Profil Patricia Piccinini, Suguhkan Karya-karya Unik di Pameran Museum MACAN
07 July 2024 |
08:07 WIB
Hypeabis.id bersama dengan Museum MACAN mengajak Genhype, komunitas pembaca hypeabis.id, jalan bareng ke pameran bertajuk Care. Gelaran tersebut menampilkan puluhan karya dari seniman yang tinggal di Australia, yakni Patricia Piccinini.
Patricia Piccinini lahir di Sierra Leone pada 1965 dari pasangan Teodoro dan Agnes. Nama sang seniman yang kental dengan Italia bersumber dari sang ayah, yang memang berasal dari Negeri Pizza.
Meskipun lahir di Sierra Leone, Piccinini adalah seniman rupa yang berbasis di Australia. Dia berada di Negeri Kanguru lantaran 1972, atau saat berusia 7 tahun pindah ke Canberra. Pada saat itu, keluarga sang seniman memutuskan pindah dari Sierra Leone lantaran terjadi perang saudara.
Baca juga: Jalan Bareng Genhype Kunjungi Pameran Patricia Piccinini di Museum MACAN
Di Australia, dia menempuh pendidikan tinggi di Australian University pada 1988 dengan jurusan Economic History dan meraih gelar Bachelor of Arts. Selain itu, dia juga belajar di Victorian College of the Arts pada 1991 jurusan painting dan mendapatkan Bachelor of Arts juga.
3 tahun berselang atau pada 1994, dia bersama dengan Peter Hennessy dan sejumlah perupa lainnya menginisiasi The Basement Project Gallery di Melbourne. Sang seniman mengelola galeri ini sampai 1996. Pada 1999, Piccinini memulai karier artistiknya sebagai seorang seniman. Dia terkenal dengan eksplorasi tentang ide seputar persimpangan antara manusia dan teknologi.
Dia juga kerap menembus batas antara objek yang alami dan buatan lewat karya patung hiperrealistis. Fokus seni wanita yang baru pertama kali berpameran di Indonesia ini adalah narasi mendalam tentang kepedulian, empati, dan signifikasi hubungan manusia dengan lingkungan dan spesies lain.
Piccinini mengangkat isu mengenai modifikasi genetik, bioetika, dan potensi dampak sosial kemajuan ilmu pengetahuan. Karya-karya yang ditampilkan olehnya menggugah introspeksi atas kerapuhan manusia dan lingkungan yang terus berkembang sepanjang sejarah dan mitos. Selain itu, dia juga mempertanyakan esensi manusia di dunia pasca-alam dengan beragam karya yang dibuatnya.
Dalam perjalanan kariernya sebagai seorang seniman, Piccinini tercatat telah melakukan sejumlah pameran. Pada 2003, dia mempersembahkan We Are Family untuk Paviliun Australia di 50th Venice Biennale. Kemudian, The Skywhale pada 2012–2013, sebuah balon udara berbentuk mamalia imajiner terbang yang dipesan untuk perayaan seratus tahun Canberra.
Pada 2014, sang seniman mendapatkan Melbourne Art Foundation Visual Arts Award (2014). 2 tahun berselang atau pada 2016, Piccinini mendapatkan gelar doktor kehormatan dari Victorian College of the Arts.
Tidak hanya itu, dia juga mulai merambah negara lain dan mengadakan pameran tunggal di negeri orang. Pada 2015-2017, sang seniman berpemeran dengan tajuk ComSciencia di Brasil; Curious Affection di Australia (2018); dan HOPE di Hong Kong (2023).
Dia juga tampil di Biennale internasional ternama, seperti The 3 rd Gwangju Biennale, Korea (2000); 2nd Berlin Biennale, Jerman (2001); 8th Havana Biennial, Kuba (2003); Becoming Animal di Amerika Serikat (2005); 2nd Asian Art Biennale, Taipei (2009); dan Medicine and Art di Tokyo, Jepang (2009).
Pada 2024, Patricia Piccinini mengadakan pameran tunggal di Museum Macan, Indonesia, untuk pertama kali sampai 6 Oktober 2024. Dia mengatakan sudah lama memiliki impian bekerja sama dengan Museum MACAN. Dia pun sangat senang dapat membawa pameran bertajuk Care ini ke Jakarta.
“Care adalah pameran besar pertama saya di Indonesia, dan Museum MACAN adalah tempat yang tepat untuk pameran ini karena ruangnya yang tidak hanya indah. Namun, MACAN juga memiliki audiens yang beragam,” ujarnya.
Dia merasa, Care merupakan kesempatan yang sangat baik bagi diri untuk bisa terhubung dengan para pengunjung tentang isu-isu yang memengaruhi semua orang, mulai dari lingkungan hingga kehidupan urban kontemporer.
Baca juga: Mitologi Chimera hingga Makhluk Hibrida, Eksplorasi Patricia Piccinini di Pameran Care Museum MACAN
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Patricia Piccinini lahir di Sierra Leone pada 1965 dari pasangan Teodoro dan Agnes. Nama sang seniman yang kental dengan Italia bersumber dari sang ayah, yang memang berasal dari Negeri Pizza.
Meskipun lahir di Sierra Leone, Piccinini adalah seniman rupa yang berbasis di Australia. Dia berada di Negeri Kanguru lantaran 1972, atau saat berusia 7 tahun pindah ke Canberra. Pada saat itu, keluarga sang seniman memutuskan pindah dari Sierra Leone lantaran terjadi perang saudara.
Baca juga: Jalan Bareng Genhype Kunjungi Pameran Patricia Piccinini di Museum MACAN
Di Australia, dia menempuh pendidikan tinggi di Australian University pada 1988 dengan jurusan Economic History dan meraih gelar Bachelor of Arts. Selain itu, dia juga belajar di Victorian College of the Arts pada 1991 jurusan painting dan mendapatkan Bachelor of Arts juga.
3 tahun berselang atau pada 1994, dia bersama dengan Peter Hennessy dan sejumlah perupa lainnya menginisiasi The Basement Project Gallery di Melbourne. Sang seniman mengelola galeri ini sampai 1996. Pada 1999, Piccinini memulai karier artistiknya sebagai seorang seniman. Dia terkenal dengan eksplorasi tentang ide seputar persimpangan antara manusia dan teknologi.
Dia juga kerap menembus batas antara objek yang alami dan buatan lewat karya patung hiperrealistis. Fokus seni wanita yang baru pertama kali berpameran di Indonesia ini adalah narasi mendalam tentang kepedulian, empati, dan signifikasi hubungan manusia dengan lingkungan dan spesies lain.
Piccinini mengangkat isu mengenai modifikasi genetik, bioetika, dan potensi dampak sosial kemajuan ilmu pengetahuan. Karya-karya yang ditampilkan olehnya menggugah introspeksi atas kerapuhan manusia dan lingkungan yang terus berkembang sepanjang sejarah dan mitos. Selain itu, dia juga mempertanyakan esensi manusia di dunia pasca-alam dengan beragam karya yang dibuatnya.
Karya seni dalam pameran bertajuk Patricia Piccinini: CARE di Museum Macan (Sumber gambar: JIBI/Hypeabis/Himawan L Nugraha)
Pada 2014, sang seniman mendapatkan Melbourne Art Foundation Visual Arts Award (2014). 2 tahun berselang atau pada 2016, Piccinini mendapatkan gelar doktor kehormatan dari Victorian College of the Arts.
Tidak hanya itu, dia juga mulai merambah negara lain dan mengadakan pameran tunggal di negeri orang. Pada 2015-2017, sang seniman berpemeran dengan tajuk ComSciencia di Brasil; Curious Affection di Australia (2018); dan HOPE di Hong Kong (2023).
Dia juga tampil di Biennale internasional ternama, seperti The 3 rd Gwangju Biennale, Korea (2000); 2nd Berlin Biennale, Jerman (2001); 8th Havana Biennial, Kuba (2003); Becoming Animal di Amerika Serikat (2005); 2nd Asian Art Biennale, Taipei (2009); dan Medicine and Art di Tokyo, Jepang (2009).
Pada 2024, Patricia Piccinini mengadakan pameran tunggal di Museum Macan, Indonesia, untuk pertama kali sampai 6 Oktober 2024. Dia mengatakan sudah lama memiliki impian bekerja sama dengan Museum MACAN. Dia pun sangat senang dapat membawa pameran bertajuk Care ini ke Jakarta.
“Care adalah pameran besar pertama saya di Indonesia, dan Museum MACAN adalah tempat yang tepat untuk pameran ini karena ruangnya yang tidak hanya indah. Namun, MACAN juga memiliki audiens yang beragam,” ujarnya.
Dia merasa, Care merupakan kesempatan yang sangat baik bagi diri untuk bisa terhubung dengan para pengunjung tentang isu-isu yang memengaruhi semua orang, mulai dari lingkungan hingga kehidupan urban kontemporer.
Baca juga: Mitologi Chimera hingga Makhluk Hibrida, Eksplorasi Patricia Piccinini di Pameran Care Museum MACAN
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.