Ilustrasi seseorang sedang melukis (Sumber gambar: Jadson Thomas/Pexels)

Seni Lukis Jadi Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus

23 July 2023   |   19:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Kegiatan seni seperti melukis dapat memberikan pengaruh positif bagi kesehatan mental seseorang. Begitupun bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Seni lukis dapat menjadi sarana bagi mereka untuk melatih berbagai hal yang berkaitan dengan pengendalian diri. Di samping itu, seni lukis juga dapat menjadi sarana mengasah bakat mereka.

Sebuah jurnal berjudul Terapi Seni Rupa pada Anak Berkebutuhan Khusus di Homeschooling Buemily menyebutkan bahwa terapi seni rupa sangat efektif dalam meningkatkan fokus dan konsentrasi belajar anak berkebutuhan khusus, serta dapat merilis emosi anak sehingga menjadikan mereka lebih tenang.

Baca juga: Pertama di Dunia, Australia Legalkan Jamur Psikedelik untuk Terapi Depresi

Selain itu, terapi seni juga dapat
meningkatkan aspek kognitif dalam membangun konsep dan tema bercerita dalam melukis, dapat meningkatkan motorik halus dan kognitif anak dengan kemampuan mengenal konsep dan tema dalam menggambar/melukis, mengerti cara mencari referensi dalam menggambar bentuk, hingga menjadikan anak lebih percaya diri dan puas terhadap karya yang dibuat.

Dalam prosesnya, terapi seni lukis untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki beberapa metode. Guru Lukis Anak Spesial Timotius Warsito menjelaskan sebelum mempelajari tentang seni lukis secara mendalam, ABK akan berlatih fokus dan konsentrasi terlebih dahulu dengan menggambar suatu bentuk secara berulang (repetitif).

Pria yang akrab disapa Kak Toto itu menuturkan fokus dan konsentrasi adalah hal penting yang harus dikuasai oleh ABK sebelum mereka menerima suatu informasi. Sebaliknya, jika mereka tidak memiliki tingkat fokus dan konsentrasi yang baik, mereka akan sulit mencerna informasi dari luar dirinya.

"Untuk menerima informasi baik verbal maupun kognitif atau merespons lingkungan, mereka harus bisa fokus pada satu hal karena pikiran dan kesadaran mereka cepat sekali berpindah," katanya saat diwawancarai Hypeabis.id di Jakarta, Minggu (23/7/2023).

Melukis bisa menjadi terapi untuk anak berkebutuhan khusus (Sumber gambar: Ron Lach/Pexels)

Melukis bisa menjadi terapi untuk anak berkebutuhan khusus (Sumber gambar: Ron Lach/Pexels)


Metode Khusus
Sebagai guru lukis, Kak Toto biasanya akan menawarkan dua metode pendekatan kelas kepada orang tua ABK. Jika diarahkan untuk menjadi pelukis, dia akan membebaskan sang anak untuk bisa melukis apapun yang mereka inginkan dengan mengeksplorasi beragam teknik dan media. Dari situ, nantinya Kak Toto akan mengarahkanuntuk mendalami satu teknik melukis tertentu yang dinilai dikuasai oleh anak tersebut.

Sementara metode pendekatan yang kedua adalah khusus untuk tujuan terapi murni seperti terapi motorik. Sedikit berbeda dengan metode sebelumnya, pada pendekatan ini, biasanya para peserta akan dibebaskan melukis namun nantinya diarahkan pula untuk melukis secara berulang dengan teknik yang paling disenanginya.

"Sebagian bisa [diarahkan] tapi sebagian juga enggak bisa. Yang enggak bisa ini ya sudah kita terima mereka sebagai artist apa adanya dengan gaya atau media yang memang mereka nyaman," kata pria yang juga pendiri Outsider Art Jakarta itu.

Meski demikian, sebagai guru, Kak Toto juga tidak terlalu memberikan input yang justru akan menjadi beban baru bagi para pelukis outsider. Pasalnya, satu hal utama yang didorong dalam terapi ini adalah kebebasan mereka untuk menumpahkan segala perasaan yang membebani mereka sehingga menjadi sumber kebahagiaan tersendiri dalam diri mereka.

Seni lukis bukan satu-satunya medium untuk terapi bagi ABK. Namun, sebagai sebuah terapi untuk ABK, Kak Toto mengatakan seni lukis memiliki kelebihan yakni menjadi medium untuk bebas berekspresi bagi mereka, untuk menuangkan gagasan dan pemikiran mereka di atas kanvas.

Meski memiliki keterbatasan secara fisik dan psikis, nyatanya ABK justru memiliki kelebihan yang kerap dicari oleh orang normal ketika melukis yakni kemerdekaan dan kejujuran dalam berkarya. Kak Toto menuturkan kebanyakan pelukis pada umumnya sadar akan estetika sehingga sedikit banyaknya akan mempertimbangkan hasil akhir dari suatu lukisan, termasuk memikirkan respons dari orang lain.

Sebaliknya, hal-hal tersebut tidak menjadi bagian yang dipikirkan oleh para pelukis outsider, tapi mereka totalitas berimajinasi dan menuangkannya dalam karya. "Jujur dan kemerdekaan itu yang menjadi kekuatan mereka," kata dia.

Sementara itu, dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, Museum Kebangkitan Nasional bekerja sama dengan Outsider Art Jakarta dan Credo Art Space menggelar pameran seni kolektif bertajuk Bangkit Anak Indonesia.

Pameran yang digelar mulai 23 Juli hingga 23 Agustus 2023 itu menampilkan sebanyak 110 karya seni yang dibuat oleh 50 seniman muda berkebutuhan khusus atau outsider.

Koleksi karya yang ditampilkan merupakan hasil dari buah karya anak-anak berkebutuhan khusus yang menjadikan seni lukis sebagai kegiatan terapi mereka dalam melatih fokus sekaligus mengasah bakat. Hasilnya, lahirlah puluhan karya yang autentik, ekspresif, dengan ragam visualisasi yang apik.

Baca juga: Kata Dokter Soal David Ozora Terapi Musik Heavy Metal Pasca Koma

Karyar-karya yang dipamerkan secara garis besar berangkat dari imajinasi para seniman dalam menggambar lanskap pemandangan, figur manusia, tokoh kartun, hingga lukisan dekoratif. 

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

7 Kebiasaan Sehari-Hari Ini Tanpa Disadari Dapat Merusak Organ Tubuh

BERIKUTNYA

Rekam Jejak Karier Bermusik Tony Bennett, dari Tentara Jadi Legenda Jaz Dunia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: