Fesyen Keberlanjutan di Indonesia, Tren Green & Trendy dengan Sentuhan Wastra
06 June 2024 |
21:00 WIB
Keberlanjutan dalam industri fesyen atau sustainable fashion memang tengah menjadi satu gerakan yang banyak digaungkan oleh para desainer dan sederet merek fashion dunia untuk menjadikan industri mode lebih ramah lingkungan.
Menariknya, sustainable fashion di Indonesia memiliki satu kekuatan yang membedakannya dari mode fesyen yang dihadirkan di Negara lain yakni sentuhan keindahan wastra dalam setiap desain busana yang dikreasikan oleh para desainer Tanah Air.
Lenny Agustin, National Chair Indonesian Fashion Chamber (IFC) mengatakan bahwa pihaknya terus berkomitmen untuk memajukan industri fesyen Indonesia ke arah yang lebih berkelanjutan dan beretika dengan mengaplikasikan corak motif dari ragam wastra nusantara.
Baca Juga: UMKM Didorong Belajar Teknik Zero Waste Pattern Dress, Wujudkan Fashion Ramah Lingkungan
“Kita perlu sama-sama menjaga bumi dan budaya Indonesia sekaligus mengenalkan industri fashion lokal yang berkelanjutan melalui penggunaan wastra ke panggung fesyen dunia,” tuturnya.
Tema Green and Trendy merujuk pada kepedulian terhadap lingkungan melalui proses produksi yang bertanggung jawab dengan harapan memberikan kontribusi berarti bagi perkembangan industri fashion dan kelestarian budaya wastra Indonesia.
Setiap desainer membawa koleksi busananya dengan membawa corak keindahan wastra yang berkelas dalam model potongan yang lebih modern dan kekinian.
Salah satu desainer yang membawa tren busana dalam payung tema Green and Trendy adalah Hendri Budiman melalui koleksi berjudul Jagadhita yang memiliki arti dunia yang sejahtera. Hendri mengatakan di dalam dunia fesyen, untuk bisa membawa dunia yang sejahtera bisa dilakukan dengan menerapkan sustainable fashion.
“Sustainable fashion ini mempraktikkan mode beretika. Sebuah perilaku yang bertanggung jawab atas perlindungan kemanusiaan dan lingkungan saat menciptakan sebuah produk mode,” jelasnya.
Maka, di dalam koleksinya kali ini, Hendri Budiman mengkreasikannya melalui penggunaan material yang terbuat dari bahan katun organic yang aman bagi petani dan pekerja garmen karena terbebas dari pestisida dan pupuk kimia.
Bahan katun organik tersebut dibuat dengan teknik batik cap melalui sentuhan motif polkadot, kotak-kotak, dan abstrak yang diberi pewarnaan alam serta dikombinasikan dengan teknik tritik/shibori warna alam. Kemudian dikreasikan menjadi berbagai fesyen item yang memiliki style feminine chic mulai dari outer, rompi, blouse, celana, hingga rok lilit.
Selain Hendri Budiman, ada pula Priscilla Saputro salah satu desainer yang hadir di Trunk Show Kelana Wastra dengan membawa koleksi berjudul Cultural Couture: Draping Batik into Modern Masterpieces yang menghadirkan perpaduan indah antara warisan budaya batik tulis klasik dengan sentuhan desain yang lebih modern dan kekinian.
Menurut Priscilla, koleksi yang dibawanya tersebut terinspirasi dari kekayaan budaya batik Indonesia, terutama untuk batik motif klasik pada kain katun berwarna coklat. Setidaknya dalam koleksi kali ini, Priscilla membawa lebih dari delapan lembar batik masterpiece.
Uniknya, batik-batik tersebut dibuat dengan teknik draping, di mana lembaran batik tulis tidak dipotong atau dijahit, melainkan dibentuk langsung menjadi busana yang siap pakai. Melalui teknik draping tersebut, memungkinkan para pecinta batik untuk menyimpan karya seni tersebut ke dalam bentuk lembaran aslinya sebagai kenangan berharga.
"Saya ingin koleksi ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang keindahan dan nilai budaya batik Indonesia yang tak ternilai," ujar Priscilla Saputro.
Sementara itu, desainer Riri Rengganis hadir membawa koleksi terbarunya yang mengangkat tema "Longevity". Koleksi yang ditampilkan Rengganis ini merupakan hasil mix’n’match antara desain lama dan baru, dipadukan dengan kain wastra yang hampir semuanya tidak dipotong.
“Persisnya, 75?ri koleksi ini merupakan desain lama, dimana 75?ri kain wastra yang digunakan tidak dipotong sama sekali agar mempertahankan nilai orisinil dan masa pakai wastranya. Maka itu, koleksi ini diberi judul “Longevity”, yang berarti umur panjang,” jelasnya.
Menurut Riri Rengganis, konsep yang dibawanya tersebut selaras dengan kampanye “slow fashion” yang selalu di gaungkan dalam setiap karya desainnya yakni mengusung perpanjangan masa pakai. Misalnya saja dengan menawarkan pakaian bernilai tinggi, mendaur ulang desain lama, mengurangi budaya konsumtif yang semuanya dilakukan untuk mengurangi limbah fashion di dunia.
Meski memiliki kampanye yang sama yakni slow fashion dengan mengkreasikan koleksi lama, tetapi setiap desain busana yang dibawa oleh Riri Rengganis memiliki styling yang selalu berubah. Seperti pada koleksi kali ini yang tetap terasa lebih segar karena menawarkan banyak gaya baru bagi para penggemar brand Rengganis.
“Ini membuktikan bahwa memperpanjang masa pakai produk itu tidak harus membosankan. Pintar-pintarnya bermain padu padan menjadi kunci dalam menjalani hidup yang sustainable sekaligus fashionable,” jelasnya.
Adapun siluet yang ditampilkan dalam koleksi ready-to-wear ini memiliki nuansa casual feminin, dengan sentuhan bordir tangan, dan skema warna natural dengan aksen beberapa warna segar dari wastra tenun yang berasal dari Garut, Sikka, dan Troso, yang hampir semuanya dibuat dengan menggunakan pewarna alam.
Brand Rengganis sendiri didirikan oleh Riri Rengganis sejak 2017, dan secara konsisten mempromosikan slow fashion melalui penggunaan wastra asli dari berbagai daerah serta memiliki ciri khas yang kuat dalam pengembangan teknik dan desain bordir tangan.
Detail yang sarat dengan keterampilan tangan perajin (craftsmanship) ini dikombinasikan dengan siluet dan styling yang sederhana dan casual membuat brand Rengganis tampak kontemporer tetapi tetap setia menjaga garis desain yang berakar pada etnik nusantara.
“Kami ingin menghadirkan koleksi untuk para wanita yang memiliki kepedulian terhadap sustainability, pelestarian budaya dan menghargai craftsmanship tinggi,” ujarnya.
Baca Juga: Wujudkan Fashion Ramah Lingkungan dengan Teknik Upcycling Pakaian Lama jadi Seperti Baru
Editor: M. Taufikul Basari
Menariknya, sustainable fashion di Indonesia memiliki satu kekuatan yang membedakannya dari mode fesyen yang dihadirkan di Negara lain yakni sentuhan keindahan wastra dalam setiap desain busana yang dikreasikan oleh para desainer Tanah Air.
Lenny Agustin, National Chair Indonesian Fashion Chamber (IFC) mengatakan bahwa pihaknya terus berkomitmen untuk memajukan industri fesyen Indonesia ke arah yang lebih berkelanjutan dan beretika dengan mengaplikasikan corak motif dari ragam wastra nusantara.
Baca Juga: UMKM Didorong Belajar Teknik Zero Waste Pattern Dress, Wujudkan Fashion Ramah Lingkungan
“Kita perlu sama-sama menjaga bumi dan budaya Indonesia sekaligus mengenalkan industri fashion lokal yang berkelanjutan melalui penggunaan wastra ke panggung fesyen dunia,” tuturnya.
Tema Green and Trendy merujuk pada kepedulian terhadap lingkungan melalui proses produksi yang bertanggung jawab dengan harapan memberikan kontribusi berarti bagi perkembangan industri fashion dan kelestarian budaya wastra Indonesia.
Setiap desainer membawa koleksi busananya dengan membawa corak keindahan wastra yang berkelas dalam model potongan yang lebih modern dan kekinian.
Salah satu desainer yang membawa tren busana dalam payung tema Green and Trendy adalah Hendri Budiman melalui koleksi berjudul Jagadhita yang memiliki arti dunia yang sejahtera. Hendri mengatakan di dalam dunia fesyen, untuk bisa membawa dunia yang sejahtera bisa dilakukan dengan menerapkan sustainable fashion.
“Sustainable fashion ini mempraktikkan mode beretika. Sebuah perilaku yang bertanggung jawab atas perlindungan kemanusiaan dan lingkungan saat menciptakan sebuah produk mode,” jelasnya.
Maka, di dalam koleksinya kali ini, Hendri Budiman mengkreasikannya melalui penggunaan material yang terbuat dari bahan katun organic yang aman bagi petani dan pekerja garmen karena terbebas dari pestisida dan pupuk kimia.
Bahan katun organik tersebut dibuat dengan teknik batik cap melalui sentuhan motif polkadot, kotak-kotak, dan abstrak yang diberi pewarnaan alam serta dikombinasikan dengan teknik tritik/shibori warna alam. Kemudian dikreasikan menjadi berbagai fesyen item yang memiliki style feminine chic mulai dari outer, rompi, blouse, celana, hingga rok lilit.
Selain Hendri Budiman, ada pula Priscilla Saputro salah satu desainer yang hadir di Trunk Show Kelana Wastra dengan membawa koleksi berjudul Cultural Couture: Draping Batik into Modern Masterpieces yang menghadirkan perpaduan indah antara warisan budaya batik tulis klasik dengan sentuhan desain yang lebih modern dan kekinian.
Menurut Priscilla, koleksi yang dibawanya tersebut terinspirasi dari kekayaan budaya batik Indonesia, terutama untuk batik motif klasik pada kain katun berwarna coklat. Setidaknya dalam koleksi kali ini, Priscilla membawa lebih dari delapan lembar batik masterpiece.
Uniknya, batik-batik tersebut dibuat dengan teknik draping, di mana lembaran batik tulis tidak dipotong atau dijahit, melainkan dibentuk langsung menjadi busana yang siap pakai. Melalui teknik draping tersebut, memungkinkan para pecinta batik untuk menyimpan karya seni tersebut ke dalam bentuk lembaran aslinya sebagai kenangan berharga.
"Saya ingin koleksi ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang keindahan dan nilai budaya batik Indonesia yang tak ternilai," ujar Priscilla Saputro.
Sementara itu, desainer Riri Rengganis hadir membawa koleksi terbarunya yang mengangkat tema "Longevity". Koleksi yang ditampilkan Rengganis ini merupakan hasil mix’n’match antara desain lama dan baru, dipadukan dengan kain wastra yang hampir semuanya tidak dipotong.
“Persisnya, 75?ri koleksi ini merupakan desain lama, dimana 75?ri kain wastra yang digunakan tidak dipotong sama sekali agar mempertahankan nilai orisinil dan masa pakai wastranya. Maka itu, koleksi ini diberi judul “Longevity”, yang berarti umur panjang,” jelasnya.
Menurut Riri Rengganis, konsep yang dibawanya tersebut selaras dengan kampanye “slow fashion” yang selalu di gaungkan dalam setiap karya desainnya yakni mengusung perpanjangan masa pakai. Misalnya saja dengan menawarkan pakaian bernilai tinggi, mendaur ulang desain lama, mengurangi budaya konsumtif yang semuanya dilakukan untuk mengurangi limbah fashion di dunia.
Meski memiliki kampanye yang sama yakni slow fashion dengan mengkreasikan koleksi lama, tetapi setiap desain busana yang dibawa oleh Riri Rengganis memiliki styling yang selalu berubah. Seperti pada koleksi kali ini yang tetap terasa lebih segar karena menawarkan banyak gaya baru bagi para penggemar brand Rengganis.
“Ini membuktikan bahwa memperpanjang masa pakai produk itu tidak harus membosankan. Pintar-pintarnya bermain padu padan menjadi kunci dalam menjalani hidup yang sustainable sekaligus fashionable,” jelasnya.
Adapun siluet yang ditampilkan dalam koleksi ready-to-wear ini memiliki nuansa casual feminin, dengan sentuhan bordir tangan, dan skema warna natural dengan aksen beberapa warna segar dari wastra tenun yang berasal dari Garut, Sikka, dan Troso, yang hampir semuanya dibuat dengan menggunakan pewarna alam.
Brand Rengganis sendiri didirikan oleh Riri Rengganis sejak 2017, dan secara konsisten mempromosikan slow fashion melalui penggunaan wastra asli dari berbagai daerah serta memiliki ciri khas yang kuat dalam pengembangan teknik dan desain bordir tangan.
Detail yang sarat dengan keterampilan tangan perajin (craftsmanship) ini dikombinasikan dengan siluet dan styling yang sederhana dan casual membuat brand Rengganis tampak kontemporer tetapi tetap setia menjaga garis desain yang berakar pada etnik nusantara.
“Kami ingin menghadirkan koleksi untuk para wanita yang memiliki kepedulian terhadap sustainability, pelestarian budaya dan menghargai craftsmanship tinggi,” ujarnya.
Baca Juga: Wujudkan Fashion Ramah Lingkungan dengan Teknik Upcycling Pakaian Lama jadi Seperti Baru
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.