5 Tren Jejaring Sosial yang Jadi Jurus Jitu Bisnis Sukses Pada 2025
24 January 2025 |
07:30 WIB
Ada banyak cara bagi pelaku bisnis untuk terus bersaing di tengah pasar yang terus berkembang dan perilaku konsumen yang selalu berubah. Salah satunya, yakni dengan mengikuti tren terkini di media sosial. Tak dipungkiri, Asia Pasifik menjadikan wilayah dengan jejaring sosial terbesar di dunia.
Menurut data dari eMarketer, kawasan ini memimpin lanskap jejaring sosial global dengan 2,3 miliar pengguna, dengan pertumbuhan yang lebih pesat dari rata-rata global.
Baca juga: Prediksi Bisnis 2025: Sektor Potensial dan Strategi Menghadapi Daya Beli yang Menurun
Dengan jejaring sosial yang begitu besar, kerap kali pola belanja masyarakat di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, sangat ditentukan tren yang muncul di media sosial. Kreator konten, teman, dan keluarga, berperan penting dalam membantu konsumen menemukan, mengevaluasi produk, serta layanan di dunia yang serba terhubung ini.
Bagi Genhype yang ingin bisnisnya sukses, ada lima tren sosial yang perlu dipertimbangkan pada 2025. Apa saja? Simak ulasannya di bawah ini yuk.
Meta melihat semakin banyak merek dan bisnis memanfaatkan fitur kreatif iklan berbasis AI Generatif, dengan lebih dari 1 juta pengiklan di seluruh dunia sebagai pengguna, dan menghasilkan lebih dari 15 juta iklan pada Agustus 2024. Untuk memenuhi permintaan pengiklan, Meta memperkenalkan dua fitur baru untuk membuat video berbasis AI generatif, yaitu video expansion dan image animation, untuk mendukung bisnis selama proses pembuatan iklan.
Sepanjang musim liburan, Meta memungkinkan bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan teknologi AI dan keahlian lainnya. Solusi yang didukung oleh AI, seperti Advantage+ Shopping Campaigns (ASC), mengubah cara brand memenuhi permintaan pelanggan dan menayangkan iklan yang dipersonalisasi.
Penelitian Meta menunjukkan bahwa brand yang menggunakan ASC mengalami peningkatan ROAS sebesar 20 persen dan menghasilkan pendapatan rata-rata sebesar US$3,47 untuk setiap pembelanjaan. Dengan memanfaatkan solusi berbasis AI ini, bisnis bisa mendapatkan potensi yang lebih besar selama momen-momen belanja penting.
Adapun langkah yang perlu dipertimbangkan yakni mulai menguji atau gunakan fitur AI generatif dalam kampanye untuk menemukan apa yang dapat mendorong kinerja kampanye menjadi lebih baik.
Banyak pengguna kini semakin memilih menggunakan perpesanan untuk berkomunikasi dengan bisnis layaknya terhubung dengan teman dan keluarga, khususnya di wilayah Asia Pasifik. Fitur Direct Message (DM) pun kini lebih disukai ketimbang unggahan publik, terutama oleh Gen Z.
Tren ini terjadi secara global dengan lebih dari 1 miliar orang terhubung dengan akun bisnis di Messenger, Instagram, dan WhatsApp setiap minggunya. Menurut studi yang dilakukan Meta dan BCG mengenai perpesanan bisnis di Indonesia, sebanyak 90 persen pelaku bisnis di Indonesia kini menggunakan perpesanan di setiap tahap perjalanan konsumen, mulai dari interaksi awal dan prapenjualan, hingga keterlibatan jangka panjang.
Temuan ini menunjukkan bahwa perpesanan tetap menjadi cara terbaik bagi konsumen dan bisnis untuk menyelesaikan berbagai keperluan, baik itu menjawab pertanyaan, mendiskusikan produk, atau menyelesaikan transaksi pembelian.
Studi ini juga mengungkapkan, bahwa 87 persen konsumen di Indonesia memilih perpesanan sebagai cara utama untuk berkomunikasi dengan bisnis dan 83 persen konsumen lebih percaya pada bisnis yang menawarkan fasilitas bertukar pesan.
Peningkatan juga terlihat dari percakapan harian di WhatsApp yang tumbuh sebesar dua kali lipat sejak 2022. Laporan tren sosial terbaru eMarketer juga menyebutkan, bahwa orang-orang semakin sering berbagi konten sosial dan terhubung satu sama lain melalui fitur DM dibandingkan melalui unggahan publik.
Kalangan Gen Z memimpin pergeseran perilaku tersebut karena mereka terus mencari cara untuk terhubung dalam kelompok pertemanan yang lebih kecil. Langkah yang perlu dipertimbangkan yakni menjalin kolaborasi bersama mitra strategis untuk mengidentifikasi solusi perpesanan yang sejalan dengan tujuan bisnis.
Hasil studi yang dilakukan oleh Goldman Sachs memproyeksikan bahwa nilai ekonomi kreator global dapat mencapai US$480 miliar pada 2027. Kreator konten hadir sebagai generasi baru di dunia wirausaha yang membangun model bisnis terukur melalui kemitraan strategis dengan berbagai brand global.
Menurut survei dari Meta dan YouGov, 94 persen konsumen di Indonesia berinteraksi dengan kreator konten, khususnya sepanjang musim liburan. Pelanggan pun mengandalkan rekomendasi dari kreator konten, dengan 54 persen memercayai saran mereka dan 63 persen mempertimbangkan saran mereka saat memutuskan untuk membeli.
Bisnis harus proaktif mencari kemitraan dengan kreator untuk mengembangkan storytelling brand mereka. Bisa memanfaatkan fitur yang menyederhanakan integrasi kreator ke strategi periklanan.
Kolaborasi dengan kreator konten yang tepat bisa membantu meningkatkan visibilitas bisnis dan loyalitas pelanggan. Mereka juga dapat berinteraksi dengan audiens selama momen-momen penting dalam berbelanja, menjadikannya strategi efektif untuk mendorong keterlibatan konsumen secara jangka panjang.
Insider Intelligence memprediksi adanya peningkatan waktu yang dihabiskan untuk menonton TV dan konten video di kawasan Asia Pasifik sebesar 15 persen pada 2025. Meta juga melihat pengguna menghabiskan lebih banyak waktu menonton video di Instagram dan Facebook dengan 60 persen waktu pengguna di kedua platform tersebut kini dihabiskan untuk menonton video secara global.
Selain itu, live streaming (siaran langsung) juga menjadi tren yang perlu diperhatikan di Asia Tenggara. Menurut studi yang dilakukan oleh Decision Lab, 73 persen orang di Indonesia menonton siaran langsung untuk mengeksplorasi produk dan layanan, sementara 66 persen telah melakukan pembelian dari siaran langsung.
Di Indonesia, video merupakan format konten yang disukai oleh semua generasi, dengan 92 persen orang merencanakan untuk menonton video secara daring selama masa liburan. Secara khusus, video berdurasi pendek menjadi medium berpengaruh utama, dengan 81 persen konsumen menyebutnya sebagai faktor penting yang mempengaruhi keputusan pembelian.
Format video pendek di Meta menjadi yang terdepan karena sukses melibatkan 65 persen konsumen yang melakukan pembelian selama liburan. Temuan ini membuka peluang bagi bisnis untuk memanfaatkan konten video pendek di platform Meta untuk menarik perhatian penonton dan mendorong penjualan.
Saat ini, konsumen semakin banyak melakukan pembelian produk dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhannya akan ketersediaan pilihan yang luas. Di Asia Pasifik, setidaknya 50 persen pembeli yang disurvei dalam studi musim libur tahunan Meta melaporkan telah melakukan pembelian lintas negara selama periode festival belanja.
Belanja lintas negara tak hanya dipengaruhi oleh harga, tetapi juga akses ke brand yang tak tersedia secara lokal. Oleh karena itu, kembangkan pengalaman berbelanja lintas negara tanpa hambatan dengan mengidentifikasi dan memberikan solusi atas berbagai hal yang bisa menjadi kendala sekaligus bermitra dengan para ahli ekspansi global.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Menurut data dari eMarketer, kawasan ini memimpin lanskap jejaring sosial global dengan 2,3 miliar pengguna, dengan pertumbuhan yang lebih pesat dari rata-rata global.
Baca juga: Prediksi Bisnis 2025: Sektor Potensial dan Strategi Menghadapi Daya Beli yang Menurun
Dengan jejaring sosial yang begitu besar, kerap kali pola belanja masyarakat di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, sangat ditentukan tren yang muncul di media sosial. Kreator konten, teman, dan keluarga, berperan penting dalam membantu konsumen menemukan, mengevaluasi produk, serta layanan di dunia yang serba terhubung ini.
Bagi Genhype yang ingin bisnisnya sukses, ada lima tren sosial yang perlu dipertimbangkan pada 2025. Apa saja? Simak ulasannya di bawah ini yuk.
1. AI Generatif
AI Generatif kini mengubah cara operasional bisnis dengan meningkatkan efisiensi dan kreativitas. Teknologi kecerdasan buatan ini tengah diadopsi secara luas untuk menghasilkan berbagai ide, konten, dan solusi.Meta melihat semakin banyak merek dan bisnis memanfaatkan fitur kreatif iklan berbasis AI Generatif, dengan lebih dari 1 juta pengiklan di seluruh dunia sebagai pengguna, dan menghasilkan lebih dari 15 juta iklan pada Agustus 2024. Untuk memenuhi permintaan pengiklan, Meta memperkenalkan dua fitur baru untuk membuat video berbasis AI generatif, yaitu video expansion dan image animation, untuk mendukung bisnis selama proses pembuatan iklan.
Sepanjang musim liburan, Meta memungkinkan bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan teknologi AI dan keahlian lainnya. Solusi yang didukung oleh AI, seperti Advantage+ Shopping Campaigns (ASC), mengubah cara brand memenuhi permintaan pelanggan dan menayangkan iklan yang dipersonalisasi.
Penelitian Meta menunjukkan bahwa brand yang menggunakan ASC mengalami peningkatan ROAS sebesar 20 persen dan menghasilkan pendapatan rata-rata sebesar US$3,47 untuk setiap pembelanjaan. Dengan memanfaatkan solusi berbasis AI ini, bisnis bisa mendapatkan potensi yang lebih besar selama momen-momen belanja penting.
Adapun langkah yang perlu dipertimbangkan yakni mulai menguji atau gunakan fitur AI generatif dalam kampanye untuk menemukan apa yang dapat mendorong kinerja kampanye menjadi lebih baik.
2. Perpesanan Bisnis
Banyak pengguna kini semakin memilih menggunakan perpesanan untuk berkomunikasi dengan bisnis layaknya terhubung dengan teman dan keluarga, khususnya di wilayah Asia Pasifik. Fitur Direct Message (DM) pun kini lebih disukai ketimbang unggahan publik, terutama oleh Gen Z. Tren ini terjadi secara global dengan lebih dari 1 miliar orang terhubung dengan akun bisnis di Messenger, Instagram, dan WhatsApp setiap minggunya. Menurut studi yang dilakukan Meta dan BCG mengenai perpesanan bisnis di Indonesia, sebanyak 90 persen pelaku bisnis di Indonesia kini menggunakan perpesanan di setiap tahap perjalanan konsumen, mulai dari interaksi awal dan prapenjualan, hingga keterlibatan jangka panjang.
Temuan ini menunjukkan bahwa perpesanan tetap menjadi cara terbaik bagi konsumen dan bisnis untuk menyelesaikan berbagai keperluan, baik itu menjawab pertanyaan, mendiskusikan produk, atau menyelesaikan transaksi pembelian.
Studi ini juga mengungkapkan, bahwa 87 persen konsumen di Indonesia memilih perpesanan sebagai cara utama untuk berkomunikasi dengan bisnis dan 83 persen konsumen lebih percaya pada bisnis yang menawarkan fasilitas bertukar pesan.
Peningkatan juga terlihat dari percakapan harian di WhatsApp yang tumbuh sebesar dua kali lipat sejak 2022. Laporan tren sosial terbaru eMarketer juga menyebutkan, bahwa orang-orang semakin sering berbagi konten sosial dan terhubung satu sama lain melalui fitur DM dibandingkan melalui unggahan publik.
Kalangan Gen Z memimpin pergeseran perilaku tersebut karena mereka terus mencari cara untuk terhubung dalam kelompok pertemanan yang lebih kecil. Langkah yang perlu dipertimbangkan yakni menjalin kolaborasi bersama mitra strategis untuk mengidentifikasi solusi perpesanan yang sejalan dengan tujuan bisnis.
3. Kreator Konten
Hasil studi yang dilakukan oleh Goldman Sachs memproyeksikan bahwa nilai ekonomi kreator global dapat mencapai US$480 miliar pada 2027. Kreator konten hadir sebagai generasi baru di dunia wirausaha yang membangun model bisnis terukur melalui kemitraan strategis dengan berbagai brand global. Menurut survei dari Meta dan YouGov, 94 persen konsumen di Indonesia berinteraksi dengan kreator konten, khususnya sepanjang musim liburan. Pelanggan pun mengandalkan rekomendasi dari kreator konten, dengan 54 persen memercayai saran mereka dan 63 persen mempertimbangkan saran mereka saat memutuskan untuk membeli.
Bisnis harus proaktif mencari kemitraan dengan kreator untuk mengembangkan storytelling brand mereka. Bisa memanfaatkan fitur yang menyederhanakan integrasi kreator ke strategi periklanan.
Kolaborasi dengan kreator konten yang tepat bisa membantu meningkatkan visibilitas bisnis dan loyalitas pelanggan. Mereka juga dapat berinteraksi dengan audiens selama momen-momen penting dalam berbelanja, menjadikannya strategi efektif untuk mendorong keterlibatan konsumen secara jangka panjang.
4. Video
Insider Intelligence memprediksi adanya peningkatan waktu yang dihabiskan untuk menonton TV dan konten video di kawasan Asia Pasifik sebesar 15 persen pada 2025. Meta juga melihat pengguna menghabiskan lebih banyak waktu menonton video di Instagram dan Facebook dengan 60 persen waktu pengguna di kedua platform tersebut kini dihabiskan untuk menonton video secara global. Selain itu, live streaming (siaran langsung) juga menjadi tren yang perlu diperhatikan di Asia Tenggara. Menurut studi yang dilakukan oleh Decision Lab, 73 persen orang di Indonesia menonton siaran langsung untuk mengeksplorasi produk dan layanan, sementara 66 persen telah melakukan pembelian dari siaran langsung.
Di Indonesia, video merupakan format konten yang disukai oleh semua generasi, dengan 92 persen orang merencanakan untuk menonton video secara daring selama masa liburan. Secara khusus, video berdurasi pendek menjadi medium berpengaruh utama, dengan 81 persen konsumen menyebutnya sebagai faktor penting yang mempengaruhi keputusan pembelian.
Format video pendek di Meta menjadi yang terdepan karena sukses melibatkan 65 persen konsumen yang melakukan pembelian selama liburan. Temuan ini membuka peluang bagi bisnis untuk memanfaatkan konten video pendek di platform Meta untuk menarik perhatian penonton dan mendorong penjualan.
5. Aktivitas Belanja Lintas Negara
Saat ini, konsumen semakin banyak melakukan pembelian produk dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhannya akan ketersediaan pilihan yang luas. Di Asia Pasifik, setidaknya 50 persen pembeli yang disurvei dalam studi musim libur tahunan Meta melaporkan telah melakukan pembelian lintas negara selama periode festival belanja. Belanja lintas negara tak hanya dipengaruhi oleh harga, tetapi juga akses ke brand yang tak tersedia secara lokal. Oleh karena itu, kembangkan pengalaman berbelanja lintas negara tanpa hambatan dengan mengidentifikasi dan memberikan solusi atas berbagai hal yang bisa menjadi kendala sekaligus bermitra dengan para ahli ekspansi global.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.