Mahasiswa di Universitas (Sumber Foto: Freepik)

Hypereport: Cerita Inspiratif Sukses Kuliah di Universitas Terbaik Dunia dengan Beasiswa

29 July 2024   |   16:18 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi di luar negeri kini makin terbuka lebar. Banyak orang bermimpi untuk bisa masuk ke universitas bergengsi di dunia, tapi terhambat oleh biaya kuliah dan kebutuhan hidup yang tinggi. Kini mereka bisa mewujudkannya melalui program beasiswa.

Berbekal tekad dan kerja keras, sejumlah penerima beasiswa LPDP membagikan cerita inspiratifnya saat mengikuti serangkaian tes seleksi masuk universitas terbaik di berbagai negara. Menariknya, beberapa dari mereka bukan berasal dari latar belakang keluarga kaya, melainkan dari keluarga yang terbilang sederhana.

Baca juga: Hypereport: Merancang Model Pinjaman Biaya Pendidikan Ideal di Indonesia

Adapun beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) adalah program beasiswa yang dikelola oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan. Beasiswa ini bertujuan untuk mendukung pembiayaan pendidikan tinggi bagi putra-putri terbaik Indonesia di dalam maupun di luar negeri. Program ini mencakup berbagai tingkat pendidikan, mulai dari magister (S2) hingga doktoral (S3), serta program riset dan inovasi.

Beberapa keuntungan dari beasiswa LPDP meliputi biaya pendidikan, tunjangan hidup selama masa studi, tunjangan buku dan penelitian, asuransi kesehatan, dan biaya transportasi. Penerima beasiswa LPDP diharapkan dapat kembali ke Indonesia dan berkontribusi pada pembangunan bangsa setelah menyelesaikan studi mereka.

Fransiska Sonia Rickiyanto adalah salah satu mahasiswa beruntung yang berkesempatan menerima beasiswa LPDP. Setelah menyelesaikan studi S1 Akuntansi di Universitas Diponegoro, dia melanjutkan studi pascasarjana ke University of Sheffield, United Kingdom untuk mengambil jurusan Marketing Management Practice. 

"Awalnya aku masih bingung menentukan mau memilih S2 bidang marketing atau finance, akhirnya Januari 2023 aku mantap memilih jurusan marketing untuk mengikuti program beasiswa LPDP," katanya kepada Hypeabis.id.

Keputusan itu menjadi titik awal persiapannya untuk mengejar beasiswa LPDP. Akhirnya dengan waktu yang sangat terbatas, Sonia menyiapkan seluruh berkas pendukung, mulai dari formulir pendaftaran, transkrip akademik, letter of acceptance dari universitas tujuan untuk program studi yang ingin diambil, hasil tes IELTS, esai, dan dokumen lainnya.

 

 
Semua itu disiapkannya sambil tetap menjalani rutinitas kerja. Sonia sendiri memiliki 5 tahun pengalaman kerja di bidang pemasaran, keuangan, dan HR. Di samping itu, dia juga dikenal sebagai konten kreator yang sudah banyak berkolaborasi dengan agensi dan mempromosikan lebih dari 380 brand campaign.

"Dari awal pendaftaran sampai keberangkatan, persiapannya memakan waktu tujuh setengah bulan, aku berangkat pada akhir September 2023," jelasnya.

Setelah menyiapkan semua dokumen pendukung, Sonia mengikuti alur pendaftaran dan seleksi beasiswa LPDP. Mulai dari pendaftaran, seleksi administrasi, seleksi bakat skolastik, seleksi substansi atau wawancara, sampai akhirnya dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa LPDP

"Seleksi administrasi mencakup prestasi yang pernah diraih selama menempuh S1 dan di dunia kerja. Misalnya, proyek-proyek dan kontribusi sosial apa saja yang pernah kita kerjakan," katanya.

Baca juga: Hypereport: 7 Universitas di Dunia Tawarkan Beasiswa Penuh Kuliah & Biaya Hidup Gratis

Adapun untuk tes bakat skolastik adalah jenis tes yang dirancang untuk menilai kemampuan kognitif seseorang, seperti kemampuan berpikir logis, pemecahan masalah, dan penalaran numerik maupun verbal. Sementara tes substansi merupakan sesi wawancara untuk menilai kelayakan dan kesiapan calon penerima beasiswa berdasarkan substansi atau materi esai dan proposal yang diajukan. 

Melalui kanal YouTube-nya, Sonia sendiri rajin membagikan berbagai tips dan kiat untuk lolos tes seleksi beasiswa LPDP. Misalnya, seputar jenis-jenis pertanyaan tes dan wawancara yang akan keluar. Tak jarang dia juga membagikan kiat-kiat menulis esai menarik untuk mendaftar beasiswa.

Saat menempuh pendidikan di University of Sheffield, Sonia termasuk salah satu mahasiswa berprestasi. Menurutnya, standar penilaian dosen di sana sangat tinggi sehingga untuk mendapatkan nilai terbaik sangat sulit.

"Untuk bisa lulus mata kuliah itu nilainya 50, mungkin hanya 5-10 persen orang di satu angkatan yang bisa dapat nilai distinction atau cum laude. Misalnya, satu angkatan ada 100 orang bisa jadi hanya 3-5 orang saja yang dapat nilai di atas 70," paparnya.

Nilai 70 kalau dikonversi ke nilai yang digunakan dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia, yakni setara dengan IPK 3,9 sampai 4. Sonia sendiri berhasil mendapatkan nilai 70 untuk semua mata kuliahnya. IPK-nya sendiri masih sempurna di dua semester pertama.

Berbekal niat dan tekad kuat dalam belajar, Sonia akhirnya bisa meraih nilai-nilai terbaik selama menempuh pendidikan tinggi. Ini juga merupakan bentuk dedikasinya sebagai penerima beasiswa LPDP. Setelah mendapatkan fasilitas gratis untuk menimba ilmu, diharapkan dia bisa menyelesaikan pendidikan dan berkontribusi untuk pembangunan negara.

Sonia sendiri menyayangkan permasalahan biaya pendidikan yang tinggi akhirnya menghambat orang-orang untuk berkuliah. Meski demikian, ada banyak cara yang bisa diusahakan oleh para calon mahasiswa untuk memperoleh biaya pendidikan gratis, seperti melalui jalur beasiswa LPDP.
"Ketika pendidikan dan bisnis dijadikan satu, outputnya akan menjadi pendidikan dengan biaya yang tinggi," katanya.

Menurutnya, saat ini banyak orang yang beranggapan bahwa pendidikan tinggi tidak penting. Padahal. pendidikan tinggi memiliki peran krusial dalam mengembangkan pola pikir seseorang. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, semakin menentukan kualitas pola pikir seseorang. 

Baginya yang terpenting adalah memiliki motivasi dan alasan yang kuat untuk melanjutkan pendidikan. Sambil mencari informasi mengenai beasiswa, setiap orang bisa menyusun portofolio yang mencakup prestasi-prestasi selama di sekolah, dunia kerja, maupun lingkungan sosial.


Nadhira Fidelia

Mahasiswa berprestasi lainnya yang juga merupakan penerima beasiswa LPDP adalah Nadhira Fidelia. Setelah menyeselaikan studi S1 Teknik Komputer di Institut Teknologi Sepuluh November, dia menempuh pendidikan di salah satu kampus Ivy League Amerika Serikat, yaitu Cornell University.

Setelah menamatkan S1, Nadhira sempat bekerja selama empat tahun di bidang IT Project Management & Data Analytics. Namun, dia mengubah kariernya ke bidang HR (human resources) setelah menyadari pentingnya manajemen sumber daya manusia untuk mendukung kinerja dan performa suatu perusahaan.

Inilah yang kemudian membuatnya yakin untuk mengambil studi program Industrial and Labor Relation (MILR), Human Resources and Organizations, Cornell University.

"Aku ikut seleksi LPDP jalur PTUD (Perguruan Tinggi Utama Dunia). Jadi saat itu aku sudah dapat LOA (Letter of Admission/Acceptance) dari Cornell University, sebelum aku mendaftar LPDP," katanya.


Seperti dijelaskannya, Beasiswa LPDP jalur PTUD adalah program beasiswa yang diperuntukkan bagi Warga Negara Indonesia yang telah memperoleh Letter of Admission/Acceptance Unconditional dari Perguruan Tinggi Utama Dunia untuk menempuh jenjang pendidikan Magister dan Doktor.

Tahap seleksi PTUD lebih ringkas, hanya terdiri dari dua tahap yakni, seleksi administrasi yang di dalamnya termasuk esai. Kemudian dilanjutkan tahap dua yakni. seleksi wawancara atau substansi. Setelahnya akan diumumkan hasil lolos atau tidaknya.

Nadhira sendiri menjalani proses seleksi sekitar 4 bulan pada Maret sampai Juni 2021. Bagian paling penting dalam penilaian adalah esai. Menurutnya, selain berisi tentang alasan memilih universitas dan jurusan yang dituju, penting sekali untuk menuliskan rencana kontribusi kita untuk negara. 

"Bagaimana rencana kontribusi kita untuk negara setelah menyelesaikan studi dan pulang ke Indonesia, mengingat beasiswa LPDP adalah uang negara, jadi ibaratnya negara berinvestasi ke kita lewat pendidikan," katanya.

Beberapa alasan yang membuat orang-orang gagal lolos seleksi beasiswa LPDP, salah satunya karena rencana studi dan rencana kontribusi pascastudi mereka kurang jelas dan tidak realistis untuk diwujudkan.

Selama menempuh pendidikan di Cornell University, Nadhira mengaku awal-awalnya terasa berat untuk beradaptasi dengan proses belajarnya karena perbedaan budaya dan bahasa. Akhirnya dia memutar otak supaya bisa terus mengikuti pelajaran, seperti dengan mencari cara belajar yang cocok untuknya. 

"Aku menyempatkan waktu 2 jam per hari, untuk review pelajaran di kelas. Lalu bikin mind map yang isinya materi-materi yang tadi dipelajari, karena aku gaya belajarnya visual, jadi harus ada gambar-gambar," katanya.

Baca juga: Hypereport: Dilema Kampus dalam Polemik UKT & Tuntutan Peningkatan Mutu Pendidikan

Selain itu, kehidupan kampusnya juga lama-lama mulai menyenangkan setelah mengikuti organisasi perkumpulan mahasiswa Indonesia di Cornell University. Mereka banyak mengadakan acara yang berkaitan dengan Indonesia seperti pertunjukan gamelan dan event makan malam dengan menu khas Indonesia.

Pengalamannya mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di luar negeri diharapkan bisa menginspirasi banyak orang untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Dia juga sangat menyayangkan orang-orang harus merelakan impiannya untuk berkuliah karena biaya pendidikan yang mahal.

Nadhira sendiri berharap supaya universitas bisa melakukan berbagai cara untuk menurunkan biaya kuliah. Beberapa caranya dengan melakukan efisiensi operasional, misalnya pemanfaatan biaya teknologi untuk kuliah hybrid. Apabila memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan secara daring, tidak selalu di gedung kampus.

"Universitas juga bisa memimalisasi pengeluaran yang tidak perlu, kurangi biaya-biaya untuk membuat event besar dan pembangunan-pembangunan yang impact-nya belum terukur dengan jelas. Sebisa mungkin optimalisasikan lagi rencana-rencana yang memakan banyak anggaran," paparnya.
 

Selain itu, universitas juga bisa membangun kemitraan dengan industri. Perusahaan memberikan bantuan finansial berupa beasiswa untuk mahasiswa sebagai bagian dari investasi mereka ke calon tenaga kerja masa depannya. Nantinya setelah lulus, mahasiswa bisa langsung bekerja di industri tersebut. 

Cerita Sonia dan Nadhira, bukan hanya tentang perjuangan meraih beasiswa, melainkan tentang keyakinan, kerja keras, dan ketekunan dalam mengejar mimpi untuk menempuh pendidikan tinggi. Setiap langkah yang diambil dan setiap tantangan yang dihadapi, semua ini membuktikan bahwa dengan tekad yang kuat dan usaha yang maksimal, mimpi besar pun bisa menjadi kenyataan.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Generasi Pertama Girl Group KLP48 Siap Debut 18 Agustus 2024

BERIKUTNYA

Klasemen Medali Olimpiade Paris 2024, Akankah Atlet Indonesia Naik ke Podium?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: