selain menjadi naskah terakhir N. Riantiarno, pertunjukan ini juga diselenggarakan berdekatan dengan hari kelahiran sang penulis pada 6 Juni. (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L.Nugraha)

Teater Koma Pentaskan Lakon Matahari Papua, Naskah Terakhir N.Riantiarno

29 May 2024   |   19:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Teater Koma, salah satu grup teater legendaris di Indonesia akan kembali menggelar pertunjukan di Graha Bhakti Budaya (GBB), Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta dengan menyajikan lakon baru bertajuk Matahari Papua pada 7 sampai 9 Juni 2024.

Lakon yang menjadi produksi ke-230 dari Teater Koma ini merupakan naskah terakhir yang ditulis oleh N. Riantiarno. Pertunjukan ini juga menjadi pertunjukan ke sekian dari Teater Koma di GBB, setelah tempat ini direnovasi dan situasi pandemi. 

Baca juga: Pamor Teater Indonesia Berkembang, Bagaimana Ekosistem & Aktualisasinya di Lapangan?

Produser Teater Koma, Ratna Riantiarno mengatakan, lakon Matahari Papua akan menjadi salah satu pertunjukan berkesan bagi Teater Koma. Sebab, selain menjadi naskah terakhir N. Riantiarno, pertunjukan ini juga diselenggarakan berdekatan dengan hari kelahiran sang penulis pada 6 Juni.

Momen kembali berpentasnya mereka GBB juga akan memberi kesan tersendiri karena tempat tersebut memiliki sejarah dan menjadi saksi bagi beragam pertunjukan dari Teater Koma. Yaitu dengan mementaskan lebih dari 40 judul lakon  naskah pertunjukan dengan total hari pementasan lebih dari 700 hari.

"Kini kami kembali meski tanpa kehadiran Mas Nano. Tapi sosok sang guru, bapak, saudara, sahabat itu akan selalu menyertai di hati kami. Wejangan dan ajarannya senantiasa hadir di tiap gerak kami. Karena kami tidak akan pernah berhenti bergerak, tidak pernah titik, selalu Koma,” kata Ratna saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (29/5/24).


 

Dari Kiri ke Kanan: Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Produser Teater Koma, Ratna Riantiarno, dan Sutradara Teater Koma Rangga Riantiarno saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (29/5/24). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L. Nugraha)

Dari Kiri ke Kanan: Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Produser Teater Koma, Ratna Riantiarno, dan Sutradara Teater Koma, Rangga Riantiarno saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (29/5/24). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L. Nugraha)


Selaras, Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation mengatakan, lebih dari empat dekade Teater Koma selalu konsisten menghibur dan memperkaya wawasan publik. Oleh karena itu, pihaknya akan selalu mendukung pementasan grup tersebut, terutama dalam menyebarkan nilai-nilai positif dari spirit Teater Koma. 

Dia mengungkap, selama hidupnya, N. Riantiarno telah memberikan kontribusi luar biasa bagi dunia teater Indonesia. Karya terakhir ini juga menjadi bentuk dedikasi dan cinta sang teaterawan terhadap seni pertunjukan. 

"Semoga warisan beliau terus menginspirasi dan menyemangati generasi penerus dalam merayakan dan menghargai kekayaan seni budaya kita,” katanya.


Sinopsis Matahari Papua

Rangga Riantiarno, Sutradara pertunjukan Matahari Papua mengatakan, naskah pertunjukan ini pertama kali ditulis oleh N.Riantiarno pada 2014. Saat itu lakon ini ditulis sebagai naskah pendek untuk pertunjukan bertajuk Cahaya dari Papua di Galeri Indonesia Kaya.

Namun, saat pandemi merebak dan mengharuskan masyarakat berkegiatan di rumah, N.Riantiarno tetap produktif menulis berbagai karya. Salah satunya dengan mengembangkan naskah Cahaya dari Papua, dan diberi judul baru Matahari Papua dalam format yang lebih panjang. 

"Naskah ini juga dikirim secara anonim dalam sayembara penulisan naskah Dewan Kesenian Jakarta, Rawayan Award pada 2022 dan ternyata terpilih sebagai salah satu pemenang."katanya.
 

Cuplikan Adegan Lakon Matahari Papua (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L.Nugraha)

Cuplikan Adegan Lakon Matahari Papua (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L.Nugraha)


Adapun, Matahari Papua akan mengambil latar tempat di wilayah Kamoro, Papua. Secara umum naskah ini akan mengisahkan seorang pemuda bernama Biwar, yang tumbuh dewasa di bawah asuhan sang Mama, Yakomina, dan didikan Dukun Koreri dengan tradisnisnya yang kental akan  keselarasan dengan alam.

Syahdan, saat mencari ikan, Biwar menolong Nadiva dari serangan Tiga Biawak, anak buah Naga, yang meneror Tanah Papua. Biwar pun bercerita kepada Mamanya, tapi sang Mama justru mengisahkan memori pahit, yakni Papa dan tiga paman Biwar ternyata mati dibunuh Naga. 

Arkian, Biwar pun bertekad untuk membalas dendam dengan membunuh Sang Naga. Sebab, selain dendam pribadi, nyatanya penguasa tersebut juga dikenal lalim dengan masyarakat sehingga banyak juga yang membencinya. Latas, apakah Biwar mampu membunuh sang Naga?

Untuk menemukan jawabannya, Genhype bisa datang ke GBB di Taman Ismail Marzuki dengan terlebih dahulu membeli tiketnya yang dibanderol dengan harga Rp175.000 sampai Rp975.000 dengan mengunjungi laman Teater Koma atau aplikasi penjual tiket online kesayangan.

Selama tiga hari pementasan, total akan ada 4 kali pertunjukan. Yakni pada hari Jumat (7/6) pukul 19.30 WIB,lalu Sabtu (8/6) sebanyak dua kali pentas yakni pukul 13.00 dan 19.30 WIB. Kemudian di hari terakhir, Minggu (9/6) pementasan Matahari Papua akan dimulai pukul 13.00 WIB.

Baca juga: Teater Koma, Sejarah & Kenangan Nano Riantiarno

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Bersama Afgan, Rossa Akan Jadi Bintang Tamu Dalam Konser David Foster 15 Juni 2024

BERIKUTNYA

4 Rekomendasi Gim Decision-Based dengan Opsi Lebih dari Satu Ending

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: