Ilustrasi mobilitas penduduk (Sumber gambar: Rangga Cahya Nugraha/Unsplash)

Tingginya Mobilitas Penduduk Pengaruhi Kesehatan Mental, Kok Bisa?

03 June 2024   |   18:29 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Masyarakat urban telah terbiasa dengan hiruk pikuk kota di setiap harinya. Mereka yang tinggal di perkotaan padat penduduk cenderung menghadapi aktivitas yang serba cepat dengan mobilitas yang tinggi. Tanpa disadari, kondisi ini turut mendorong stres bahkan mempengaruhi kesehatan mental para penduduknya.

Riset yang dijalankan perusahaan asuransi ekspatriat  William Russell menempatkan Mumbai (India) sebagai kota dengan tingkat stres paling tinggi. Salah satu faktor penentunya adalah kepadatan dan mobilitas penduduk yang tinggi di wilayah tersebut.

Diketahui, Mumbai merupakan kota metropolitan terpadat keenam di dunia dengan populasi lebih dari 23 juta jiwa. Sebagai jantung bisnis dan pusat keuangan di India, Mumbai dipadati oleh masyarakat yang bergerak serba cepat dengan padatnya aktivitas yang rawan memicu stres.

Baca Juga: Jangan Anggap Remeh, Cek Faktor Tersembunyi di Balik Stres yang Sering Dialami Masyarakat Kota

Masalahnya, stres yang berlangsung terus-menerus dan tidak dikelola bisa berdampak jauh pada kesehatan mental. Psikolog klinis A. Kasandra Putranto menjelaskan, kesehatan mental dan mobilitas penduduk memiliki kaitan yang penting dimulai dari stres hingga berdampak pada kesehatan fisik. Stres erat kaitannya dengan gangguan kecemasan yang merujuk pada permasalahan mental.

Dalam aspek ini, Kasandra membeberkan jika faktor yang bisa mengundang gangguan cemas dan stres antara lain masalah keuangan, hubungan sosial, hingga tuntutan kerja yang bisa mendera masyarakat kota dengan tingkat persaingan tinggi. Selain itu, wilayah kota yang cenderung memiliki tingkat kriminalitas tinggi juga rawan dengan kekerasan hingga pelecehan yang bisa mendorong stres dan gangguan kecemasan ikut melonjak. “Trauma akibat intimidasi, pelecehan, dan kekerasan juga dapat memicu gangguan kecemasan,” kata Kasandra.

Lebih lanjut, gangguan mental ini akan memberi dampak ke kesehatan fisik individu. “Kesehatan mental yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik seseorang. Misalnya, stres kronis dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sakit perut,” kata Kasandra.

Lebih lanjut, kondisi mental seseorang juga bisa mempengaruhi daya tahan tubuh. Kasandra mencontohkan mekanisme tubuh saat menerima tekanan stres. Aliran darah akan lebih berfokus pada otot sebagai respons alami tubuh saat seseorang mengalami tekanan. Akibatnya, sistem pencernaan tubuh tidak mendapatkan aliran darah yang cukup, yang dapat memengaruhi daya tahan tubuh.

Satu per satu kaitan gangguan kesehatan mental yang diakibatkan dari tingginya mobilitas penduduk ini akan membentuk kesehatan komunal. Menurut Kasandra, bagaimana tingkat mobilitas penduduk juga berhubungan erat dengan tingkat kesehatan penduduknya. Misalnya tingginya angka kematian dapat menggambarkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah, sedangkan tingginya angka harapan hidup dapat menggambarkan tingkat kesehatan penduduk yang baik.

Selain itu, tingkat kesehatan penduduk juga berhubungan dengan pendapatan penduduk. Meski memiliki rata-rata gaji yang relatif menengah ke atas, masyarakat perkotaan acap kali dihadapkan dengan masalah keuangan yang cukup kompleks. Belum lagi, biaya hidup yang tinggi serta akses mendapatkan layanan kesehatan pun ikut memicu stres.

“Semakin tinggi pendapatan penduduk, semakin tinggi pula pengeluaran untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,” tutup Kasandra.

Baca Juga: Rawan Didera Stres, Psikolog Tekankan Pentingnya Work Life Balance Bagi Masyarakat Kota

Editor: M. Taufikul Basari

SEBELUMNYA

Godzilla Minus One Tayang di Netflix, Cek Sinopsisnya

BERIKUTNYA

Simak Jadwal, Syarat, & Cara Daftar PPBD Jawa Barat 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: