Begini Cara Diet yang Benar Berdasarkan Variasi Genetik
22 February 2024 |
16:00 WIB
Gaya hidup tidak sehat seperti sedentary living, yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk beraktivitas dengan duduk, sehingga kurang bergerak, makan tidak teratur dan tidak bergizi, serta jarang berolahraga menjadi penyumbang terbesar berkembangnya penyakit kritis.
Selain akibat gaya hidup tak sehat, faktor genetik juga bisa menjadi pencetus penyakit karena sifat dan komponen dalam gen tubuh dapat berubah sehingga menyebabkan kelainan gen yang bisa memicu suatu penyakit.
Baca juga: Panduan Diet Intermittent Fasting, Lebih dari Sekadar Defisit Kalori
Salah satu cara yang ditempuh untuk menjaga kesehatan tubuh adalah dengan menurunkan berat badan, sehingga diharapkan jika berat badan ideal dapat meminimalkan risiko terkena penyakit kritis. Menurunkan berat badan biasanya dengan melakukan diet.
Clinical Nutritionist, NalaGenetics dr. Putri Sakti Dwi P., Sp.GK, M. Gizi menegaskan bahwa diet dan nutrisi menjadi pilar utama untuk menjaga kesehatan. Diet biasanya dilakukan oleh mereka yang memiliki berat badan berlebih. Berat badan berlebih bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gaya hidup sedentari, kurang tidur, asupan melebihi kebutuhan kalori.
Menjalankan diet bukanlah hal yang mudah sebab tak sedikit orang yang gagal diet. Hal tersebut dapat terjadi karena faktor kombinasi antara metabolisme yang lambat, gangguan penyerapan nutrisi yang memengaruhi metabolisme energi, dan karena pola diet yang belum tepat dan tidak dijalankan secara konsisten.
"Gagal diet bisa juga disebabkan karena potensi genetik," ujarnya.
Karena itulah, Putri menyarankan agar diet dilakukan berdasarkan variasi genetik, sehingga jumlah kalori, porsi, dan komposisi makanan serta jenis bahan yang digunakan bisa sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hal ini karena variasi genetik setiap orang berbeda dimana diet juga dapat bersifat personal berdasarkan genetik.
“Faktor genetik tidak dapat diubah, tetapi pasien yang mengikuti tes genetik lalu mengikuti rekomendasi pola nutrisi dan konsisten mengubah gaya hidup sesuai genetiknya akan terbantu mengurangi risiko gagal diet, membantu memenuhi kebutuhan nutrisi, dan menjaga berat badan tetap ideal sesuai genetik,” jelasnya.
Putri menambahkan jika menjalankan diet yang berdasarkan variasi genetik sebagai cara preventif meminimalisir dan mencegah risiko genetik, yang berkaitan dengan infeksi, kanker, autoimun, penyakit degeneratif.
Manfaat lainnya adalah membantu mereka yang sedang menjalani terapi kesehatan agar hasilnya optimal. Terkait hal ini disetujui oleh Medical Underwriter Sequis dr. Debora Aloina Ita Tarigan. Menurutnya, diet baik dilakukan oleh mereka yang memiliki berat badan berlebih, lansia, usia paruh baya yang memiliki metabolisme tubuh yang melambat, dan mereka yang memiliki risiko penyakit kardiovaskular. Kelompok ini diharapkan memperhatikan kondisi kesehatan dengan menjaga nutrisi dan melakukan diet.
Setiap orang memiliki riwayat kesehatan dan sistem metabolisme yang berbeda sehingga kebutuhan nutrisi juga berbeda sehingga tidak bisa meniru pola diet orang lain. Diet pada pria dan perempuan juga berbeda karena ada perbedaan massa otot dan lemak.
“Sebaiknya sebelum melakukan diet, berkonsultasilah dengan dokter dan ahli nutrisi agar diet dapat dilakukan dengan optimal dan tidak memperberat kondisi sakit bagi pasien yang memiliki riwayat sakit,” ucapnya.
Secara umum dr. Debora menyarankan agar orang sehat pun sebaiknya melakukan tindakan preventif dengan cara menghindari makanan atau minuman dengan kadar gula dan kalori tinggi, makanan olahan, cepat saji, makanan kaleng, dan frozen food.
Lalu diikuti dengan cukup istirahat, manajemen stres, dan rutin berolahraga untuk membakar lemak dan membentuk massa otot sesuai kemampuan tubuh dan usia. Jika berat badan sudah ideal dan hasil kesehatan dinyatakan baik maka akan mudah lolos saat seleksi asuransi dan hidup menjadi tenang karena sudah memiliki asuransi.
Baca juga: Nasi Nol Kalori Efektif Buat Diet? Begini Kata Dokter
Editor: Dika Irawan
Selain akibat gaya hidup tak sehat, faktor genetik juga bisa menjadi pencetus penyakit karena sifat dan komponen dalam gen tubuh dapat berubah sehingga menyebabkan kelainan gen yang bisa memicu suatu penyakit.
Baca juga: Panduan Diet Intermittent Fasting, Lebih dari Sekadar Defisit Kalori
Salah satu cara yang ditempuh untuk menjaga kesehatan tubuh adalah dengan menurunkan berat badan, sehingga diharapkan jika berat badan ideal dapat meminimalkan risiko terkena penyakit kritis. Menurunkan berat badan biasanya dengan melakukan diet.
Clinical Nutritionist, NalaGenetics dr. Putri Sakti Dwi P., Sp.GK, M. Gizi menegaskan bahwa diet dan nutrisi menjadi pilar utama untuk menjaga kesehatan. Diet biasanya dilakukan oleh mereka yang memiliki berat badan berlebih. Berat badan berlebih bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gaya hidup sedentari, kurang tidur, asupan melebihi kebutuhan kalori.
Menjalankan diet bukanlah hal yang mudah sebab tak sedikit orang yang gagal diet. Hal tersebut dapat terjadi karena faktor kombinasi antara metabolisme yang lambat, gangguan penyerapan nutrisi yang memengaruhi metabolisme energi, dan karena pola diet yang belum tepat dan tidak dijalankan secara konsisten.
"Gagal diet bisa juga disebabkan karena potensi genetik," ujarnya.
Karena itulah, Putri menyarankan agar diet dilakukan berdasarkan variasi genetik, sehingga jumlah kalori, porsi, dan komposisi makanan serta jenis bahan yang digunakan bisa sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hal ini karena variasi genetik setiap orang berbeda dimana diet juga dapat bersifat personal berdasarkan genetik.
“Faktor genetik tidak dapat diubah, tetapi pasien yang mengikuti tes genetik lalu mengikuti rekomendasi pola nutrisi dan konsisten mengubah gaya hidup sesuai genetiknya akan terbantu mengurangi risiko gagal diet, membantu memenuhi kebutuhan nutrisi, dan menjaga berat badan tetap ideal sesuai genetik,” jelasnya.
Putri menambahkan jika menjalankan diet yang berdasarkan variasi genetik sebagai cara preventif meminimalisir dan mencegah risiko genetik, yang berkaitan dengan infeksi, kanker, autoimun, penyakit degeneratif.
Manfaat lainnya adalah membantu mereka yang sedang menjalani terapi kesehatan agar hasilnya optimal. Terkait hal ini disetujui oleh Medical Underwriter Sequis dr. Debora Aloina Ita Tarigan. Menurutnya, diet baik dilakukan oleh mereka yang memiliki berat badan berlebih, lansia, usia paruh baya yang memiliki metabolisme tubuh yang melambat, dan mereka yang memiliki risiko penyakit kardiovaskular. Kelompok ini diharapkan memperhatikan kondisi kesehatan dengan menjaga nutrisi dan melakukan diet.
Setiap orang memiliki riwayat kesehatan dan sistem metabolisme yang berbeda sehingga kebutuhan nutrisi juga berbeda sehingga tidak bisa meniru pola diet orang lain. Diet pada pria dan perempuan juga berbeda karena ada perbedaan massa otot dan lemak.
“Sebaiknya sebelum melakukan diet, berkonsultasilah dengan dokter dan ahli nutrisi agar diet dapat dilakukan dengan optimal dan tidak memperberat kondisi sakit bagi pasien yang memiliki riwayat sakit,” ucapnya.
Secara umum dr. Debora menyarankan agar orang sehat pun sebaiknya melakukan tindakan preventif dengan cara menghindari makanan atau minuman dengan kadar gula dan kalori tinggi, makanan olahan, cepat saji, makanan kaleng, dan frozen food.
Lalu diikuti dengan cukup istirahat, manajemen stres, dan rutin berolahraga untuk membakar lemak dan membentuk massa otot sesuai kemampuan tubuh dan usia. Jika berat badan sudah ideal dan hasil kesehatan dinyatakan baik maka akan mudah lolos saat seleksi asuransi dan hidup menjadi tenang karena sudah memiliki asuransi.
Baca juga: Nasi Nol Kalori Efektif Buat Diet? Begini Kata Dokter
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.