Salah satu adegan dalam film Blueback (sumber gambar: Imdb)

Review Film Blueback, Kisah Ibu & Anak di Tengah Arus Krisis Lingkungan

31 May 2024   |   11:22 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Satu lagi film yang layak disimak para sinefil kembali tayang di Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI). Film Blueback, besutan sutradara Robert Connolly dapat disaksikan lagi akhir pekan ini di festival film yang dihelat Negeri Kanguru itu di sejumlah bioskop di Tanah Air.

Tahun ini, FSAI akan memutar sebanyak 6 film, yang terdiri dari 5 film Australia dan 1 film Indonesia. Film-film itu adalah Blueback, Talk to Me, Scarygirl, I Am Woman, Love is in the Air, dan Petualangan Sherina 2. Keenam film tersebut akan diputar di sepilihan bioskop pada 31 Mei-23 Juni 2024. 

Mengambil tema lingkungan dan keluarga, film Blueback sepintas mengingatkan penonton pada film-film tersohor dari sineas dunia. Seperti My Octopus Teacher (2020) besutan Pippa Ehrlich dan James Reed, dan Dolphin Tale (2011), yang disutradarai oleh Charles Martin Smith. 

Secara umum, narasi film ini mengeksplorasi konflik antara Ibu dan anak yang tinggal di sebuah pesisir di Australia. Film coba menjawab pertanyaan penting, mana yang lebih bermakna, menjadi bagian kecil dari upaya global atau berupaya mencapai kemajuan dalam negeri? 

Baca juga: Review Film The Architecture of Love, Perjalanan Cinta untuk Memeluk Trauma 
 

Konflik itulah, sekiranya yang tersaji dalam film berdurasi 102 menit, dan menjadi pengikat cerita. Adalah Dora (diperankan oleh Radha Mitchell) seorang wanita di kota pesisir yang dengan gigih mengabdikan diri untuk menjaga teluknya yang masih asri agar tidak direbut pengembang real estate.

Sementara itu, putrinya Abby (diperankan oleh Mia Wasikowska), adalah seorang ilmuwan kelautan yang meneliti dampak buruk degradasi lingkungan terhadap terumbu karang. Mereka hidup terpisah selama beberapa waktu, karena Abby harus meneliti karang di tengah lautan, dan hidup di atas kapal.

Syahdan, dia mendapat panggilan telepon usai menyelam ke bawah laut. Ibunya ada di rumah sakit. Dia menderita strok dan tidak dapat berbicara lagi. Dari sinilah, Abby terpaksa harus segera pulang untuk merawat ibunya, dan kembali tinggal di rumah mereka di dekat teluk.

Momen adegan pembuka inilah yang akhirnya mengarah pada jalinan narasi ulang-alik antara masa kini, dan masa lalu. Ketika Abby berusia delapan tahun (diperankan oleh Ariel Donoghue) dan ketika dia berusia 15 tahun (diperankan oleh Ilsa Fogg) saat hidup bersama ibunya yang telah menjanda. 

Dora menghidupi anaknya dengan mengumpulkan dan menjual abalone. Dia sangat teliti dalam memilih hanya satu dari tiga untuk memastikan jumlah kerang mata tujuh ini tetap lestari di lingkungannya untuk anak cucu kelak. Namun pekerjaan utamanya adalah menjadi aktivis lingkungan tak kenal takut.

Adapun, dalam momen kilas balik ini, sosok Dora diperankan oleh Radha Mitchell dan Dora yang lebih tua diperankan oleh Elizabeth Alexander. Konflik antar keduanya, yang dijalin dari kenangan di masa kecil, hingga rahasia-rahasia yang dikupas perlahan, tak ayal membuat film ini memiliki nuansa yang hangat.

Utamanya melalui karakter Blueback, nama ikan kerapu besar yang pertama kali ditemui Dora dan Abby pada ulang tahun kedelapan sang anak, dan dia diajak menyelam di laut. Meski Abby awalnya takut, tapi begitu dia lulus ujian untuk mengambil cincin di dasar laut, Dora pun membawanya ke sebuah teluk terpencil bernama Robbers Head.  

Di tempat inilah Abby bertemu dengan ikan kerapu biru, yang kelak membuatnya mencintai dunia bawah laut. Arkian, dia mulai belajar anatomi hewan hingga makhluk-makhluk laut lain dengan menggambarnya di atas kertas menggunakan cat air. Namun, sepertinya, lingkungan yang asri itu mulai terancam oleh laju kehidupan urban.

Secara keseluruhan, narasi dan akting para pemain dalam film ini sangat apik. Kendati begitu, key message yang ingin dibagi ke penonton lewat konflik yang dibangun kurang begitu menendang. Film ini mungkin juga ingin mengeksplorasi keindahan alam bawah laut Australia yang asri, tapi alur dibangun terlalu lesu dan mudah ditebak penonton. 

Baca juga: Review Film IF, Karya John Krasinski yang Penuh Imajinasi

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Tak Boleh Asal, Buku Conscious Diet Ajak Mengenali Tubuh Sebelum Memulai Diet

BERIKUTNYA

NIKI Jadi Solois Indonesia Pertama yang Tampil di Jimmy Kimmel Live!

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: