasnya.

Baca juga: Petinggi Facebook Resah Aksi Scamming, Sudah Gelontorkan US$20 Juta Buat Pencegahan

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

60 Persen Konsumen Siap Bayar Lebih Tinggi untuk Produk Fesyen Berkelanjutan

BERIKUTNYA

FEKDI x KKI 2024 Tawarkan Pengalaman Bazar UMKM dari Penjuru Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: