Mendatangkan Pundi Rupiah dari Daur Ulang Sampah
22 June 2024 |
16:30 WIB
1
Like
Like
Like
Seni kerajinan berbahan dasar daur ulang sampah nampaknya tengah populer di kalangan industri kreatif. Pasalnya, di tangan para pengrajin yang terampil, kemasan plastik yang sebelumnya hanya menjadi sampah, dapat berubah bentuk menjadi kerajinan maupun aksesoris yang memiliki nilai jual tinggi.
Seperti halnya Ecocraft Puterikasih, salah satu produsen daur ulang sampah asal Kediri, Jawa Timur. Melalui Imelda Sukapti PK, selaku penanggung jawab Ekologi Serikat Puterikasih mengatakan, awal mula berdirinya UMKM tersebut dikarenakan maraknya isu pemanasan global.
Baca juga: Mengubah Hobi Jadi Cuan Lewat Street Photography
Pada 2006, dia bersama rekannya lantas mensosialisasikan gerakan sadar lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
“Dimulai dengan kebiasaan memilah sampah organik dan non-organik, membuat kompos, membawa botol minum, membawa bekal, dan gerakan penghijauan. Dari situ kami mulai mengumpulkan sampah plastik, khususnya plastik multilayer untuk dibuat berbagai produk yang bermanfaat,” ucap Imelda.
Menurutnya, sampah plastik khususnya plastik multilayer, membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk terurai. Selain itu, sampah dengan jenis tersebut juga susah untuk didaur ulang dan tidak laku untuk dijual. Maka dari itu, Imelda bersama rekan-rekannya mulai memanfaatkan sampah plastik menjadi produk kreatif seperti, dompet, tas, sandal, topi dan lain sebagainya.
Berkat tangan kreatifnya, Imelda bersama Ecocraft Puterikasih berhasil menyulap berbagai jenis sampah plastik menjadi kerajinan tangan yang tak ternilai harganya. Beberapa hasil kerajinan tangan yang mereka produksi diantaranya tote bag, sling bag, sandal, tikar, tempat tisu, tas, tempat pensil, ransel dan masih banyak yang lainnya.
Dalam membuat kerajinan tangan itu, Imelda menggunakan jenis sampah plastik multilayer seperti kemasan deterjen, kemasan pencuci piring dan aneka kemasan kopi. Meskipun terbilang susah untuk didaur ulang, sampah dengan jenis tersebut cenderung memiliki ketebalan dan akan tahan lama apabila dibuat sebuah produk kerajinan tangan.
Hingga saat ini, Imelda mampu menjual produk kerajinan tangannya sekitar 60 buah dalam sebulan. Untuk harganya sendiri, wanita itu menjual produknya berkisar di angka Rp25.000 – Rp150.000. Berkat keterampilannya itu, Imelda bersama Ecocraft Puterikasih mampu mendatangkan omzet hingga Rp1.5 juta – Rp3 juta dalam sebulanya.
“Tantanganya sih paling dalam mencari tenaga kerja. Untuk saat ini, kami memang agak kesulitan dalam menambah tenaga produksi dan cara pemasaran yang optimal,” tutupnya.
Di tempat lain ada Dikko Andrey Kurniawan, perajin daur ulang sampah asal Bantul, Yogyakarta. Dikko, sapaan akrabnya, mengawali perjalanan kariernya sebagai perajin daur ulang sampah sejak 2020. Berawal dari banyaknya sampah di lingkungan rumahnya, dia bersama rekan-rekannya lantas mencoba untuk merubah sampah plastik menjadi sebuah produk kerajinan yang memiliki nilai jual dan nilai guna yang tinggi.
“Untuk modal awal, saya bersama rekan-rekan saya mengumpulkan uang sebanyak Rp400.000. Uang tersebut kami gunakan untuk melakukan riset terkait daur ulang sampah plastik menjadi casing handphone,” ucap Dikko.
Dalam membuat kerajinan tangan itu, Dikko bersama Sawokecik Recycle menggunakan sampah plastik dengan jenis High-Density Polyethylene (HDPE) dan Low-Density Polyethylene (LDPE). Sampah dengan jenis tersebut memang cenderung memiliki ketebalan dan akan tahan lama apabila dibuat sebuah produk kerajinan tangan.
Mengenai tahapan produksi, dua jenis sampah plastik yang Dikko gunakan mempunyai tahapan yang berbeda. Untuk sampah dengan jenis HDPE, pemuda itu menggunakan teknik pencacahan dan teknis pemanasan menggunakan mesin pres. Setelah itu, hasil dari daur ulang sampah tersebut dibentuk sesuai dengan pola yang sudah ditetapkan.
Berbeda dengan HDPE, untuk sampah plastik jenis LDPE Dikko menggunakan teknik tenun daur ulang plastik. Menurutnya, teknik dengan jenis tersebut merupakan sebuah inovasi baru di Indonesia. Mereka mengolah sampah plastik tersebut menjadi lembaran kain dan diaplikasikan menjadi berbagai produk dengan kombinasi kain dengan jenis lainnya.
Berkat tangan terampilnya, Dikko bersama Sawokecik Recycle berhasil menyulap berbagai jenis sampah plastik menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai jual dan guna yang tinggi. Beberapa hasil kerajinan tangan yang mereka produksi diantaranya tote bag, sling bag, topi, tas, berbagai dekorasi rumah, aksesoris, casing handphone dan lain sebagainya.
Hingga saat ini, Dikko mampu menjual produk kerajinan tangannya hingga 500 – 600 buah dalam sebulan. Untuk harganya sendiri, pemuda itu menjual produknya berkisar di angka Rp20.000 hingga ratusan ribu. Berkat keterampilannya itu, perajin asal kota Yogyakarta tersebut mampu mendatangkan omzet hingga Rp7 juta – Rp8 juta per bulan.
Baca juga: Makin Banyak Orang Pelihara Anabul, Bisnis Aksesori Hewan Kian Menggiurkan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Seperti halnya Ecocraft Puterikasih, salah satu produsen daur ulang sampah asal Kediri, Jawa Timur. Melalui Imelda Sukapti PK, selaku penanggung jawab Ekologi Serikat Puterikasih mengatakan, awal mula berdirinya UMKM tersebut dikarenakan maraknya isu pemanasan global.
Baca juga: Mengubah Hobi Jadi Cuan Lewat Street Photography
Pada 2006, dia bersama rekannya lantas mensosialisasikan gerakan sadar lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
“Dimulai dengan kebiasaan memilah sampah organik dan non-organik, membuat kompos, membawa botol minum, membawa bekal, dan gerakan penghijauan. Dari situ kami mulai mengumpulkan sampah plastik, khususnya plastik multilayer untuk dibuat berbagai produk yang bermanfaat,” ucap Imelda.
Menurutnya, sampah plastik khususnya plastik multilayer, membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk terurai. Selain itu, sampah dengan jenis tersebut juga susah untuk didaur ulang dan tidak laku untuk dijual. Maka dari itu, Imelda bersama rekan-rekannya mulai memanfaatkan sampah plastik menjadi produk kreatif seperti, dompet, tas, sandal, topi dan lain sebagainya.
Berkat tangan kreatifnya, Imelda bersama Ecocraft Puterikasih berhasil menyulap berbagai jenis sampah plastik menjadi kerajinan tangan yang tak ternilai harganya. Beberapa hasil kerajinan tangan yang mereka produksi diantaranya tote bag, sling bag, sandal, tikar, tempat tisu, tas, tempat pensil, ransel dan masih banyak yang lainnya.
Dalam membuat kerajinan tangan itu, Imelda menggunakan jenis sampah plastik multilayer seperti kemasan deterjen, kemasan pencuci piring dan aneka kemasan kopi. Meskipun terbilang susah untuk didaur ulang, sampah dengan jenis tersebut cenderung memiliki ketebalan dan akan tahan lama apabila dibuat sebuah produk kerajinan tangan.
Hingga saat ini, Imelda mampu menjual produk kerajinan tangannya sekitar 60 buah dalam sebulan. Untuk harganya sendiri, wanita itu menjual produknya berkisar di angka Rp25.000 – Rp150.000. Berkat keterampilannya itu, Imelda bersama Ecocraft Puterikasih mampu mendatangkan omzet hingga Rp1.5 juta – Rp3 juta dalam sebulanya.
“Tantanganya sih paling dalam mencari tenaga kerja. Untuk saat ini, kami memang agak kesulitan dalam menambah tenaga produksi dan cara pemasaran yang optimal,” tutupnya.
Di tempat lain ada Dikko Andrey Kurniawan, perajin daur ulang sampah asal Bantul, Yogyakarta. Dikko, sapaan akrabnya, mengawali perjalanan kariernya sebagai perajin daur ulang sampah sejak 2020. Berawal dari banyaknya sampah di lingkungan rumahnya, dia bersama rekan-rekannya lantas mencoba untuk merubah sampah plastik menjadi sebuah produk kerajinan yang memiliki nilai jual dan nilai guna yang tinggi.
“Untuk modal awal, saya bersama rekan-rekan saya mengumpulkan uang sebanyak Rp400.000. Uang tersebut kami gunakan untuk melakukan riset terkait daur ulang sampah plastik menjadi casing handphone,” ucap Dikko.
Dalam membuat kerajinan tangan itu, Dikko bersama Sawokecik Recycle menggunakan sampah plastik dengan jenis High-Density Polyethylene (HDPE) dan Low-Density Polyethylene (LDPE). Sampah dengan jenis tersebut memang cenderung memiliki ketebalan dan akan tahan lama apabila dibuat sebuah produk kerajinan tangan.
Mengenai tahapan produksi, dua jenis sampah plastik yang Dikko gunakan mempunyai tahapan yang berbeda. Untuk sampah dengan jenis HDPE, pemuda itu menggunakan teknik pencacahan dan teknis pemanasan menggunakan mesin pres. Setelah itu, hasil dari daur ulang sampah tersebut dibentuk sesuai dengan pola yang sudah ditetapkan.
Berbeda dengan HDPE, untuk sampah plastik jenis LDPE Dikko menggunakan teknik tenun daur ulang plastik. Menurutnya, teknik dengan jenis tersebut merupakan sebuah inovasi baru di Indonesia. Mereka mengolah sampah plastik tersebut menjadi lembaran kain dan diaplikasikan menjadi berbagai produk dengan kombinasi kain dengan jenis lainnya.
Berkat tangan terampilnya, Dikko bersama Sawokecik Recycle berhasil menyulap berbagai jenis sampah plastik menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai jual dan guna yang tinggi. Beberapa hasil kerajinan tangan yang mereka produksi diantaranya tote bag, sling bag, topi, tas, berbagai dekorasi rumah, aksesoris, casing handphone dan lain sebagainya.
Hingga saat ini, Dikko mampu menjual produk kerajinan tangannya hingga 500 – 600 buah dalam sebulan. Untuk harganya sendiri, pemuda itu menjual produknya berkisar di angka Rp20.000 hingga ratusan ribu. Berkat keterampilannya itu, perajin asal kota Yogyakarta tersebut mampu mendatangkan omzet hingga Rp7 juta – Rp8 juta per bulan.
Baca juga: Makin Banyak Orang Pelihara Anabul, Bisnis Aksesori Hewan Kian Menggiurkan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.