Warga desa di Muaro Jambi membawa tiang soko utama dalam prosesi Beselang Tegak Tiang Tuo di kawasan KCBN Muarajambi (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Prosesi Tegak Tiang Tuo Tandai Pembangunan Museum KCBN Muarajambi

06 June 2024   |   16:35 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Situs bersejarah Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Candi Muarajambi Kembali bersolek. Tahun ini, cagar budaya di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi itu akan segera dibangun museum yang nantinya digunakan untuk menampung artefak yang merepresentasikan budaya Jambi.

Prosesi Tegak Tiang Tuo menandai dijalankannya secara resmi mega-proyek kawasan ini di Desa Danau Lamo, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Rabu,(5/6/24). Selain menyimpan artefak, museum ini diharap menjadi jendela dunia yang bisa diakses semua kalangan.

Baca juga: Terluas di Indonesia, Museum Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi Bakal Jadi Laboratorium Pengetahuan Publik

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek RI, Hilmar Farid mengatakan, prosesi tersebut merupakan langkah penting untuk mendorong perlindungan warisan budaya di Indonesia. Selain memperbaiki dan membangun infrastruktur fisik, revitalisasi ini juga untuk mengkaji peradaban Muarajambi.

Hilmar menjelaskan, KCBN Muarajambi tidak hanya menjadi simbol keyakinan Buddha, tetapi juga pusat pendidikan dan destinasi spiritual. Berada di tengah keheningan dan keagungan situs ini, pengunjung nantinya akan diajak menyusuri jejak masa lalu dan memahami peran vitalnya dalam proses edukasi dan pembangunan peradaban.

"Kami juga akan melakukan ekskavasi benda sejarah, mengidentifikasi makna-makna budaya dan sejarah yang terkandung di dalamnya. Tujuan akhirnya adalah untuk mengembalikan KCBN Muarajambi sebagai sumber inspirasi dan pengetahuan yang menyenangkan bagi publik," katanya.
 

Candi Kedaton, salah satu candi di kawasan KCBN Muarajambi yang telah direvitalisasi (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Candi Kedaton, salah satu candi di kawasan KCBN Muarajambi yang telah direvitalisasi (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)


Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V, Agus Widiatmoko mengatakan, revitalisasi dan pengembangan cagar budaya ini tidak hanya sebagai destinasi pariwisata. Melainkan juga sebagai pusat peradaban yang mencerminkan warisan budaya pada masa lalu dan masa depan.

Dia mengungkap, pengembangan revitalisasi KCBN Muarojambi sudah dimulai pada 2022, lewat pemugaran beberapa situs candi. Adapun, tahun ini, selain pembangunan museum juga dilakukan revitalisasi empat candi, yaitu candi Koto Mahligai, Parit Duku, Alun-alun, dan Candi sialang.

"Dalam proses ini kami juga memberdayakan sekitar 500-an masyarakat di delapan desa sekitar KCBN Muarajambi. Yaitu masyarakat dari desa Danau Lamo, Baru, Muarajambi, Kemingking Luar, Kemingking Dalam, Tebat Patah, Dusun Mudo, dan Teluk Jambu,"katanya.

Rangkaian Adat

Adapun dalam pelaksanaannya peletakan batu pertama pembangunan museum dilakukan dengan mengikuti rangkaian adat setempat. Yaitu prosesi beselang Tegak Tiang Tuo, yang melibatkan simbolisme mendalam melalui peletakan emas, perak, besi, tapak kuda, dan Sawang Angin sebagai lambang berbagai aspek kehidupan dan kekuatan alam yang harmonis. 

Kepala Desa Danau Lamo, Ismail Ahmad mengatakan, prosesi Beselang Tegak Tiang Tuo merupakan tradisi adat istiadat tepian Sungai Batanghari. Dia menjelaskan, Tegak Tiang Tuo melibatkan peletakan tiang pertama menggunakan kayu bulian di tengah lokasi bangunan, dilengkapi dengan cecokot, setabun tawar, serta dibacakan pento sebagai doa dan harapan.

Prosesi ini diawali dengan peletakan emas, perak, besi, tapak kuda, dan sawang angin dan diakhiri dengan penaburan setabun tawar dan secupak garam. Tiang Tuo kemudian dihiasi dengan pakaian sepelulusan, minyak kemiri, bedak, celak, gincu, dan parfum, yang melambangkan harapan bahwa rumah ini akan menjadi tempat yang nyaman dan memikat. 

"Prosesi diakhiri dengan pemasangan payung rotan daun seredang, pembacaan doa, dan menyantap hidangan Puluran Selemak Manis sebagai wujud rasa syukur," katanya. 
 

Sepilihan relief dan replika relief yang ditemukan di kawasan KCBN Muarajambi yang nanti akan dimasukkan ke museum (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Sepilihan replika arca dan belanga yang ditemukan di kawasan KCBN Muarajambi yang nanti akan dimasukkan ke museum (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

 KCBN Muaro Jambi telah menjadi fokus pelestarian karena situs ini memiliki bentuk struktur bata yang khas dan nilai historis yang menarik. Keunikan dari candi ini adalah berlokasi di lahan yang dikelilingi oleh parit sebagai jalur transportasi dan pengendalian banjir. 

Kawasan Candi Muaro Jambi memiliki luas 3.981 hektar dan telah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional berdasarkan penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 259/M/2013. Program Revitalisasi KCBN Muaro Jambi telah dilakukan sejak 2022 yang meliputi pemugaran, perencanaan pemugaran, normalisasi parit keliling, dan penataan lingkungan. 

Sejauh ini, struktur bata yang telah diinventarisasi berjumlah 88 buah dengan sembilan diantaranya telah dilakukan pemugaran. Yaitu Candi Astano, Candi Kembar Batu, Candi Tinggi, Candi Tinggi I, Candi Gumpung, Candi Gumpung I, Candi Gedong I, Candi Gedong II, dan Candi Kedaton. 

Candi Muaro Jambi merepresentasikan keunikan yang luar biasa dalam tradisi spiritual dan pendidikan Buddhisme di Asia Tenggara. Situs ini tidak hanya menyimpan nilai sejarah dan budaya yang mendalam, tetapi juga menjadi saksi bisu atas pertukaran pengetahuan dan nilai spiritual antar generasi. 

Baca juga: Dorong Pengakuan dari UNESCO, Candi Muaro Jambi Kembali Direvitalisasi

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Balenciaga Luncurkan Koleksi Spring 25, Sepatu Bot Raksasa jadi Sorotan

BERIKUTNYA

Fesyen Keberlanjutan di Indonesia, Tren Green & Trendy dengan Sentuhan Wastra

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: