Sapi adalah salah satu hewan kurban. (Sumber gambar: Afnizar Nur Ghifari/Unsplash)

Simak Arti Kata Iduladha dan Sejarah Ibadah Kurban

17 June 2024   |   06:30 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Masyarakat Muslim di Indonesia bersuka cita menyambut Hari Raya Iduladha 1445 Hijriah. Hari ini, masyarakat Muslim di Tanah Air melakukan ibadah salat id, berkumpul dengan keluarga, termasuk melaksanakan ibadah kurban. Hari Raya Iduladha mengandung nilai keteguhan dan keimanan umat Islam kepada Allah SWT, sekaligus menjadi bukti pengorbanan yang didasari keikhlasan dan kesabaran.

Mengutip dari situs resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Iduladha berasal dari kata id dan adha. Kata "id" berakar pada kata "aada-ya’uudu" yang artinya menengok, menjenguk, atau kembali, sedangkan kata adha bermakna kurban. Adapun, disebut id karena Iduladha menjadi hari raya yang kembali berulang setiap tahun. 

Baca juga: Daftar Destinasi Wisata di Jakarta untuk Mengisi Libur Iduladha 2024

Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Iduladha bermakna hari raya haji yang disertai dengan penyembelihan hewan kurban seperti sapi, kambing atau unta, bagi yang mampu. Ya, dua ibadah yang identik dengan Hari Raya Iduladha adalah berkurban dan haji bagi yang memiliki kemampuan.

Berkurban atau menyembelih hewan kurban merupakan ibadah untuk mengingatkan umat Islam kembali kepada tujuan hidup, yaitu beribadah kepada Allah. Hikmah dari ibadah berkurban ialah keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah, semata-mata untuk mengharapkan rida-Nya. Termasuk, menjadi bukti ketaatan umat Islam pada Allah.


Sejarah Ibadah Kurban

Kurban adalah ibadah sunah berupa menyembelih hewan ternak, yang dagingnya dibagikan baik untuk keluarga orang yang berkurban maupun kepada orang-orang yang membutuhkan. Adapun, hewan ternak yang dikurbankan berupa sapi, kambing, domba maupun unta.

Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Muhamad Subhi Apriantoro mengatakan kurban adalah salah satu ibadah yang dianjurkan pelaksanaannya bagi umat Muslim yang memiliki kelapangan harta.

Menurut etimologi, kata kurban berasal dari bahasa Arab yakni qariba – yaqrabu – qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat. Maksud kata dekat dalam kalimat tersebut memiliki arti mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya.

"Sebenarnya syariat kurban itu sudah ada sejak lama ya, tak hanya ada di syariatnya Nabi Muhammad, tetapi juga di umat terdahulu. Jadi, syariat kurban dilatarbelakangi oleh kisah anak Nabi Adam  sebagaimana firman Allah SWT yang tertera dalam Al-Qur’an Surah Al-Mai’dah ayat 27-31," katanya ditukil dari situs resmi UMS.
 

Ilustrasi penyembelihan hewan kurban. (Sumber gambar: Fauzan/Unsplash)

Ilustrasi penyembelihan hewan kurban. (Sumber gambar: Fauzan/Unsplash)

Ya, sebagai salah satu ibadah paling tua, kurban dalam Islam memiliki sejarah yang panjang. Tidak sedikit kalangan yang menghubungkan sejarah kurban dengan peristiwa Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Namun, sejatinya ibadah berkurban telah hadir sejak zaman Habil dan Qabil, yang tak lain merupakan anak dari Nabi Adam.

Melansir dari situs Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng, sejarah ibadah kurban terjadi ketika Qabil dan Habil diperintahkan untuk berkurban. Qabil yang seorang petani berkurban dengan hasil kebun miliknya. Sementara Habil yang hidup sebagai peternak berkurban dengan seekor kambing terbaik yang dia miliki. 

Namun, terdapat perbedaan cara berkurban dari keduanya. Qabil mengurbankan hasil pertaniannya namun dia memilih untuk memberikan hasil tanaman dengan kualitas yang buruk. Sedangkan Habil mengurbankan hasil peternakannya, yakni seekor kambing pilihan terbaik miliknya.

Dari dua perbedaan tersebut, Allah SWT menerima kurban yang dilakukan oleh Habil. Hal itu ditandai dengan turunnya api dari langit dan menyambar kambing milik Habil, sementara hal serupa tidak terjadi pada tanaman persembahan milik Qabil. Kurban Qabil ditolak karena megeluarkan hartanya dengan terpaksa dan kualitas yang buruk. 

Menyadari hal ini, Qabil pun tidak terima dan merasa iri dengan Habil. Dengan emosi, Qabil mengambil batu besar dan memukulkannya ke kepala Habil sampai meninggal. Dari peristiwa tersebut, dapat diambil hikmahnya bahwa apabila kurban tidak dilandasi rasa keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, maka tidak akan ada nilainya.

Selain terjadi pada zaman Nabi Adam, ibadah kurban terjadi pada zaman Nabi Ibrahim yang harus mengurbankan putranya, yaitu Nabi Ismail sebagai wujud kepatuhan terhadap Allah. Namun, saat Nabi Ibrahim bersiap menyembelih putranya, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba berwarna putih, bermata bagus dan bertanduk. Dari peristiwa inilah hewan ternak disembelih sebagai ibadah sunah berkurban setiap tahun pada bulan Zulhijah setelah salat Iduladha, atau selama hari tasyrik yakni tiga hari berturut-turut setelah Iduladha.

Subhi mengatakan hukum menyembelih hewan kurban bagi yang mampu adalah sunah muakkad. Artinya, berkurban pada Hari Raya Iduladha sangat dianjurkan untuk umat Islam demi mendapatkan kemuliaan dan rida dari Allah SWT.

“Akan tetapi, berkurban bisa menjadi wajib jika seseorang itu bernazar ya. Jika seseorang bernazar untuk berkurban, maka nazar tersebut harus dipenuhi dan dilaksanakan, karena nazar adalah bentuk ikatan yang mengharuskan seseorang untuk memenuhi janji yang telah dibuat kepada Allah,” terang Subhi. 

Ibadah kurban tergolong sebagai amalan yang sarat akan hikmah dan keutamaan. Terdapat dua dimensi dalam ibadah kurban yakni dimensi spiritual dan sosial. Subhi menjelaskan untuk mencapai dimensi spiritual yang paripurna, seorang hamba yang berkurban haruslah melepaskan diri dari perasaan egois dan cinta terhadap dunia, serta merelakan sebagian harta pemberian Allah untuk disedekahkan di jalan-Nya sebagaimana kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

"Dalam beribadah kurban kita harus memutus perasaan memiliki hewan kurban itu, atau menyembelih perasaan memiliki harta benda yang Allah titipkan kepada kita selama hidup di dunia. Kita kembalikan lagi bahwa kepemilikan sejati itu milik Allah, bukan milik kita," terangnya.

Baca juga: 5 Olahan Daging Kambing untuk Sajian Hari Raya Iduladha

Sementara dimensi sosial dalam ibadah kurban berarti seorang hamba tak hanya membersihkan hartanya, tetapi juga menyebarkan kebaikan dan kebahagiaan kepada sesama umat manusia dengan membagikan daging kurban. Dengan demikian, umat Islam terlatih untuk menjadi lebih peka terhadap kondisi saudara-saudara sekitar yang membutuhkan.

"Jika Allah belum mengundang kita ke rumah-Nya untuk berhaji, maka kita undang Allah ke rumah kita dengan cara berkurban,” imbuh Subhi. 

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Indonesia Ancam Twitter (X) terkait Kebijakan Konten Dewasa

BERIKUTNYA

Ucapan Selamat Iduladha 2024 Pemimpin Dunia yang Menyentuh, Erdogan hingga Justin Trudeau

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: