Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut karya Dian Purnomo. (Sumber gambar : Desyinta Nuraini)

Review Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut, Novel Perlawanan Eksploitasi Tambang

15 December 2023   |   22:38 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Kalimat yang terkandung dalam amandemen UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 ini memang cukup ambigu bagi mereka yang berjuang mempertahankan tanah kelahiran dari aksi penambangan. 

Tidak sedikit masyarakat yang tinggal di tanah penuh berkah digusur secara perlahan hingga terang-terangan dengan ragam siasat dan tipu muslihat oleh korporasi penambang yang katanya sudah mendapat izin negara. Kondisi inilah yang coba digambarkan Dian Purnomo dalam Novelnya berjudul ‘Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut’. 

Baca juga: Mengarsipkan Perkembangan Seni Rupa Lewat Buku Illuminations: Selected Media Publications By Carla Bianpoen

Novel ini mengulas bagaimana pengalaman Mirah, karakter yang diciptakan Dian, membersamai perjuangan rakyat Pulau Sangihe, Sulawesi Utara, Indonesia. Sebuah pulau di atas Kota Manado yang mungkin hanya terlihat sebagai bercak di peta tetapi menyimpan kekayaan alam yang begitu nyata. 

Kata ‘Untuk para pejuang lingkungan, Terima kasih telah memilih berdiri dan melawan’ di lembar kosong pembuka buku ini mungkin akan langsung mengetuk hati para pembaca. Pertanyaan ‘sudah sejauh mana kita ikut berjuang untuk kelestarian lingkungan’ bisa saja muncul di benak.

Seperti yang digambarkan Dian dalam bukunya, Sangihe begitu istimewa. Pulau ini berada di perairan Sulawesi yang biru nan jernih, dengan biota yang masih lestari. Pun daratannya yang masih terlihat hijau asri berkat Gunung Api Awu yang memberikan kesuburan hasil bumi. Lebih dari itu, tanah di pulau ini bisa dikatakan menyimpan gumpalan emas yang membuat ngiler para penjarah berdasi.

Pada bagian awal bagian buku ini, pembaca sepertinya masih dibuat bingung dengan judul yang disematkan Dian dalam bukunya. Namun, Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut, merupakan pengantar bagaimana Shalom Mawira, perempuan Sangir, suku asli Pulau Sangihe tidak pernah berhenti berharap dan berjuang agar ayahnya yang hilang kembali, maupun menjaga tanah kelahirannya yang sedang dicuri. 

Bagaikan membaca buku harian, Dian cukup apik menuliskan bagaimana Mirah, seorang anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menyaksikan langsung dan ikut berjuang bersama rakyat Pulau Sangihe yang ‘dijajah’ perusahaan tambang. Emosi seperti marah dan kesal mungkin akan muncul ketika pembaca masuk pada bagian dimana korporasi menjalankan siasat-siasat licik untuk bisa mengeruk hasil bumi di Pulau Emas itu. 

Begitu pula kecewa ketika para pejabat daerah maupun negara seakan tutup mata dengan perlawanan yang diberikan rakyat Pulau Sangihe. Tak aparatur dari pusat dan desa yang membantu aksi korporasi. Bahkan penegak hukum dijadikan alat untuk memberi tekanan di masyarakat. Sungguh hal umum yang terjadi di realitas kita saat ini.

Di sisi lain, sangat miris dan menyedihkan digambarkan dalam buku ini ketika para pemuda dan warga berjuang untuk menjaga kelestarian. Mereka tak menampik tanah Sangihe begitu kaya. Sempat tergiur untuk menambang emas yang begitu mudah didapat bahkan di halaman rumah, warga tersadar ketika alam memberikan karma berupa bencana bagi mereka yang tamak. Alhasil, mereka memilih untuk mempertahankan kelestarian alam demi warisan kepada anak cucu kelak.

Sayangnya, dalam upaya melestarikan tanah kelahiran itu, justru warga harus menghadapi serangan demi serangan mereka yang ingin ‘makan’. Shalom, Eben, Berto, dan masyarakat Pulau Sangihe yang masih waras cukup tertatih menghadapi korporasi. Rangkaian protes mulai dari tutup jalan untuk menghalangi alat berat hingga puncaknya melakukan aksi di Kantor DPRD atas putusan pengadilan telah dilakoni. Bahkan teror maupun kurungan penjara mereka hadapi.

Perjuangan bertahun-tahun yang melelahkan. Untungnya pada akhir bagian, Dian mengungkapkan dalam narasinya bahwa warga Pulau Sangihe bisa bernafas lega. Sangihe tetap sama seperti ketika ayah Shalom pergi, yakni kembali untuk lestari. 

Data Buku
  • Judul Buku: Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut
  • Penulis: Dian Purnomo
  • ISBN : 978602673004
  • Tebal halaman: 288 hlm
  • Editor : Ruth Priscilla Angelina 
  • Sampul : Bella Ansori
  • Foto : Dian Purnomo dan Jhonlihar Mamuka
  • Penata Letak : Bayu Deden Prana
  • Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
  • Tahun terbit: 2023

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

5 Film dan Drama Korea yang Tayang Desember 2023 di Viu, Ada Night Has Come

BERIKUTNYA

Rekomendasi Tablet Spek Terbaik Harga 2 Jutaan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: