Kenali Gejala dan Tips Mencegah Separation Anxiety Pada Anak
02 December 2022 |
17:00 WIB
Orang tua perlu mewaspadai perilaku anak yang kerap menangis ketika ditinggal pergi. Terlebih, jika anak tersebut sudah berusia di atas 3 tahun. Sebab, kondisi tersebut bisa saja diakibatkan oleh separation anxiety disorder atau gangguan kecemasan pada anak saat ditinggal orang tua.
Anak usia 4 tahun ke atas umumnya sudah bisa mandiri. Mereka tidak takut atau cemas lagi ketika ditinggal pergi orang tua. Namun, jika kecemasan tersebut masih ada, sebaiknya segera berkonsultasi dengan psikolog atau ahli lain.
Dosen Psikologi Universitas Diponegoro Adi Dinardinata mengatakan orang tua perlu mewaspadai anak yang sulit berpisah dengan orang tua. Sebab, bisa jadi anak mengalami separation anxiety disorder.
Baca juga: Begini Tips Mengatasi Anak Drama Saat Ditinggal Pergi Orang Tua
Adi mengatakan rasa khawatir yang terjadi pada anak kerap berlebihan. Rasa khawatir tersebut pun bisa sampai menganggu aktivitas hariannya.
Ada beberapa gejala separation anxiety yang terjadi pada anak. mereka akan menangis meraung meski ditinggal orang tua dalam waktu yang sebentar. Anak juga akan merawa ketakutan berlebih saat kedua orang tuanya pergi ke luar rumah.
Anak cenderung tidak mau ditinggal sendiri dan selalu ingin ditemani orang tua di berbagai aktivitasnya. Kondisi ini bahkan bisa sampai mengganggu sekolah, kesehariannya maupun kehidupan orang tuanya.
Meskipun demikian, separation anxiety tidak selalu berarti gangguan mental pada anak. Adi mengatakan ada separation anxiety yang masih dalam batas normal.
Separation anxiety dikatakan normal kalau terjadinya pada usia sekitar 3 tahun. Sebab, pada umur tersebut anak cenderung belum mau berpisah terlalu lama dengan orang tuanya.
Namun, jika kekhawatiran soal berpisah dengan orang tua terjadi pada anak usia di atas 3 tahun, orang tua mesti mulai waspada. Menurut Adi, hal tersebut adalah alarm bagi orang tua bahwa pola asuhnya selama ini perlu diubah.
Adi menyarankan agar orang tua untuk berkonsultasi dengan psikolog agar identifikasi masalah bisa lebih detail. Jadi, orang tua tidak mendiagnosis kondisi anaknya dan melakukan penanganan yang keliru. Sebab, semua harus berbasis kepada ilmu.
Namun, cara sederhana yang bisa dilakukan ialah mengerti keadaan anak. Cobalah mengobrol dengan anak tentang alasan mereka takut ditinggal pergi sementara oleh orang tuanya.
Cara ini bisa membuat orang tua memahami cara berpikir anaknya. Setelah itu, cobalah untuk menjelaskan mengapa orang tua pergi dari kacamata kepentingan mereka.
Diskusi-diskusi yang cair ini bisa melatih mereka memahami perasaan hatinya. Jika perlu, buatlah deal-deal tertentu saat proses pertemuan dan perpisahan.
“Apakah ada deal-deal yang bisa disepakati dengan anak? dengan cara ini, anak akan berlatih cara diskusi dan negosiasi sejak dini,” ujar Adi kepada Hypeabis.
Jika anak sudah mengerti tentang deal-deal yang sudah disepakati, orang tua tidak bisa lepas begitu saja. Saat menjelang perpisahan, anak juga perlu di-briefing kembali, misalnya ‘jadi nanti kamu sekolah, adik masuk kelas yang pintar, dan mama ke kantor. Kalau pintar, nanti pulang kita mewarnai bareng, ya’.
Adi mengatakan diskusi dan briefing bisa meminimalisir gambaran-gambaran ketakutan anak saat berpisah dengan orang tua. Cara ini bisa menumbuhkan motivasi anak saat berpisah.
“Apakah ada jaminan selalu berhasil? tentu tidak. Akan ada saatnya cara itu tidak bekerja dan dibutuhkan cara lain. Tidak masalah, yang penting tetap sabar, terus belajar, dan berkonsultasi dengan pakar,” tutupnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Anak usia 4 tahun ke atas umumnya sudah bisa mandiri. Mereka tidak takut atau cemas lagi ketika ditinggal pergi orang tua. Namun, jika kecemasan tersebut masih ada, sebaiknya segera berkonsultasi dengan psikolog atau ahli lain.
Dosen Psikologi Universitas Diponegoro Adi Dinardinata mengatakan orang tua perlu mewaspadai anak yang sulit berpisah dengan orang tua. Sebab, bisa jadi anak mengalami separation anxiety disorder.
Baca juga: Begini Tips Mengatasi Anak Drama Saat Ditinggal Pergi Orang Tua
Adi mengatakan rasa khawatir yang terjadi pada anak kerap berlebihan. Rasa khawatir tersebut pun bisa sampai menganggu aktivitas hariannya.
Ada beberapa gejala separation anxiety yang terjadi pada anak. mereka akan menangis meraung meski ditinggal orang tua dalam waktu yang sebentar. Anak juga akan merawa ketakutan berlebih saat kedua orang tuanya pergi ke luar rumah.
Anak cenderung tidak mau ditinggal sendiri dan selalu ingin ditemani orang tua di berbagai aktivitasnya. Kondisi ini bahkan bisa sampai mengganggu sekolah, kesehariannya maupun kehidupan orang tuanya.
Meskipun demikian, separation anxiety tidak selalu berarti gangguan mental pada anak. Adi mengatakan ada separation anxiety yang masih dalam batas normal.
Separation anxiety dikatakan normal kalau terjadinya pada usia sekitar 3 tahun. Sebab, pada umur tersebut anak cenderung belum mau berpisah terlalu lama dengan orang tuanya.
Namun, jika kekhawatiran soal berpisah dengan orang tua terjadi pada anak usia di atas 3 tahun, orang tua mesti mulai waspada. Menurut Adi, hal tersebut adalah alarm bagi orang tua bahwa pola asuhnya selama ini perlu diubah.
Mencegah Separation Anxiety
Adi menyarankan agar orang tua untuk berkonsultasi dengan psikolog agar identifikasi masalah bisa lebih detail. Jadi, orang tua tidak mendiagnosis kondisi anaknya dan melakukan penanganan yang keliru. Sebab, semua harus berbasis kepada ilmu.Namun, cara sederhana yang bisa dilakukan ialah mengerti keadaan anak. Cobalah mengobrol dengan anak tentang alasan mereka takut ditinggal pergi sementara oleh orang tuanya.
Cara ini bisa membuat orang tua memahami cara berpikir anaknya. Setelah itu, cobalah untuk menjelaskan mengapa orang tua pergi dari kacamata kepentingan mereka.
Diskusi-diskusi yang cair ini bisa melatih mereka memahami perasaan hatinya. Jika perlu, buatlah deal-deal tertentu saat proses pertemuan dan perpisahan.
“Apakah ada deal-deal yang bisa disepakati dengan anak? dengan cara ini, anak akan berlatih cara diskusi dan negosiasi sejak dini,” ujar Adi kepada Hypeabis.
Jika anak sudah mengerti tentang deal-deal yang sudah disepakati, orang tua tidak bisa lepas begitu saja. Saat menjelang perpisahan, anak juga perlu di-briefing kembali, misalnya ‘jadi nanti kamu sekolah, adik masuk kelas yang pintar, dan mama ke kantor. Kalau pintar, nanti pulang kita mewarnai bareng, ya’.
Adi mengatakan diskusi dan briefing bisa meminimalisir gambaran-gambaran ketakutan anak saat berpisah dengan orang tua. Cara ini bisa menumbuhkan motivasi anak saat berpisah.
“Apakah ada jaminan selalu berhasil? tentu tidak. Akan ada saatnya cara itu tidak bekerja dan dibutuhkan cara lain. Tidak masalah, yang penting tetap sabar, terus belajar, dan berkonsultasi dengan pakar,” tutupnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.