Ilustrasi penyakit urologi (Sumber gambar: Sora Shimazaki /Pexels)

Mengenal Risiko Penyakit Urologi & Cara Mencegahnya

10 July 2024   |   00:00 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Batu ginjal, gagal ginjal, infeksi saluran kemih, hingga kanker prostat merupakan risiko kesehatan yang kadang luput dari kesadaran masyarakat. Padahal, kasus terkait urologi masih menghadapi tantangan yang kencang di tengah tingginya jenis penyakit lain. 

Dalam pernyataan di Road to Urological Association of Asia (UAA) Congress 2024, Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengatakan jika jumlah pasien BPJS yang terdiagnosa kasus Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) mencapai 97.043 pasien sepanjang 2016-2020. Tercatat ada 56.671 pasien yang menjalani operasi, sementara 49.428 pasien lainnya menjalani pengobatan.

Baca juga: Jangan Disepelekan, Efek Hipertensi Dapat Merusak Jantung, Ginjal Hingga Otak
 
Dante menjelaskan, angka tersebut sudah dikatakan cukup tinggi. Belum lagi, pasien di luar pulau Jawa juga menghadapi masalah serupa. Keberhasilan kasus pengobatan urologi pun masih menjadi tantangan di Indonesia. Dante menyebut, kasus terkait uronefrologi adalah satu dari 4 prioritas utama pemerintah dalam bidang kesehatan.

"Penyakit ini cukup mengambil perhatian karena morbiditas dan mortalitasnya yang cukup tinggi. Hal ini juga menyebabkan pelayanan di bidang uronefrologi perlu ditingkatkan, sehingga pemerintah berupaya melakukan program pengampuan uronefrologi,” kata Dante.
 
Kasus uronefrologi terkait transplantasi ginjal misalnya, di mana RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah melakukan pengampuan transplantasi ginjal ke-7 RS pada 2024. Beberapa rumah sakit  yang telah diampu RSCM adalah RSUP Hasan Sadikin Bandung, RSUP Fatmawati, RSUP H. Adam Malik, RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, RSUD dr. Moewardi, RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah, dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
 
President Elect of the Urological Association of Asia (UAA) Ponco Birowo menjelaskan, urologi merupakan salah satu penyakit yang perlu dipantau terus menerus, karena penangannya akan selalu mengikuti perkembangan teknologi. Penyakit urologi terkait atau kantung kemih, kebutuhan transplantasi ginjal pada kasus gagal ginjal stadium akhir, hingga penyakit ginjal kronis melonjak drastis secara global sejak 1990.

Seperti layaknya penyakit degeneratif lain, kasus terkait urologi juga turut dipengaruhi oleh prevalensi diabetes dan hipertensi yang mencetuskan penyakit ginjal kronis. Karena penyakit ginjal yang terus meningkat, kebutuhan global akan transplantasi ginjal pun terus meningkat. Ponco menjelaskan, prosedur transplantasi ginjal memang memberi hasil yang lebih baik apabila dilihat dari aspek kesintasan jangka panjang, kualitas hidup, serta biaya yang lebih hemat.

Namun sayangnya, dunia masih mengalami kesenjangan besar antara kebutuhan donor ginjal dan suplai yang tersedia. Pada 2020 saja, di Amerika Serikat terdapat 90.000 pasien yang menunggu dalam daftar (waiting list) untuk transplantasi ginjal.

“Kenyataan ini membuat kami menyoroti pentingnya pemantauan dan perencanaan terhadap sistem kesehatan, khususnya urologi, di masa depan,” kata Ponco.
 
Apabila melihat kondisi dalam negeri, penyakit urologi di Indonesia juga mencatat angka yang tinggi. Global Cancer Statistic membeberkan data bahwa kanker prostat adalah kanker kelima yang paling umum terjadi pada pria di Indonesia dengan jumlah kasus baru sebanyak 13.563 pada tahun 2020.

Sementara, terdapat 2.394 kasus baru kanker ginjal dengan 1.358 kematian pada 2020 untuk penyakit kanker ginjal. Pada 2013 pun, batu ginjal tercatat terjadi dalam perbandingan 6 per 1000 penduduk atau setara 1.499.400 penduduk.
 
Dokter spesialis urologi Chaidir A. Mochtar menjelaskan, keterlambatan penanganan menjadi hambatan besar sulitnya kasus urologi ditangani. Maka pasien pun perlu menumbuhkan kesadaran untuk melihat gejala indikasi untuk selanjutnya diperiksakan ke dokter.

“Salah satu hambatan atau kendalanya adalah masyarakat cenderung abai, dan bahkan enggan memeriksakan diri karena takut didiagnosa penyakit tertentu,” kata Chaidir.
 

Teknologi Menangani Penyakit Urologi

 

Ilustrasi penyakit urologi (Sumber gambar: Jonathan Borba/Pexels)

Ilustrasi penyakit urologi (Sumber gambar: Jonathan Borba/Pexels)


Seiring dengan perkembangan zaman, bidang kesehatan pun membutuhkan teknologi mutakhir yang lebih jauh untuk mendukung pembedahan dan terapi. Saat ini, Dante menyebut Kementerian Kesehatan telah melakukan uji coba dan demonstrasi bedah telerobotik atau bedah robotik jarak jauh.

Perkembangan bedah telerobotik ini bisa menguntungkan ahli media, seperti membantu mengisi kekurangan dokter spesialis bedah serta menghilangkan hambatan geografis bagi dokter beda dan pasien di daerah terpencil.
 
Senada dengan semangat tersebut, Chaidir menjelaskan bedah robotik juga menjadi teknologi mutakhir baru yang bisa membantu dokter bedah melakukan tindakan operasi dari jarak jauh secara real-time untuk kasus urologi. Teknologi yang dinamai Robotic Telesurgery ini memanfaatkan internet 5G dalam melakukan operasi prostatektomi radikal untuk penanganan kanker prostat.
 
Karena bisa dilakukan dari jarak jauh, robot akan menjadi perpanjangan tangan dokter dalam melakukan prosedur bedah. Terdapat 3 hingga 4 lengan robot yakni satu lengan endoskopi, serta dua atau tiga lengan instrumen untuk menjalankan perintah bedah.
 
Proses kompleks ini tetap membutuhkan syarat seperti device berupa perangkat keras, hingga teknis seperti kemampuan layanan internet. Nantinya, sistem ini akan bekerja dengan menerima dan mengubah data bedah secara real-time. Ahli bedah bisa melakukan operasi sambil duduk menggunakan konsol jarak jauh dan melihat keadaan pasien melalui gambaran 3D di layar.
 
Chaidir menyebut, tujuan besar dari pengembangan teknologi ini juga terkait pemerataan. Ke depannya, teknologi ini dihadapkan bisa menjangkau wilayah pelosok agar kualitas layanan rumah sakit menjadi lebih rata.

Selain itu, teknologi jarak jauh juga diharapkan mampu mengeliminasi perjalanan jarak jauh pasien ke rumah sakit. Benefit lainnya dari teknologi ini adalah akurasi bedah yang lebih baik, dan minimalisasi rasa sakit serta infeksi pada pasien.

Baca juga: Kenali Penyakit Infeksi Saluran Kemih, Mulai dari Gejala hingga Pencegahan

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

3 Proyek Film Indonesia Sabet Penghargaan di Festival Film Busan 2024

BERIKUTNYA

5 Kuliner Khas Lombok yang Selalu Jadi Buruan Wisatawan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: