Review Film Harta Tahta Raisa: Perjalanan Penuh Emosi dalam Mengejar Mimpi
06 June 2024 |
20:30 WIB
Dibuka dengan ajakan bernyanyi bersama yang membuat seisi bioskop ikut berdendang, film Harta Tahta Raisa membuka menit-menit pertamanya dengan perasaan yang hangat. Setelahnya, film ini secara perlahan akan mengupas layer demi layer kehidupan penyanyi Raisa dari berbagai sisi.
Harta Tahta Raisa disutradarai oleh Soleh Solihun, mantan jurnalis musik, yang belakangan juga terjun ke dunia stand up comedy. Kombinasi latar belakang tersebut membuat film ini mampu menyajikan cerita yang kaya.
Tak hanya haru biru dari gemerlap kemegahan cerita-cerita di atas panggung, Soleh juga dengan jeli membuka mata penonton pada lanskap dunia musik secara luas. Sentuhan komedi ringan, lewat beberapa pertanyaan nyentrik, membuat dokumenter ini muncul dengan sajian story telling yang apik.
Baca Juga: Produser Ungkap Ide Film Harta Tahta Raisa yang Bakal Rilis 6 Juni 2024
Alih-alih berisi puja-puji kehebatan Raisa di atas panggung, Soleh justru lebih banyak menyoroti hal-hal apa saja yang bisa membuat sang penyanyi bisa berada di posisinya sekarang. Orang-orang di belakang layar inilah yang kemudian makin memperkaya film ini.
Sebagai seorang mantan jurnalis, Soleh juga tampak merajut cerita satu dengan lainnya dengan teknik 5W + 1H. Pola ini membuat setiap segmen kehidupan dari Raisa diceritakan secara penuh.
Benang merah dalam film dokumenter ini adalah perjalanan Raisa saat akan menggelar konser di Gelora Bung Karno, dan menjadikannya solois perempuan pertama yang bisa konser di sana.
Namun, di tengah-tengah upaya tersebut, film ini juga menyoroti tentang passion, kecintaan, dan mimpi besar dari Raisa dan para sahabat dan manajernya, Adryanto Pratono atau Boim.
Di film ini, layaknya dokumenter-dokumenter lain, pertanyaan dari sang sutradara memang menjadi elemen yang vital. Penonton akan melihat bagaimana kehidupan Raisa kecil dan bagaimana kesukaannya dalam bermusik dimulai.
Raisa lalu tumbuh dewasa dan mulai menyeriusi dunia musik. Dia benar-benar solois yang memulai dari bawah. Dari manggung di kafe-kafe, mencoba merilis album, hingga akhirnya mampu membangun basis penggemar yang besar.
Salah satu hal menarik adalah ketika konflik yang muncul di film ini terasa begitu natural. Sang sutradara tampak begitu jeli dalam melihat momen. Ini membuat konflik yang dihadirkan jadi terasa hidup.
Penonton jadi melihat bagaimana lika-liku perjuangan di balik suksesnya sebuah konser. Pada akhirnya, semua itu hanya bisa terjadi ketika semua orang memiliki mimpi dan tujuan yang sama.
Selain itu, kombinasi gerak kamera juga jadi hal menarik. Terkadang, kamera dibiarkan statis dan membuat ekspresi menjadi sajian utama dalam menyampaikan emosi. Di lain hal, gambar diambil secara handheld sehingga memberikan kesan dinamis dan menciptakan guncangan.
Teknik ini juga membuat penonton seolah berada di lokasi langsung. Pada akhirnya, emosi yang hadir di dalam gambar bisa tersalurkan ke penonton dengan baik.
Selain itu, pemilihan dan penempatan lagu-lagu dari Raisa juga terasa pas. Intensitas dramatiknya benar-benar dijaga dengan baik.
Meski ini adalah dokumenter, Soleh tak menjahit gambar-gambar yang ada secara acak. Setiap narasumber yang dihadirkan, benar-benar mewakili karakter-karakter tertentu, khas film fiksi. Hal inilah yang membuat dokumenter ini menyajikan cerita yang utuh.
Harta Tahta Raisa menjadi sajian dokumenter yang terasa segar. Jauh dari kata membosankan, film ini justru mampu menjaga rasa penasaran penonton tetap terjaga hingga di akhir film. Bahkan, di bagian ending, ada satu pertanyaan sejuta umat tentang Raisa yang akhirnya terjawab. Apa itu, silakan tonton sendiri.
Baca Juga: Film Harta Tahta Raisa Diharapkan Bisa Cetak Box Office
Editor: M. Taufikul Basari
Harta Tahta Raisa disutradarai oleh Soleh Solihun, mantan jurnalis musik, yang belakangan juga terjun ke dunia stand up comedy. Kombinasi latar belakang tersebut membuat film ini mampu menyajikan cerita yang kaya.
Tak hanya haru biru dari gemerlap kemegahan cerita-cerita di atas panggung, Soleh juga dengan jeli membuka mata penonton pada lanskap dunia musik secara luas. Sentuhan komedi ringan, lewat beberapa pertanyaan nyentrik, membuat dokumenter ini muncul dengan sajian story telling yang apik.
Baca Juga: Produser Ungkap Ide Film Harta Tahta Raisa yang Bakal Rilis 6 Juni 2024
Alih-alih berisi puja-puji kehebatan Raisa di atas panggung, Soleh justru lebih banyak menyoroti hal-hal apa saja yang bisa membuat sang penyanyi bisa berada di posisinya sekarang. Orang-orang di belakang layar inilah yang kemudian makin memperkaya film ini.
Sebagai seorang mantan jurnalis, Soleh juga tampak merajut cerita satu dengan lainnya dengan teknik 5W + 1H. Pola ini membuat setiap segmen kehidupan dari Raisa diceritakan secara penuh.
Benang merah dalam film dokumenter ini adalah perjalanan Raisa saat akan menggelar konser di Gelora Bung Karno, dan menjadikannya solois perempuan pertama yang bisa konser di sana.
Namun, di tengah-tengah upaya tersebut, film ini juga menyoroti tentang passion, kecintaan, dan mimpi besar dari Raisa dan para sahabat dan manajernya, Adryanto Pratono atau Boim.
Di film ini, layaknya dokumenter-dokumenter lain, pertanyaan dari sang sutradara memang menjadi elemen yang vital. Penonton akan melihat bagaimana kehidupan Raisa kecil dan bagaimana kesukaannya dalam bermusik dimulai.
Raisa lalu tumbuh dewasa dan mulai menyeriusi dunia musik. Dia benar-benar solois yang memulai dari bawah. Dari manggung di kafe-kafe, mencoba merilis album, hingga akhirnya mampu membangun basis penggemar yang besar.
Salah satu hal menarik adalah ketika konflik yang muncul di film ini terasa begitu natural. Sang sutradara tampak begitu jeli dalam melihat momen. Ini membuat konflik yang dihadirkan jadi terasa hidup.
Penonton jadi melihat bagaimana lika-liku perjuangan di balik suksesnya sebuah konser. Pada akhirnya, semua itu hanya bisa terjadi ketika semua orang memiliki mimpi dan tujuan yang sama.
Selain itu, kombinasi gerak kamera juga jadi hal menarik. Terkadang, kamera dibiarkan statis dan membuat ekspresi menjadi sajian utama dalam menyampaikan emosi. Di lain hal, gambar diambil secara handheld sehingga memberikan kesan dinamis dan menciptakan guncangan.
Teknik ini juga membuat penonton seolah berada di lokasi langsung. Pada akhirnya, emosi yang hadir di dalam gambar bisa tersalurkan ke penonton dengan baik.
Selain itu, pemilihan dan penempatan lagu-lagu dari Raisa juga terasa pas. Intensitas dramatiknya benar-benar dijaga dengan baik.
Meski ini adalah dokumenter, Soleh tak menjahit gambar-gambar yang ada secara acak. Setiap narasumber yang dihadirkan, benar-benar mewakili karakter-karakter tertentu, khas film fiksi. Hal inilah yang membuat dokumenter ini menyajikan cerita yang utuh.
Harta Tahta Raisa menjadi sajian dokumenter yang terasa segar. Jauh dari kata membosankan, film ini justru mampu menjaga rasa penasaran penonton tetap terjaga hingga di akhir film. Bahkan, di bagian ending, ada satu pertanyaan sejuta umat tentang Raisa yang akhirnya terjawab. Apa itu, silakan tonton sendiri.
Baca Juga: Film Harta Tahta Raisa Diharapkan Bisa Cetak Box Office
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.