Ilustrasi anak bermain (Sumber gambar: Hisu lee/Unsplash)

Wahana Bermain Dukung Perkembangan Motorik & Sensorik Anak

30 July 2024   |   17:20 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Orang tua tentu menggantungkan asa yang tinggi kepada anak-anaknya. Anak tidak hanya menjadi harapan bagi orang tuanya saja, melainkan juga bagi bangsa. Namun mengharapkan anak menjadi generasi yang matang bukan perkara muda.

Di tengah percepatan teknologi digital dan internet saat ini, anak-anak dan orangtua dihadapkan dengan masalahnya sendiri, mulai dari kesenjangan literasi teknologi, hingga perbedaan era yang begitu mencolok. Permainan-permainan yang bersifat fisik perlahan ditinggalkan dan didominasi oleh permainan berbasis digital.

Bukan hal yang salah, tetapi ada untung rugi yang perlu ditimbang. Di satu sisi, kehadiran teknologi merupakan sebuah keniscayaan. Namun disisi lain, teknologi bisa berdampak pada masalah sosial hingga psikologis anak. Untuk itu, orang tua perlu menimbang pola belajar dan bermain dengan cerdas di era digital seperti saat ini.

Baca juga: Psikolog Bagikan Strategi Pola Asuh Efektif untuk Perkembangan Optimal Anak
 
Bagi anak-anak, permainan bisa mendatangkan kesenangan. Namun dibalik itu, permainan bukanlah hanya sekedar permainan. Lebih jauh, permainan bisa membawa pengaruh jauh pada kehidupan sosial dan kebiasaan anak. Untuk mencapai hal tersebut, kebiasaan dan profil anak bisa dibangun dengan melatih sensorik dan motoriknya.
 
Aktivitas sensorik akan membantu stimulasi indera anak yang meliputi rasa, sentuhan, penglihatan, pendengaran dan penciuman. Semenara aktivitas motorik terkait dengan kemampuan pergerakan tubuh anak yang melalui proses perkembangannya dari kecil menuju dewasa. Kedua aktivitas ini sama-sama penting dikembangkan sejak usia dini.
 
Kemampuan motorik mungkin terlihat lebih jelas karena mampu dilihat dari fisik luar anak. Namun, kemampuan sensorik yang berkaitan dengan kognitif dan interaksi anak di masa depan acap kali dilewatkan.

Psikolog Jakarta Child Development Center Nadia Emanuella Gideon mengatakan, tiap anak lahir spesial dengan profil sensoriknya masing-masing. Maka, orangtua sebaiknya memahami profil ini agar bisa menjaga pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara yang nyaman.
 
Nadia mengatakan, dengan memahami profil sensorik anak, maka orangtua tidak terkesan member unsur paksaan pada anak. Profil sensorik berkaitan dengan bagaimana personalisasi dari tiap-tiap anak terbentuk. Anak-anak harus melalui proses adaptasi yang panjang dari bayi hingga dewasa untuk menyesuaikan diri dengan profil sensoriknya.
 
Sehingga dalam perjalannya menuju dewasa, Nadia menjelaskan anak pun akan tumbuh dengan sistem sensorik yang lebih kompleks. Mereka akan berhadapan dengan berbagai sensasi terkait sensorik yang berkaitan dengan fisiologis, gerak sendi dan otot, hingga tumpuan keseimbangan dan orientasi anak-anak dalam melihat ruang.
 
Nadia mencontohkan, beberapa anak mungkin merasa nyaman bermain di ruang terbuka yang penuh atraksi. Mereka juga dengan mudah berinteraksi karena merasa nyaman. Namun, ada beberapa anak yang melihat orientasi ruang terbuka dengan gambaran yang terkesan cemas dan ingin menutup diri. Respon yang berbeda ini menjadi dasar bukti bahwa setiap anak memiliki orientasi yang berbeda-beda.

Memahami sensorik anak berarti orangtua memiliki koneksi yang baik dengan anak. Ini bisa menjadi kunci untuk menentukan stimulasi perkembangan anak yang lebih efektif.

“Orang tua yang memahami kebutuhan anak adalah bagian dari koneksi yang baik dari orangtua ke anaknya,” kata Nadia.
 

Bukan Sekadar Permainan

 

Ilustrasi anak bermain (Sumber gambar: Ashton Bingham/Unsplash)

Ilustrasi anak bermain (Sumber gambar: Ashton Bingham/Unsplash)


Terkait dengan stimulasi, orang tua yang memahami kebutuhan dasar anak selanjutnya dapat menentukan pola belajar dan bermain yang efektif untuk mendorong kemampuan anak. Tak hanya sekedar bermain, permainan memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan anak. 

Dokter Anak RSIA Bunda Jakarta I Gusti Ayu Nyoman Partiwi menjelaskan, stimulasi anak perlu dilakukan dengan menantu sensorik dan motorik anak. Dua kemampuan ini menjadi fondasi untuk mencapai pertumbuhan anak yang maksimal hingga dewasa.
 
Selain dengan menyusui yang bisa membangun kedekatan erat dengan anak, rupanya mengajarkan anak melalui berbagai permainan yang menyenangkan bisa berdampak pada kemampuannya ke depan. Lewat beragam media seperti mainan anak, kemampuan dasar sensorik dan motorik bisa dibangun dengan matang. 

Untuk merangsang sensorik, dr. Tiwi menyebut, anak berusia 3 bulan pun sudah bisa dikenalkan dengan mainan. Pada masa tersebut, anak sudah mulai membedakan warna-warna seperti hitam dan putih. Mengenalkannya dengan buku atau jenis mainan beragam pola dan warna bisa mendorong kemampuan sensoriknya melalui indra penglihatan dan peraba.
 
Setelah melalui tahap awal, orang tua bisa memperkenalkan anak dengan fungsi sensorik lain seperti mainan dengan bunyi untuk merangsang sensori pendengaran, atau material mainan berbahan halus dan kasar untuk menguatkan sensori peraba pada anak.

“Tentu permainan bisa disesuaikan dengan milestone anak. Harus ada unsur interaksi dan kontak langsung juga antara orangtua dengan anak,” kata dr. Tiwi.
 
Menurutnya, kemampuan sensorik dan motorik ini bertujuan untuk merangsang pancaindra sekaligus gerak tubuh baik secara kasar dan halus. Saat anak sudah mahir berdiri orang tua bisa membawa anak ke wahana atau tempat bermain yang melibatkan banyak gerakan.

Misalnya, bermain di wahana dengan tangga, atau permainan yang melibatkan gerakan tarik dan dorong. Tentunya, diperlukan pengawasan orang tua selama anak bermain.

Baca juga: Moms-Dads, Yuk Stimulasi Sensorik & Motorik Anak dengan Cara Ini

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Perdana di Indonesia, Konser Orkestra Film One Piece Bakal Hadir di Jakarta

BERIKUTNYA

Duh, Orang Indonesia Doyan Minuman Kemasan Berpemanis, Apa Dampaknya?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: