Ilustrasi (dok. Pexels)

Penyempitan Saluran Kemih, Begini Risiko, Gejala dan Cara Menanganinya

23 December 2021   |   16:43 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Penyempitan saluran kemih bagian bawah (striktur uretra) bisa terjadi pada pria, yang membuat ketidaknyamanan hingga infeksi, sehingga perlu penanganan segera. Pada penyempitan saluran kemih, biasanya ditemukan jaringan parut yang dapat terbentuk di bagian dalam saluran kemih bagian bawah (uretra) dan dapat mempersempit saluran tersebut.

Dokter Spesialis Urologi RSUI dr. Gampo Alam menerangkan penyempitan ini bisa terjadi akibat prosedur medis yang melibatkan memasukkan alat (sistoskopi) ke dalam uretra, penggunaan kateter intermiten atau jangka panjang yang dimasukkan melalui uretra untuk mengalirkan urin dari kandung kemih. 

Bisa juga karena cedera pada uretra atau panggul, pembesaran prostat atau operasi sebelumnya untuk mengangkat atau mengurangi pembesaran kelenjar prostat, kanker uretra atau prostat, infeksi seksual menular, dan terapi radiasi.
 
Adapun gejala yang timbul dan dikeluhkan pasien dalam kondisi ini, katanya, cukup bervariasi. Gejalanya mulai dari aliran urin berkurang, pengosongan kandung kemih yang tidak maksimal, aliran urin bercabang, mengejan atau sakit saat buang air kecil, meningkatnya keinginan untuk buang air kecil atau lebih sering buang air kecil, serta adanya infeksi saluran kemih.
 
Dalam mengatasi penyempitan saluran kemih bagian bawah, Gampo menyebut bisa dilakukan dengan operasi striktur uretra, baik dengan cara minimal invasif dan secara terbuka.
 
Terapi minimal invasif berupa meneropong saluran kemih dan memperlebar saluran yang dinilai sempit sehingga aliran urin lebih lancar. “Tindakan ini biasanya dilakukan pada penyakit striktur uretra pada temuan pertama, penyempitan yang pendek (kurang dari 1 cm) dan jaringan parut yang minimal,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Hypeabis.id, Kamis (23/12/2021).
 

Ilustrasi/wikybrew.com

Ilustrasi/wikybrew.com


Sementara untuk terapi operasi terbuka (uretroplasti) dapat dilakukan pada kasus-kasus dengan riwayat trauma dan striktur uretra yang lebih kompleks atau ukuran lebih dari 1 cm dan jaringan parut yang luas. “Tindakan ini dilakukan dengan memotong saluran kemih yang menyempit dan menyambungkan kembali kedua tepi uretra yang sehat,” jelas Gampo.
 
Spesialis Urologi di RSUI dr. Dyandra Parikesit menyebutkan bahwa proses penyembuhan pasca-operasi ini tidak memerlukan waktu yang lama.
 
“Operasi dilakukan sekitar 1-3 jam, pada minimal invasif akan lebih cepat dan pasien akan dipasang kateter pasca operasi, lalu pasien dapat rawat jalan setelah 1 hari pasca operasi minimal invasif dan 2-3 hari setelah operasi terbuka,” tuturnya. 

Meskipun proses penyembuhan tidak memerlukan waktu yang lama, menurutnya, pasien perlu menghindari kegiatan berat selama 30 hari. 

Editor: M R Purboyo

SEBELUMNYA

Trailer Film Doctor Strange 2 Hadirkan Multisemesta yang Makin Kacau

BERIKUTNYA

Album Adele dalam Format Vinyl Terjual 234.000 Kopi

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: