Musikal Ken Dedes, Broadway Bercita Rasa Nusantara
20 March 2023 |
18:58 WIB
Riwayat perebutan kekuasaan dan dendam yang berujung pertumpahan darah sudah banyak dikisahkan dalam cerita rakyat. Terbaru, kisah tersebut disajikan dengan epik lewat musikal Ken Dedes yang dihelat oleh EKI dance Company.
Nyanyian narator sudah membahana di Ciputra Artpreneur, Jakarta pada Sabtu, (18/3/23) malam saat membuka pertunukkan ini. Dia beraksi di depan layar multimedia mengenai kelahiran sosok maha rupawan yang kelak menurunkan trah raja-raja di Jawa, yaitu Ken Dedes.
Alkisah, Ken Arok (Taufan Purbo), seorang garong nan sakti mandraguna bertemu dan menikah dengan Ken Umang (Nala Amrytha). Lazimnya hikayat yang lestari, kiprahnya moncer. Dari perampok Ken Arok akhirnya menjadi panglima perang seorang raja, yakni Tunggul Ametung (Uli Herdi).
Baca juga: Teater Musikal Ken Dedes, Produser Sebut di Luar Ekspektasi
Namun, seantero negeri perlahan tenggelam dalam riuh -rendah gosip panas. Ken Arok main gila dengan Ken Dedes (Ara Ajisiwi), yang tak lain permaisuri Tunggul Ametung. Ibarat kawah candradimuka, dari sinilah konflik hingga dendam kesumat bermula. Pertumpahan darah tak bisa dihindarkan.
Sutradara Rusdy Rukmarata memang piawai dalam menyajikan pertunjukan berdurasi 2 jam itu. Plot mengalir dengan mulus. Di mana dendam, cinta, dan suksesi, menyatu dalam koreografi yang ciamik. Meski mengambil narasi konflik sejarah, tapi pementasan mudah diterima oleh awam, bahkan anak-anak.
Drama musikal ini terdiri atas dua babak. Pertama, menceritakan tentang silang sengkarut romansa Ken Dedes, Tunggul Ametung, dan ken Umang. Diselingi istirahat 15 menit, babak kedua, menarasikan keturunan mereka yang saling berebut kekuasaan dan menuntut dendam.
Rusdy mengemas pertunjukan ini juga dengan pendekatan modern. Roman kerajaan kuno tidak melulu identik dengan kebaya, atau kemben. Alih-alih, para pemain berkostum modis, tapi tentu saja tanpa meninggalkan ciri khas busana Nusantara.
Ken Dedes, misalnya, dia mengenakan baju terusan panjang kuning dengan aksen tiara di kepala dan manik-manik di depan dadanya. Sementara itu, di tangannya juga ada giwang ala China yang membuatnya kian menawan di atas panggung.
Di sisi lain, Ken Arok, Tohjaya (Gerado Tarnor) dan Anusapti (Fatih Unru) juga tampil dalam balutan baju serupa kulit. Tak hanya itu, Alih-alih suara gamelan, mereka bernyanyi dalam alunan musik jazz, rap, rock, hingga bahkan disko arahan komposer Oni Krisnerwinto.
Lenggak-lenggok dengan nyanyian di atas panggung. Busana mewah dan koreografi yang luwes, tak pelak menyeret penonton memasuki visual pertunjukan di Broadway dengan citarasa Nusantara. Ya, boleh dibilang ken Dedes sudah melewati standar pertunjukan internasional di Amerika Serikat itu.
Lebih dari sekedar pertunjukan, Ken Dedes sebenarnya juga merefleksikan potret sosial di Indonesia. Sikap Tunggul Ametung yang hanya bermabuk-mabukan sambil minum tuak, misalnya, mengingatkan penonton pada pemimpin yang tak bijak serta haus kekuasaan.
Sementara itu, sikap main kayu Ken Arok dalam mengkambinghitamkan Kebo Ijo (Nino Prabowo) juga menjadi refleksi tontonan dalam adu catur perpolitikan. Sikap jegal menjegal untuk memenangkan jabatan kini memang sudah menjadi rahasia umum, bahkan di masyarakat akar rumput.
Ada juga humor yang diselipkan dengan dialek lokal hingga pop. Salah satunya lewat adegan saat Tohjaya ken Arok dan disaksikan Anusapati, alih-alih kaget dia malah bilang, "Lu tenang aja, bro, ini rahasia kita berdua". Atau dialek Nusa Tenggara Timur yang dibawakan tokoh fiksi Suho (Iqbal Sulaeman) yang mengocok perut penonton.
Rusdy mengungkapkan, mengenai penggunaan bahasa tersebut dalam drama kali inin karena memang tokoh-tokohnya adalah anak muda. Otomatis di pun berpikir di zaman kerajaan Singosari pastinya ada juga bahasa dan dialek anak muda yang berkembang untuk interpretasi drama.
"[Pertunjukan] ini juga sama seperti Les Miserable. Untuk adegan bar, digunakan bahasa Inggris yang banyak digunakan di bar-bar di London, bukan bahasa perancis, meski kisah ini berasal dari Prancis," papar Rusdy.
Tak hanya itu, untuk menampilkan Ken Dedes ke atas panggung Rusdy mengungkap melakukan riset mendalam mengenai kisah dan babad tentang Arok Dedes. Total selama lebih dari 6 bulan dia harus bergulat dengan berbagai literatur untuk mengkreasikan cerita yang memiliki banyak versi itu.
"Tantangannya adalah bagaimana kami mengkreasikan cerita sendiri sesuai cerita babad, yaitu mementingkan puisi dan sastranya. Dengan begitu kita membuat adaptasi drama yang menarik dari Ken Dedes yang intinya, antara kekuasaan, cinta dan suksesi,"imbuhnya.
Adapun, Aiko Senosoenoto, produser musikal Ken Dedes mengatakan, luwesnya para pemain selama pertunjukan karena proses latihan yang intens. Salah satunya saat adegan klimaks di mana Ken Dedes menari di atas kolam dengan latar belakang merah darah dengan koreografi yang apik.
"Persiapannya lakon ini memang cukup lama, jadi cukup detail juga. Saya pun merasa untuk kandidat aktor dan aktris ini serta kru panggungnya termasuk yang persiapannya paling rapi," papar Aiko.
Sementara itu, Ara Ajisiwi juga mengatakan kisah Ken Dedes sebenarnya ingin mengangkat harkat perempuan. Di mana pada waktu, dan sekarang masih didominasi patriarki. Menurutnya, Ken Dedes bahkan sudah mampu dan berjuang sebagai sosok dinamis yang percaya dengan tubuh dan pikirannya sendiri.
“Ken Dedes bukan hanya sekadar perempuan yang pasrah mengikuti keinginan laki-laki di sekitarnya. Dia itu sosok yang smart, ambisius dan berani mengejar keinginannya dengan cara apa pun,” kata Ara Ajisiwi.
Baca juga: Helmy Yahya & Merry Riana Acungi Jempol Pertunjukan Teater Musikal Ken Dedes
Editor: Dika Irawan
Nyanyian narator sudah membahana di Ciputra Artpreneur, Jakarta pada Sabtu, (18/3/23) malam saat membuka pertunukkan ini. Dia beraksi di depan layar multimedia mengenai kelahiran sosok maha rupawan yang kelak menurunkan trah raja-raja di Jawa, yaitu Ken Dedes.
Alkisah, Ken Arok (Taufan Purbo), seorang garong nan sakti mandraguna bertemu dan menikah dengan Ken Umang (Nala Amrytha). Lazimnya hikayat yang lestari, kiprahnya moncer. Dari perampok Ken Arok akhirnya menjadi panglima perang seorang raja, yakni Tunggul Ametung (Uli Herdi).
Baca juga: Teater Musikal Ken Dedes, Produser Sebut di Luar Ekspektasi
Namun, seantero negeri perlahan tenggelam dalam riuh -rendah gosip panas. Ken Arok main gila dengan Ken Dedes (Ara Ajisiwi), yang tak lain permaisuri Tunggul Ametung. Ibarat kawah candradimuka, dari sinilah konflik hingga dendam kesumat bermula. Pertumpahan darah tak bisa dihindarkan.
Sutradara Rusdy Rukmarata memang piawai dalam menyajikan pertunjukan berdurasi 2 jam itu. Plot mengalir dengan mulus. Di mana dendam, cinta, dan suksesi, menyatu dalam koreografi yang ciamik. Meski mengambil narasi konflik sejarah, tapi pementasan mudah diterima oleh awam, bahkan anak-anak.
Drama musikal ini terdiri atas dua babak. Pertama, menceritakan tentang silang sengkarut romansa Ken Dedes, Tunggul Ametung, dan ken Umang. Diselingi istirahat 15 menit, babak kedua, menarasikan keturunan mereka yang saling berebut kekuasaan dan menuntut dendam.
Rusdy mengemas pertunjukan ini juga dengan pendekatan modern. Roman kerajaan kuno tidak melulu identik dengan kebaya, atau kemben. Alih-alih, para pemain berkostum modis, tapi tentu saja tanpa meninggalkan ciri khas busana Nusantara.
Ken Dedes, misalnya, dia mengenakan baju terusan panjang kuning dengan aksen tiara di kepala dan manik-manik di depan dadanya. Sementara itu, di tangannya juga ada giwang ala China yang membuatnya kian menawan di atas panggung.
Di sisi lain, Ken Arok, Tohjaya (Gerado Tarnor) dan Anusapti (Fatih Unru) juga tampil dalam balutan baju serupa kulit. Tak hanya itu, Alih-alih suara gamelan, mereka bernyanyi dalam alunan musik jazz, rap, rock, hingga bahkan disko arahan komposer Oni Krisnerwinto.
Lenggak-lenggok dengan nyanyian di atas panggung. Busana mewah dan koreografi yang luwes, tak pelak menyeret penonton memasuki visual pertunjukan di Broadway dengan citarasa Nusantara. Ya, boleh dibilang ken Dedes sudah melewati standar pertunjukan internasional di Amerika Serikat itu.
Potret Sosial & Humor Kekinian
Lebih dari sekedar pertunjukan, Ken Dedes sebenarnya juga merefleksikan potret sosial di Indonesia. Sikap Tunggul Ametung yang hanya bermabuk-mabukan sambil minum tuak, misalnya, mengingatkan penonton pada pemimpin yang tak bijak serta haus kekuasaan.Sementara itu, sikap main kayu Ken Arok dalam mengkambinghitamkan Kebo Ijo (Nino Prabowo) juga menjadi refleksi tontonan dalam adu catur perpolitikan. Sikap jegal menjegal untuk memenangkan jabatan kini memang sudah menjadi rahasia umum, bahkan di masyarakat akar rumput.
Ada juga humor yang diselipkan dengan dialek lokal hingga pop. Salah satunya lewat adegan saat Tohjaya ken Arok dan disaksikan Anusapati, alih-alih kaget dia malah bilang, "Lu tenang aja, bro, ini rahasia kita berdua". Atau dialek Nusa Tenggara Timur yang dibawakan tokoh fiksi Suho (Iqbal Sulaeman) yang mengocok perut penonton.
Rusdy mengungkapkan, mengenai penggunaan bahasa tersebut dalam drama kali inin karena memang tokoh-tokohnya adalah anak muda. Otomatis di pun berpikir di zaman kerajaan Singosari pastinya ada juga bahasa dan dialek anak muda yang berkembang untuk interpretasi drama.
"[Pertunjukan] ini juga sama seperti Les Miserable. Untuk adegan bar, digunakan bahasa Inggris yang banyak digunakan di bar-bar di London, bukan bahasa perancis, meski kisah ini berasal dari Prancis," papar Rusdy.
Tak hanya itu, untuk menampilkan Ken Dedes ke atas panggung Rusdy mengungkap melakukan riset mendalam mengenai kisah dan babad tentang Arok Dedes. Total selama lebih dari 6 bulan dia harus bergulat dengan berbagai literatur untuk mengkreasikan cerita yang memiliki banyak versi itu.
"Tantangannya adalah bagaimana kami mengkreasikan cerita sendiri sesuai cerita babad, yaitu mementingkan puisi dan sastranya. Dengan begitu kita membuat adaptasi drama yang menarik dari Ken Dedes yang intinya, antara kekuasaan, cinta dan suksesi,"imbuhnya.
Adapun, Aiko Senosoenoto, produser musikal Ken Dedes mengatakan, luwesnya para pemain selama pertunjukan karena proses latihan yang intens. Salah satunya saat adegan klimaks di mana Ken Dedes menari di atas kolam dengan latar belakang merah darah dengan koreografi yang apik.
"Persiapannya lakon ini memang cukup lama, jadi cukup detail juga. Saya pun merasa untuk kandidat aktor dan aktris ini serta kru panggungnya termasuk yang persiapannya paling rapi," papar Aiko.
Sementara itu, Ara Ajisiwi juga mengatakan kisah Ken Dedes sebenarnya ingin mengangkat harkat perempuan. Di mana pada waktu, dan sekarang masih didominasi patriarki. Menurutnya, Ken Dedes bahkan sudah mampu dan berjuang sebagai sosok dinamis yang percaya dengan tubuh dan pikirannya sendiri.
“Ken Dedes bukan hanya sekadar perempuan yang pasrah mengikuti keinginan laki-laki di sekitarnya. Dia itu sosok yang smart, ambisius dan berani mengejar keinginannya dengan cara apa pun,” kata Ara Ajisiwi.
Baca juga: Helmy Yahya & Merry Riana Acungi Jempol Pertunjukan Teater Musikal Ken Dedes
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.