Ilustrasi penggunaan masker pada anak (Sumber gambar: Muneer Ahmed Ok/Unsplash)

6 Kasus Mycoplasma Pneumonia Mendera Anak di Indonesia, Orang Tua Diimbau Lengkapi Imunisasi

11 December 2023   |   18:31 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Indonesia bergerak cepat merespons merebaknya kasus mycoplasma pneumonia yang menjangkiti wilayah China bagian Utara. Upaya mitigasi dan pemantauan kewaspadaan khusus untuk kasus mycoplasma pneumonia dilakukan untuk meminimalisir peningkatan kasus mycoplasma pneumonia di Indonesia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan, per Rabu (6/12/2023), lalu telah dilaporkan terdapat 6 kasus mycoplasma pneumonia di Indonesia.

Baca juga: Waspada, Ini Ciri-ciri Sesak Napas yang Jadi Gejala Pneumonia

“Ada tiga [pasien] yang melakukan rawat inap, dan sisanya melakukan rawat jalan,” ujar Maxi dalam pernyataannya di agenda konferensi pers Kementerian Kesehatan mengenai update pneumonia mycoplasma di Indonesia.
 
Mycoplasma pneumonia memang bukanlah penyakit baru. Di Eropa, Maxi menjelaskan penyakit ini rata-rata mengalami kenaikan jelang musim panas. Sebelum kejadian Covid-19, tingkat insidensinya pneumonia mencapai 8,5 persen yang sekarang terlihat mengalami kenaikan signifikan.

Maxi menjelaskan, pasien yang terdiagnosa mycoplasma pneumonia didominasi usia 3 tahun. Sementara yang terbesar di usia 12 tahun. Max menjelaskan, rata-rata kasus mycoplasma pneumonia anak ini diawali dengan gejala batuk. Bukan hanya Indonesia saja yang kasus mycoplasma pneumonia-nya dialami anak-anak. China bagian Utara pun mencatat lonjakan kasus ini khusus pada anak-anak.
 
Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Subspesialis Respirologi RSCM Nastiti Kaswandani membenarkan jika anak-anak memiliki kerentanan khusus terhadap jenis penyakit pneumonia. Nastiti menjelaskan, sebuah penelitian di China telah mencatat proporsi kasus mycoplasma pneumonia pada anak terbilang paling tinggi untuk usia pra-sekolah dan sekolah mencapai 30 persen. Sementara untuk usia bayi insidensinya masih berada di bawah 5 persen.

“Namun, dibanding bakteri penyebab pneumonia lainnya, keparahan bakteri mycoplasma ini jauh lebih rendah. Sehingga masyarakat diharap tidak panik,” kata Nastiti. Dia juga menambahkan, mortalitas akibat mycoplasma pneumonia ini hanya berkisar 0,5-2 persen dan biasanya terjadi pada kasus komorbiditas.
 

Anjuran Melengkapi Imunisasi

 

Ilustrasi bakteri (Sumber gambar: CDC/Unsplash)

Ilustrasi bakteri (Sumber gambar: CDC/Unsplash)


Mycoplasma merupakan salah satu di antara banyaknya penyebab pneumonia. Tidak seperti Covid-19 yang datang dari varian virus, mycoplasma ini berasa dari bakteri. Nastiti menyebut, dalam literatur, mycoplasma pneumonia sering disebut sebagai ‘walking pneumonia’. Sebab, rata-rata anak yang mengalami kasus ini masih bisa beraktivitas seperti biasa.

“Mycoplasma masuk dalam pneumonia atipikal yang gejalanya tidak spesifik, tidak seperti gambaran pneumonia tipikal yang anak-anak bisa diinfus dan dirawat di rumah sakit,” jelasnya.

Hal itu, disebut Nastiti menunjukkan bahwa kondisi fisik anak cukup baik dan bisa beraktivitas seperti biasa. Sehingga, sebagian besar kasusnya memang bisa dilakukan dengan rawat jalan melalui pemberian obat oral.
 
Saat ini, Nastiti menyoroti kebanyakan kasus anak dengan mycoplasma pneumonia yang menjalani rawat inap mendapatkan gejala yang tak menentu. Kasus mycoplasma pneumonia ini bisa saja terjadi karena satu atau lebih jenis virus atau bakteri, atau kombinasi keduanya.

“Koinfeksi mycoplasma dengan bakteri atau virus lain, misalnya Covid-19, itu bisa saja terjadi,” jelasnya.

Selain itu, pola penularan yang terjadi melalui droplet kemungkinan anak yang terinfeksi menularkan kepada anak sehat lainnya. Untuk mencegahnya, orang tua diharapkan memberikan nutrisi seimbang pada anak, termasuk juga ASI eksklusif untuk bayi hingga usia 6 bulan. Nastiti juga merekomendasikan orang tua untuk melengkapi imunisasi sesuai dengan program nasional yang diselenggarakan pemerintah.

“Banyak imunisasi terkait pneumonia yang sudah kita adopsi dalam program nasional seperti campak, Pneumococcal Conjugate Vaccine [PCV], dan lainnya,” katanya.
 
Selain itu, orang tua juga dihimbau melakukan pemantauan khusus pada anak-anak. Nastiti menyebut, jika anak-anak telah mengalami gejala nafas cepat dan tersengal-sengal, diiringi dengan ketidak inginan anak untuk minum serta penurunan kesadaran, maka orang tua disarankan membawa anak ke rumah sakit untuk selanjutnya melakukan deteksi penyakit dan mendapat penanganan yang tepat.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

3 Faktor yang Bikin Anak Bisa Jadi Pelaku Bullying di Sekolah

BERIKUTNYA

Fakta-fakta Menarik Film Siksa Kubur Garapan Joko Anwar, Siap Tayang 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: