Novel Romansa Stovia. (Sumber gambar: Kepustakaan Populer Gramedia)

Novel Romansa Stovia, Kisah Empat Sahabat di Sekolah Kedokteran Hindia Belanda

05 June 2024   |   12:07 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Penulis Sania Rasyid meluncurkan novel terbarunya berjudul Romansa Stovia. Mengambil latar awal abad ke-20, novel ini menceritakan perjalanan empat sahabat yang menempuh pendidikan di sekolah kedokteran pertama di Hindia Belanda, mengikuti kisah mereka mulai dari soal percintaan, sahabat, keluarga, dan cita-cita. 

Romansa Stovia adalah fiksi berlatar sejarah yang menceritakan empat sekawan berbeda latar budaya. Persoalan ketidakadilan rasial oleh pemerintah Kolonial, masalah keluarga dan percintaan, sampai misteri pembunuhan menguji persahabatan mereka selama menempuh studi di STOVIA.

Berlatar di Batavia 1918, novel ini akan mengikuti perjalanan karakter Yansen, seorang pemuda asal Minahasa yang hendak mewujudkan mimpi menjadi dokter di Tanah Air sendiri.

Bersama Hilman pemuda Sunda, Sudiro pemuda Jawa, dan Arsan pemuda Minang, Yansen menemukan ikatan persahabatan di STOVIA, sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial. Masa lalu masing-masing tokoh turut membayangi perjalanan mereka selama belajar di sekolah kedokteran pertama di Hindia Belanda itu.

Baca juga: Resensi Novel Batang Bambu: Kisah Pencarian Jati Diri Anak Pekerja Migran

Fiksi berlatar Hindia Belanda di awal abad ke-20 ini menceritakan bagaimana keempat sekawan itu saling mendukung kala mereka menghadapi masalah hidup masing-masing, dari soal cinta, keluarga, lingkungan di sekolah, hingga misteri pembunuhan seorang pengusaha Belanda.

Diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia, Romansa Stovia merupakan buku ketujuh yang ditulis oleh Sania Rasyid. Sebelumnya, dia telah menulis enam buku lainnya yakni Dilema Fujiyama, Hitam Putih Emiliano, Renjana Azerbaijan, Kuching, Jam 4 Sore, Lara Karla, dan Gede Pangrango & Salju Everest.
 

Sania Rasyid mengatakan melalui novel Romansa Stovia, dia ingin memperkenalkan satu babak penting dalam sejarah Indonesia dengan cara yang asyik dan dapat diterima oleh generasi hari ini. Semua itu dibangun dengan cerita yang juga mengambil latar belakang pendidikan. 

“Indonesia dibangun melalui pendidikan. Saya punya perhatian bahwa pendidikan tetap merupakan hal paling penting untuk hari ini dan ke depannya. Pendidikan yang baik bisa membangun jiwa inklusivitas kita sebagai manusia,” ujar penulis kelahiran Jakarta, 21 September 1980 itu. 

Sania bercerita penulisan novel Romansa Stovia memakan waktu hingga 3,5 tahun. Hal itu lantaran proses penggarapannya yang diiringi dengan penggodokan ide, riset yang panjang, hingga proses penulisan. Plus, dalam prosesnya, draf tulisan awalnya yang sudah 150 halaman juga sempat hilang.

"Prosesnya 3,5 tahun dari ide terbesit, melalui riset panjang, mulai penulisan lalu file hilang padahal sudah sampai 150 halaman. [Akhirnya] menulis ulang lagi dari halaman 1," katanya.
 

Lantaran mengangkat kisah fiksi berlatar sejarah yang berkaitan dengan pendidikan dokter, Sania pun harus melakukan riset yang cukup mendalam dan menantang mulai dari berkunjung ke Museum Kebangkitan Nasional, mempelajari anatomi, dan informasi-informasi lainnya seputar kedokteran.

Selain itu, dia juga mengaku sempat kesulitan mencari penerbit yang mau merilis novelnya itu, sampai-sampai membuatnya putus asa untuk melanjutkan passion-nya sebagai penulis. "Kesana kemari mencari penerbit melalui masa frustasi, sampai saya nangis dan bilang enggak mau nulis lagi. I will leave all my writings behind," ucapnya.

Akhirnya, bukunya diterima oleh penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dan mengalami proses editing cukup lama yang dilakoni oleh editor-editor sastra dari penerbit tersebut. "Agak ngeri-ngeri sedap karena masuk KPG bukan hal mudah, ada standarisasi yang cukup tinggi. KPG akhirnya menerima naskah saya dengan tangan terbuka dan hangat," ujarnya.

Sania Rasyid adalah penulis kelahiran Jakarta, 21 September 1980. Hobi menulisnya dimulai sejak di bangku SMA. Dia senang membaca buku-buku dengan beragam genre mulai dari sastra, hukum, filsafat, dan sejarah. Dia pun gemar bertualang dan mendaki gunung. Di waktu senggang selain membaca, dia pun menonton film.

Selain menjadi penulis, Sania juga bekerja di dunia perhotelan yang dia jajaki semenjak berusia 21 tahun. Berdomisili di Bali, Sania juga menjalankan perusahaan pendakian bernama Indo Trekkers, termasuk aktif menjadi ketua di komunitas penulis perempuan bernama Women Who Write Canggu. 

Baca juga: Review Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut, Novel Perlawanan Eksploitasi Tambang

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Fakta-fakta Menarik Kylian Mbappe yang Kini Resmi Bergabung ke Real Madrid

BERIKUTNYA

Netflix Bakal Produksi Film Peaky Blinders, Cillian Murphy Tetap Jadi Thomas Shelby

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: