Ilustrasi pemanfaatan artificial intelligence. (Sumber gambar : Freepik)

AI Ubah Wajah Industri Musik, Anang Hermansyah Desak Regulasi dan Perlindungan Hak Cipta

20 June 2024   |   09:00 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Artificial intelligence (AI) telah menyusup ke seluruh aspek kehidupan manusia. Kehadiran kecerdasan buatan ini diklaim membantu pekerjaan menjadi lebih mudah. Namun di balik itu semua, tetap saja ada dampak negatif yang perlu diantisipasi. 

Saat ini, para raksasa teknologi berlomba-lomba menghadirkan AI untuk diadopsi ke beragam perangkat elektronik maupun gadget. Hal ini pun dimanfaatkan para pekerja kreatif seperti musisi dan sineas. 

Baca juga: Artificial Intelligence (AI) Bukan Ancaman buat Pekerja Kreatif, Tetapi Teman

Musikus sekaligus produser rekaman Anang Hermansyah mengatakan sebelum kehadiran AI, industri musik sudah banyak mengalami distorsi sejak teknologinya berkembang ke ranah digital dari terkomputerisasi. Contohnya, penggunaan pengontrol Musical Instrument Digital Interface (MIDI) untuk meniru suara drum yang kini terdengar semakin nyata. 

“Mereka tidak butuh drum real, mereka menggunakan MIDI yang soundnya sudah mendekati analog. Itupun sudah tergantikan,” ujarnya kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu, pada masa depan pelantun lagu Timang-Timang itu memprediksi teknologi dalam pembuatan musik semakin luar biasa, terutama dengan kehadiran AI. Pembuatan musik bahkan cukup menggunakan perintah suara atau teks tanpa repot memanfaatkan gitar, drum, bass, keyboard, maupun instrumen musik lainnya. 

Anang menyampaikan salah satu software AI, ACE Studio bisa menghadirkan suara penyanyi yang mirip manusia untuk mengisi nada yang telah dibuat. Alat ini pun mampu mengkloning suara laki-laki lalu diubah menjadi suara perempuan, dan sebaliknya. Pengguna tinggal mengatur napas, intonasi, hingga dinamika untuk menciptakan penyanyi virtual yang terdengar sangat nyata. 

“Ini memicu seniman arranger musik yang sekarang bikin arranger pada saat dia punya nada tetapi tidak menemukan penyanyi. Jadi, penyanyi [manusia] tergantikan,” sebutnya. 

Ada pula generator musik AI bernama Suno yang memiliki kemampuan lebih dahsyat karena bisa menciptakan lagu secara utuh sesuai yang diperintahkan. Anang menyampaikan bahwa tidak sampai 1 menit, lagu, musik, beserta liriknya sudah jadi karena memang AI menangkap hingga kuadriliun nada. Alat AI tersebut pun mampu membedakan musik atau nada yang sudah atau belum memiliki hak cipta.

Perlu Regulasi Penerapan AI

AI menurutnya adalah sebuah keniscayaan. Namun demikian, Anang berpendapat kehadiran AI bisa saja membuat pekerja seni, terutama musisi menjadi ketergantungan pada alat ini dan menurunkan produktivitasnya dalam bermusik. 

Begitu pula kreativitas dan keterampilan dan rasa dalam menciptakan musik. Pun pada akhirnya, musik buatan AI dan manusia menjadi sulit dibedakan.

Meskipun sebagai alat mati, tetapi peran manusia sewaktu-waktu bisa saja tergantikan oleh AI. Oleh karena itu, Anang menilai perlunya regulasi yang mengatur terutama etika penggunaan AI. 

Sebagai contoh, apakah musik yang dibuat hasil dari kecerdasan buatan atau murni bikinan manusia. Setidaknya musik yang diciptakan manusia dengan instrumen nyata perlu mendapat royalti yang jauh lebih mahal daripada ciptaani AI. 

Negara seperti Amerika Serikat saat ini pun khawatir dengan kehadiran AI yang berkembang begitu cepat. Alhasil, mereka menciptakan regulasi yang mengatur terkait penerapan AI, meskipun dengan kehati-hatian. Bahkan di sektor musik, pemerintah Negeri Paman Sam itu memiliki alat yang bisa membedakan musik buatan AI dan manusia. 

Menurut Anang, pemerintah Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga harus membuat peraturan serupa sedini mungkin dan jangan menganggap enteng kehadiran AI. Jika terlambat menyusun regulasi, Anang khawatir Indonesia nantinya akan menjadi sampah AI, mengingat saat ini teknologinya semakin masif masuk ke dalam negeri. 

“Jadi pemerintah gagap menerima artificial intelligence yang jatuhnya nanti sampahnya di mana-mana, kita susah melerainya,” tegasnya.

Baca juga: Pentingnya Perlindungan Data Pribadi pada Era Artificial Intelligence 

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Revisi UU Penyiaran Dinilai Mengancam Kreativitas Sineas

BERIKUTNYA

Membawa Galeri Seni ke Rumah dengan Samsung The Frame & LG StanbyME

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: