Tak Boleh Asal, Buku Conscious Diet Ajak Mengenali Tubuh Sebelum Memulai Diet
31 May 2024 |
07:37 WIB
Diet sering dianggap sebagai tren yang hanya dilakukan bagi mereka yang memiliki berat badan berlebih. Padahal, diet merupakan konsep menjaga pola makan yang ditujukan untuk mencapai kesehatan lebih optimal. Bagi mereka yang menyadari konsepnya secara utuh, diet diterapkan sebagai gaya hidup untuk mencapai tujuan kesehatan.
Maka, tak harus semua diet punya goals kesehatan terkait dengan penurunan berat badan. Namun, tujuan menurunkan berat badan bisa menjadi salah satunya.
Ahli nutrisi & kebugaran Yovi Yoanita berpendapat, kunci dalam menjalani diet adalah dengan menjadikannya gaya hidup. Sebab, diet harus dilakukan dengan memperhatikan perubahan tingkah laku. “Maka, diet itu harus holistik dan konsisten,” kata Yovi dalam agenda peluncuran bukunya bertajuk ‘Conscious Diet’ di SESA Organic Market, Jakarta pada Kamis (30/5/2024).
Baca juga: Begini Cara Diet yang Benar Berdasarkan Variasi Genetik
Berkecimpung di bidang nutrisi selama 19 tahun, dokter spesialisasi Ilmu Gizi dari Universitas Padjajaran ini membagikan pembelajarannya mengenai konsep diet dalam buku berjumlah 100 halaman tersebut.
Buku Conscious Diet tidak hanya membahas cara menemukan diet yang sesuai dengan kebutuhan tiap individu, tetapi juga membangun kesadaran mengenai pentingnya mengenali tubuh sebelum menjalani prosesnya. Menurutnya, mengenali tubuh akan membantu individu mencapai tujuan kesehatan yang berkelanjutan.
Dalam buku ini, Yovi membahas secara mendalam mengenai topik penting di balik seluk beluk diet yang kerap kali susah dijalani. Misalnya, terdapat faktor emosi, cheating, hormon stres, hingga hormon insulin yang seluruhnya berpengaruh terhadap proses yang dijalankan.
“Saat stres misalnya, tubuh kita akan mengeluarkan hormon kortisol yang akan membantu melindungi diri kita sebagai bentuk pertahanan. Akan tetapi,i rata-rata masalahnya kita ini kelebihan kortisol. Saat kortisol berlebihan, maka tubuh kita akan kesulitan membakar lemak,” kata Yovi.
Dalam kasus pra-obesitas, Yovi menjelaskan hampir tiap individu yang mengalaminya kemungkinan besar memiliki hormon kortisol yang tinggi. Belum lagi, hormon insulin yang juga keluar saat stres terpicu akan menambah buruk kondisi tubuh.
“Biasanya ini terjadi pada masalah kelebihan berat badan tahap awal. Jadi stres juga bisa memicu kenaikan insulin, bukan hanya kita dapat saat konsumsi gula saja,” katanya.
Saat tubuh sudah pada tahap pra-obesitas hingga obesitas, tak sedikit individu yang mengalami kondisi cepat lapar dan sulit mengontrol keinginan untuk mengudap camilan. Menurut Yovi, kondisi ini sudah merupakan tanda-tanda kadar insulin yang tinggi.
“Kalau stres sudah larinya ke craving itu akan lebih berat, karena manifesting stresnya mengarah ke craving atau keinginan terus menerus untuk makan,” imbuhnya.
Selain membahas kaitan stres, hormon, dan diet, buku Conscious Diet juga membahas mengenai empat tipe tubuh yaitu adrenal, ovarium, tiroid, dan liver yang tiap-tiap jenisnya memiliki kebutuhan diet yang berbeda. Tiap-tiap tipe tubuh ini memiliki karakteristiknya masing-masing.
Tiroid biasanya terjadi dengan tanda tumpukan lemak yang terjadi di banyak bagian tubuh. Sementara adrenal ditandai dengan penumpukan lemak yang terpusat di bagian perut tengah. Tipe tubuh liver identik dengan perut yang menyembul seperti balon, sedangkan tipe ovary ditandai dengan lemak bagian bawah perut dan pinggul yang lebih besar seiring dengan pertambahan berat badan.
“Tipe tubuh adrenal bisa dimulai fokus dengan stress management, sementara ovary bisa dimulai dengan detox,” ungkap Yovi.
Dengan mengenali faktor dan tujuan diet, serta tipe tubuh, individu yang memulai diet bisa mempertimbangkan segala aspek pendukung gaya hidupnya mulai dari jenis asupan dan nutrisi, pola tidur, serta jenis olahraga yang seluruhnya dijabarkan dalam buku Conscious Diet ini.
Baca juga: 3 Rekomendasi Buku Untuk Melatih Pola Pikir dan Kekuatan Mental
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Maka, tak harus semua diet punya goals kesehatan terkait dengan penurunan berat badan. Namun, tujuan menurunkan berat badan bisa menjadi salah satunya.
Ahli nutrisi & kebugaran Yovi Yoanita berpendapat, kunci dalam menjalani diet adalah dengan menjadikannya gaya hidup. Sebab, diet harus dilakukan dengan memperhatikan perubahan tingkah laku. “Maka, diet itu harus holistik dan konsisten,” kata Yovi dalam agenda peluncuran bukunya bertajuk ‘Conscious Diet’ di SESA Organic Market, Jakarta pada Kamis (30/5/2024).
Baca juga: Begini Cara Diet yang Benar Berdasarkan Variasi Genetik
Peluncuran Buku Conscious Diet dari Dr. Yovi Yoanita di SESA Organic Market, Jakarta pada Kamis (30/5/2024). (Sumber gambar: Indah Permata Hati/Hypeabis.id)
Buku Conscious Diet tidak hanya membahas cara menemukan diet yang sesuai dengan kebutuhan tiap individu, tetapi juga membangun kesadaran mengenai pentingnya mengenali tubuh sebelum menjalani prosesnya. Menurutnya, mengenali tubuh akan membantu individu mencapai tujuan kesehatan yang berkelanjutan.
Dalam buku ini, Yovi membahas secara mendalam mengenai topik penting di balik seluk beluk diet yang kerap kali susah dijalani. Misalnya, terdapat faktor emosi, cheating, hormon stres, hingga hormon insulin yang seluruhnya berpengaruh terhadap proses yang dijalankan.
“Saat stres misalnya, tubuh kita akan mengeluarkan hormon kortisol yang akan membantu melindungi diri kita sebagai bentuk pertahanan. Akan tetapi,i rata-rata masalahnya kita ini kelebihan kortisol. Saat kortisol berlebihan, maka tubuh kita akan kesulitan membakar lemak,” kata Yovi.
Dalam kasus pra-obesitas, Yovi menjelaskan hampir tiap individu yang mengalaminya kemungkinan besar memiliki hormon kortisol yang tinggi. Belum lagi, hormon insulin yang juga keluar saat stres terpicu akan menambah buruk kondisi tubuh.
“Biasanya ini terjadi pada masalah kelebihan berat badan tahap awal. Jadi stres juga bisa memicu kenaikan insulin, bukan hanya kita dapat saat konsumsi gula saja,” katanya.
Saat tubuh sudah pada tahap pra-obesitas hingga obesitas, tak sedikit individu yang mengalami kondisi cepat lapar dan sulit mengontrol keinginan untuk mengudap camilan. Menurut Yovi, kondisi ini sudah merupakan tanda-tanda kadar insulin yang tinggi.
“Kalau stres sudah larinya ke craving itu akan lebih berat, karena manifesting stresnya mengarah ke craving atau keinginan terus menerus untuk makan,” imbuhnya.
Selain membahas kaitan stres, hormon, dan diet, buku Conscious Diet juga membahas mengenai empat tipe tubuh yaitu adrenal, ovarium, tiroid, dan liver yang tiap-tiap jenisnya memiliki kebutuhan diet yang berbeda. Tiap-tiap tipe tubuh ini memiliki karakteristiknya masing-masing.
Tiroid biasanya terjadi dengan tanda tumpukan lemak yang terjadi di banyak bagian tubuh. Sementara adrenal ditandai dengan penumpukan lemak yang terpusat di bagian perut tengah. Tipe tubuh liver identik dengan perut yang menyembul seperti balon, sedangkan tipe ovary ditandai dengan lemak bagian bawah perut dan pinggul yang lebih besar seiring dengan pertambahan berat badan.
“Tipe tubuh adrenal bisa dimulai fokus dengan stress management, sementara ovary bisa dimulai dengan detox,” ungkap Yovi.
Dengan mengenali faktor dan tujuan diet, serta tipe tubuh, individu yang memulai diet bisa mempertimbangkan segala aspek pendukung gaya hidupnya mulai dari jenis asupan dan nutrisi, pola tidur, serta jenis olahraga yang seluruhnya dijabarkan dalam buku Conscious Diet ini.
Baca juga: 3 Rekomendasi Buku Untuk Melatih Pola Pikir dan Kekuatan Mental
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.