Drama Musikal Tentang Siddharta, yang Mengajak untuk Jeda Sejenak akan Dunia
26 May 2024 |
20:39 WIB
Di tengah hiruk pikuk kehidupan megapolitan, drama musikal Siddhartha mengajak kita untuk jeda sejenak. Berhenti pada titik di mana kita berada, dan menoleh ke belakang. Mengawasi jejak tingkah laku yang ditorehkan pada masa yang lalu.
Baca juga : Emilia Perez, Drama Musikal Terbaru Selena Gomez Dapat Standing Ovation 9 Menit di Cannes
Semua berawal dari penggambaran situasi sosial India kala itu yang tersegregrasi mulai dari pemuka agama, para bangsawan, pelaku ekonomi dan masyarakat jelata. Meski terjadi diskriminasi, sistem itu bisa memberikan kemakmuran bagi semua pihak jika dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana.
Raja itu adalah Siddhodana, Raja Kapilavastu yang didampingi oleh istirinya, Ratu Maha Maya. Keduanya telah lama membangun bahtera rumah tangga, namun belum kunjung dititipkan keturunan. Ketika usianya sudah menginjak 40 tahun,
Ratu Maha Maya meminta suaminya untuk mencari selir guna memberikan keturunan, penerus kerajaan. Akan tetapi, permintaan itu ditolak oleh raja. Semesta dengan segala keajaibannya kemudian mengabulkan harapan pasangan itu.
Setelah berimpi bersua dengan gajah bergading enam, sang ratu kemudian merasakan tanda-tanda alam kehadiran kehidupan baru dalam rahimnya, yakni Siddhartha. Kehadiran sang pangeran disambut meriah di seluruh penjuru negeri.
Dia pun dibesarkan dengan penuh kasih sayang, semakin bertambah hikmatnya dari masa ke masa, dan juga kemudian membina bahtera rumah tangga dan dianugerahi seorang anak.
Suatu ketika, saat tengah berjalan-jalan, dia bersua dengan orang tua, orang sakit dan juga dengan iring-iringan pengantar jenazah. Perjumpaan dalam suasana kelabu itu mengganggu kenyamanan dirinya yang hidup bergelimang kewewahan sebagai seorang pangeran.
Siddharta kemudian terus merenung dan berkesimpulan, dia harus mencari cara untuk melampaui segala penderitaan dalam siklus kelahiran, sakit, tua dan mati.
Dengan tekad yang penuh, dia kemudian meninggalkan segala yang dimiliki mulai dari keluarga, kedudukan sebagai seorang putra mahkota, harta serta kenikmatan-kenikmatan duniawi. Jadilah seorang pertapa yang berkelana.
Tak ingin putranya hidup sengsara dan terluka, Raja Siddodana mengutus lima orang ksatria untuk mengiringi perjalanan Siddhartha. Akan tetapi, tawaran perlindungan keamanan itu ia tolak mentah-mentah dan meneruskan niatnya menjadi pertapa.
Tidak ada kemudahan tentunya. Aneka tantangan, rintangan dan godaan muncul silih berganti. Hingga pada akhirnya, ia menemukan tempat yang tepat untuk menyendiri, bertapa di bawah naungan pohon Bodhi.
Di tempat itulah , ia memperoleh apa yang dicita-citakannya, yakni ajaran tentang sebab akibat penderitaan dan cara-cara mendapatkan keterbeasan sejati. Siddhartha yang telah mencapai pencerahan sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha, tepat pada saat bulan Purnama Siddhi pada bulan Waisak, tepat saat usianya mencapai 35 tahun.
Saat mencapai pencerahan sempurna, tubuh Siddharta memancar enam sinar Buddha dengan warna biru (nila) yang berarti bhakti, kuning (pita) tanda kebijaksanaan dan pengetahuan. Warna merah (lohita) yang berarti kasih sayang dan belas kasih, putih (Avadata) mengandung arti suci, jingga (mangasta) berarti semangat, dan dan campuran sinar tersebut (prabhasvara).
Baca juga : Hari Raya Tri Suci Waisak 2024, Simak Makna & Tema Perayaannya
Demikian itulah kisah inspiratif yang tersaji secara apik melalui pertunjukan drama musikal oleh para pementas asal Malaysia yang tergabung dalam Asia Musical Production di JIExpo Kemayoran, Jakarta, 24-26 Mei 2024.
Pertunjukan yang beriringan dengan momentum Hari Raya Waisak, yang jatuh sehari sebelum pagelaran itu hadir dengan aksi sangat padu dan begitu memukau penonton yang hadir. Selain tampil padu, para pementas dengan sutradara sekaligus penulis, Ho Lin Huay tersebut juga sangat merdu dalam menyanyikan berbagai dialog yang diringi irama musik karya komposer Imee Ooi.
Peran yang baik dan vokal serta iringan musik yang tepat mendukung setiap penggalan cerita, kian sukses menghadirkan suasana cerita dengan dukungan koreografi penari dari EKI Dance Company, Indonesia. Tata pencahayaan dan teknologi latar multimedia pun nampak sangat realistik menggambarkan suasana alam India.
Tatkala menyaksikan drama musikal ini, kita seolah-olah tertampar. Pasalnya, Siddhartha berani melepas segala kenikmatan yang melekat pada dirinya. Dia meninggalkan kepangeranannya, putra mahkota penerus kerajaan.
Apakah kita rela untuk tidak terikat pada kedudukan tertentu? Yang ada malah kita saling sikut menyikut hanya demi sebuah tempat terhormat. Siddharta Gautam rela melepaskan segala kegelimangan harta. Bagaimana dengan kita? Nafsu memperoleh banyak uang, kadang mendorong kita untuk mengambil jalan pintas dengan korupsi dan menipu.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama, Supriyadi mengatakan bahwa kisah perjalanan Siddhartha ini merupakan suatu upaya menemukan sebuah solusi dari kehidupan.
“Kita ini kan hidup selalu dikaitkan dengan susah. Kalau susah pasti mengeluh kalau bahagia tidak pernah berterima kasih. Jarang sekali kita berterima kasih. Karena itulah maka kehidupan yang penuh dengan persoalan itu akhirnya sidarta berusaha untuk menemukan sebuah solusi yang kalau itu dijalankan dengan baik akan tentu kebahagiaan akan dapat diraih,” ujarnya, seperti dikutip Minggu (26/5/2024).
Jika ingin mencapai kebahagiaan yang hakiki, maka semua pihak wajib menyadari untuk terus berrbuat kebaikan dengan memupuk kebajikan. Sekecil apapun kebajikan yang dilakukan, itu akan menjadi obat mencapai kebahagiaan yang sejati.
Penggagas acara, Sutina Irsan mengatakan bahwa pertunjukkan ini sebelumnya pernah dipentaskan di Jakarta pada 2007 silam dan belasan tahun kemudian, dipentaskan kembali. Dia berharap pergelaran ini bisa menjadi ajang nonton bareng (nobar) bersama keluarga, kerabat dan handai taulan.
"Ini merupakan pergelaran teater musikal yang berlatar belakang agama Buddha tapi menyampaikan nilai-nilai luhur yang universal. Disajikan dalam format teater musikal ala Broadway bernuansa Asia yang sangat menghibur," tuturnya.
Baca juga : Makna Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta yang Kerap Mengiringi Ucapan Selamat Waisak
Editor : M. Taufikul Basari
Baca juga : Emilia Perez, Drama Musikal Terbaru Selena Gomez Dapat Standing Ovation 9 Menit di Cannes
Semua berawal dari penggambaran situasi sosial India kala itu yang tersegregrasi mulai dari pemuka agama, para bangsawan, pelaku ekonomi dan masyarakat jelata. Meski terjadi diskriminasi, sistem itu bisa memberikan kemakmuran bagi semua pihak jika dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana.
Raja itu adalah Siddhodana, Raja Kapilavastu yang didampingi oleh istirinya, Ratu Maha Maya. Keduanya telah lama membangun bahtera rumah tangga, namun belum kunjung dititipkan keturunan. Ketika usianya sudah menginjak 40 tahun,
Istimewa
Ratu Maha Maya meminta suaminya untuk mencari selir guna memberikan keturunan, penerus kerajaan. Akan tetapi, permintaan itu ditolak oleh raja. Semesta dengan segala keajaibannya kemudian mengabulkan harapan pasangan itu.
Setelah berimpi bersua dengan gajah bergading enam, sang ratu kemudian merasakan tanda-tanda alam kehadiran kehidupan baru dalam rahimnya, yakni Siddhartha. Kehadiran sang pangeran disambut meriah di seluruh penjuru negeri.
Dia pun dibesarkan dengan penuh kasih sayang, semakin bertambah hikmatnya dari masa ke masa, dan juga kemudian membina bahtera rumah tangga dan dianugerahi seorang anak.
Suatu ketika, saat tengah berjalan-jalan, dia bersua dengan orang tua, orang sakit dan juga dengan iring-iringan pengantar jenazah. Perjumpaan dalam suasana kelabu itu mengganggu kenyamanan dirinya yang hidup bergelimang kewewahan sebagai seorang pangeran.
Siddharta kemudian terus merenung dan berkesimpulan, dia harus mencari cara untuk melampaui segala penderitaan dalam siklus kelahiran, sakit, tua dan mati.
Dengan tekad yang penuh, dia kemudian meninggalkan segala yang dimiliki mulai dari keluarga, kedudukan sebagai seorang putra mahkota, harta serta kenikmatan-kenikmatan duniawi. Jadilah seorang pertapa yang berkelana.
Istimewa
Tak ingin putranya hidup sengsara dan terluka, Raja Siddodana mengutus lima orang ksatria untuk mengiringi perjalanan Siddhartha. Akan tetapi, tawaran perlindungan keamanan itu ia tolak mentah-mentah dan meneruskan niatnya menjadi pertapa.
Tidak ada kemudahan tentunya. Aneka tantangan, rintangan dan godaan muncul silih berganti. Hingga pada akhirnya, ia menemukan tempat yang tepat untuk menyendiri, bertapa di bawah naungan pohon Bodhi.
Di tempat itulah , ia memperoleh apa yang dicita-citakannya, yakni ajaran tentang sebab akibat penderitaan dan cara-cara mendapatkan keterbeasan sejati. Siddhartha yang telah mencapai pencerahan sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha, tepat pada saat bulan Purnama Siddhi pada bulan Waisak, tepat saat usianya mencapai 35 tahun.
Saat mencapai pencerahan sempurna, tubuh Siddharta memancar enam sinar Buddha dengan warna biru (nila) yang berarti bhakti, kuning (pita) tanda kebijaksanaan dan pengetahuan. Warna merah (lohita) yang berarti kasih sayang dan belas kasih, putih (Avadata) mengandung arti suci, jingga (mangasta) berarti semangat, dan dan campuran sinar tersebut (prabhasvara).
Istimewa
Baca juga : Hari Raya Tri Suci Waisak 2024, Simak Makna & Tema Perayaannya
Demikian itulah kisah inspiratif yang tersaji secara apik melalui pertunjukan drama musikal oleh para pementas asal Malaysia yang tergabung dalam Asia Musical Production di JIExpo Kemayoran, Jakarta, 24-26 Mei 2024.
Pertunjukan yang beriringan dengan momentum Hari Raya Waisak, yang jatuh sehari sebelum pagelaran itu hadir dengan aksi sangat padu dan begitu memukau penonton yang hadir. Selain tampil padu, para pementas dengan sutradara sekaligus penulis, Ho Lin Huay tersebut juga sangat merdu dalam menyanyikan berbagai dialog yang diringi irama musik karya komposer Imee Ooi.
Peran yang baik dan vokal serta iringan musik yang tepat mendukung setiap penggalan cerita, kian sukses menghadirkan suasana cerita dengan dukungan koreografi penari dari EKI Dance Company, Indonesia. Tata pencahayaan dan teknologi latar multimedia pun nampak sangat realistik menggambarkan suasana alam India.
Tatkala menyaksikan drama musikal ini, kita seolah-olah tertampar. Pasalnya, Siddhartha berani melepas segala kenikmatan yang melekat pada dirinya. Dia meninggalkan kepangeranannya, putra mahkota penerus kerajaan.
Apakah kita rela untuk tidak terikat pada kedudukan tertentu? Yang ada malah kita saling sikut menyikut hanya demi sebuah tempat terhormat. Siddharta Gautam rela melepaskan segala kegelimangan harta. Bagaimana dengan kita? Nafsu memperoleh banyak uang, kadang mendorong kita untuk mengambil jalan pintas dengan korupsi dan menipu.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama, Supriyadi mengatakan bahwa kisah perjalanan Siddhartha ini merupakan suatu upaya menemukan sebuah solusi dari kehidupan.
“Kita ini kan hidup selalu dikaitkan dengan susah. Kalau susah pasti mengeluh kalau bahagia tidak pernah berterima kasih. Jarang sekali kita berterima kasih. Karena itulah maka kehidupan yang penuh dengan persoalan itu akhirnya sidarta berusaha untuk menemukan sebuah solusi yang kalau itu dijalankan dengan baik akan tentu kebahagiaan akan dapat diraih,” ujarnya, seperti dikutip Minggu (26/5/2024).
Jika ingin mencapai kebahagiaan yang hakiki, maka semua pihak wajib menyadari untuk terus berrbuat kebaikan dengan memupuk kebajikan. Sekecil apapun kebajikan yang dilakukan, itu akan menjadi obat mencapai kebahagiaan yang sejati.
Penggagas acara, Sutina Irsan mengatakan bahwa pertunjukkan ini sebelumnya pernah dipentaskan di Jakarta pada 2007 silam dan belasan tahun kemudian, dipentaskan kembali. Dia berharap pergelaran ini bisa menjadi ajang nonton bareng (nobar) bersama keluarga, kerabat dan handai taulan.
"Ini merupakan pergelaran teater musikal yang berlatar belakang agama Buddha tapi menyampaikan nilai-nilai luhur yang universal. Disajikan dalam format teater musikal ala Broadway bernuansa Asia yang sangat menghibur," tuturnya.
Baca juga : Makna Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta yang Kerap Mengiringi Ucapan Selamat Waisak
Editor : M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.