Mengapa Belajar Bahasa Asing di Sekolah Belum Efektif?
24 May 2024 |
06:00 WIB
Ketika menghadapi mata pelajaran bahasa asing di sekolah, sebagian dari kita mungkin merasa jenuh dan menganggapnya sebagai beban. Namun, di dunia kerja, kita baru menyadari pentingnya menguasai bahasa asing. Kemampuan ini menjadi nilai tambah dan membuka peluang karier yang lebih gemilang.
Jika ingin meningkatkan prospek karier, belajar bahasa Inggris menjadi sebuah keharusan. Hal ini mendorong banyak orang untuk mengikuti kursus bahasa Inggris, sehingga lembaga kursus pun semakin menjamur. Melonjaknya jumlah lembaga kursus menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa asing di sekolah belum optimal.
Sistem belajar di sekolah dinilai hanya mampu menghasilkan individu yang pandai menjawab soal ujian, bukan yang terampil berkomunikasi menggunakan bahasa asing secara fasih.
Baca juga: Penguasaan Bahasa Asing Sangat Penting Untuk Menopang Produktivitas Karyawan
Mengapa pembelajaran bahasa asing di sekolah cenderung tidak efektif? Ada beberapa faktor yang menyebabkan belajar bahasa asing di sekolah terasa membosankan.
Pertama, metode pengajaran yang kurang efektif. Metode pengajaran masih bersifat tradisional dan berfokus pada menghafal tata bahasa dan kosakata tanpa konteks yang menarik. Akibatnya, siswa hanya dapat menghafal kosakata tanpa bisa mempraktikkannya, atau sekalipun belajar percakapan, hanya membacanya dari buku.
Kedua, pembelajaran bahasa asing tidak komunikatif. Pelajaran bahasa asing di sekolah seringkali tidak memberikan cukup kesempatan bagi siswa untuk berlatih berkomunikasi. Hal ini masih berkorelasi dengan metode pengajaran yang tidak efektif.
Ketiga, terlalu fokus pada tes. Pengajaran bahasa asing di sekolah tampaknya ditujukan untuk menjawab soal di ujian. Fokus utama pada tes dan nilai dapat membuat belajar bahasa asing terasa seperti beban dan menghilangkan kesenangan belajar.
Keempat, motivasi siswa. Siswa mungkin tidak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar bahasa asing jika mereka tidak melihat manfaatnya dalam kehidupan nyata. Akibatnya, mereka menganggap belajar bahasa Inggris sebagai beban. Namun, hal ini akan berbeda jika mereka sudah diberi pemahaman bahwa menguasai bahasa Inggris dapat meningkatkan prospek karier.
Kelima, kurangnya sumber daya. Sekolah mungkin tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menyediakan pelajaran bahasa asing yang menarik dan interaktif.
Terakhir, kualitas guru yang rendah. Salah satu tantangan pendidikan bahasa asing di Indonesia adalah kualitas guru. Penelitian dari Bank Dunia pada 2020 menemukan bahwa kualitas guru di Indonesia terbilang rendah.
Dengan berbagai persoalan tersebut, tak heran jika kemampuan bahasa asing, terutama Inggris, di Indonesia tertinggal dibandingkan negara lain. Data Indeks Kemahiran Bahasa Inggris EF (EF EPI) 2023 menunjukkan kemampuan bahasa Inggris masyarakat Indonesia masih rendah, yakni peringkat 79 dari 113 negara. Hasil tes menunjukkan skor rata-rata masyarakat Indonesia dalam kemampuan bahasa Inggris adalah 469.
Data ini juga menunjukkan kesenjangan regional, di mana masyarakat di Pulau Jawa memiliki skor tertinggi, sedangkan Papua memiliki skor terendah. Di tingkat kota, Jakarta dan Surabaya tercatat sebagai kota dengan skor kemampuan bahasa Inggris tertinggi.
Tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris di seluruh lapisan masyarakat termasuk akses pembelajaran yang tidak merata dan kualitas pengajaran yang tidak seimbang di berbagai daerah.
Di tengah era keterbukaan ini, pemerintah memiliki pekerjaan rumah untuk menguatkan bahasa Inggris di level sekolah demi meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia dengan negara lain. Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan yang tepat agar pembelajaran bahasa asing di sekolah dapat diubah menjadi pengalaman yang menyenangkan dan efektif.
Secara garis besar, berbagai solusi dapat diterapkan untuk mencapai hal ini. Pertama, metode pengajaran yang lebih interaktif dapat membuat pembelajaran lebih menarik. Guru dapat memanfaatkan permainan, simulasi, dan diskusi kelompok untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Selain itu, penggunaan media yang menarik seperti film, musik, dan video juga dapat membantu menyegarkan suasana kelas.
Fokus pada komunikasi juga sangat penting. Guru harus memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk berlatih berkomunikasi dalam bahasa yang dipelajari melalui kegiatan seperti role-play, presentasi, dan proyek kelompok. Teknologi juga dapat menjadi alat yang berguna dalam pembelajaran bahasa asing, dengan guru memanfaatkan aplikasi, website, dan video pembelajaran.
Selain meningkatkan metode pengajaran, motivasi siswa juga perlu diperhatikan. Guru harus membantu siswa melihat relevansi bahasa asing dalam kehidupan nyata dengan memberikan contoh konkret tentang penggunaannya dalam berbagai situasi. Pembelajaran yang lebih personal juga dapat membantu meningkatkan minat siswa, dengan guru menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan individu.
Baca juga: Mayoritas Milenial & Gen Z Lebih Nyaman Nonton Video pakai Subtitel, Padahal Bukan Bahasa Asing
Untuk mendukung upaya ini, sokongan dari sekolah sangatlah penting. Sekolah harus menyediakan sumber daya yang memadai seperti buku teks, kamus, dan perangkat lunak belajar bahasa. Pelatihan untuk guru juga diperlukan agar mereka dapat mengimplementasikan metode pengajaran yang lebih efektif dan menarik.
Melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran juga dapat memberikan dukungan tambahan, dengan menyelenggarakan workshop atau seminar tentang bagaimana orang tua dapat membantu anak-anak mereka belajar bahasa asing di rumah.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif antara guru, sekolah, dan orang tua, diharapkan pembelajaran bahasa asing dapat diubah menjadi pengalaman yang menyenangkan, efektif, dan relevan bagi siswa, tidak sekadar belajar untuk mendapatkan nilai ujian.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Jika ingin meningkatkan prospek karier, belajar bahasa Inggris menjadi sebuah keharusan. Hal ini mendorong banyak orang untuk mengikuti kursus bahasa Inggris, sehingga lembaga kursus pun semakin menjamur. Melonjaknya jumlah lembaga kursus menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa asing di sekolah belum optimal.
Sistem belajar di sekolah dinilai hanya mampu menghasilkan individu yang pandai menjawab soal ujian, bukan yang terampil berkomunikasi menggunakan bahasa asing secara fasih.
Baca juga: Penguasaan Bahasa Asing Sangat Penting Untuk Menopang Produktivitas Karyawan
Mengapa pembelajaran bahasa asing di sekolah cenderung tidak efektif? Ada beberapa faktor yang menyebabkan belajar bahasa asing di sekolah terasa membosankan.
Pertama, metode pengajaran yang kurang efektif. Metode pengajaran masih bersifat tradisional dan berfokus pada menghafal tata bahasa dan kosakata tanpa konteks yang menarik. Akibatnya, siswa hanya dapat menghafal kosakata tanpa bisa mempraktikkannya, atau sekalipun belajar percakapan, hanya membacanya dari buku.
Kedua, pembelajaran bahasa asing tidak komunikatif. Pelajaran bahasa asing di sekolah seringkali tidak memberikan cukup kesempatan bagi siswa untuk berlatih berkomunikasi. Hal ini masih berkorelasi dengan metode pengajaran yang tidak efektif.
Ketiga, terlalu fokus pada tes. Pengajaran bahasa asing di sekolah tampaknya ditujukan untuk menjawab soal di ujian. Fokus utama pada tes dan nilai dapat membuat belajar bahasa asing terasa seperti beban dan menghilangkan kesenangan belajar.
Keempat, motivasi siswa. Siswa mungkin tidak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar bahasa asing jika mereka tidak melihat manfaatnya dalam kehidupan nyata. Akibatnya, mereka menganggap belajar bahasa Inggris sebagai beban. Namun, hal ini akan berbeda jika mereka sudah diberi pemahaman bahwa menguasai bahasa Inggris dapat meningkatkan prospek karier.
Kelima, kurangnya sumber daya. Sekolah mungkin tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menyediakan pelajaran bahasa asing yang menarik dan interaktif.
Terakhir, kualitas guru yang rendah. Salah satu tantangan pendidikan bahasa asing di Indonesia adalah kualitas guru. Penelitian dari Bank Dunia pada 2020 menemukan bahwa kualitas guru di Indonesia terbilang rendah.
Dengan berbagai persoalan tersebut, tak heran jika kemampuan bahasa asing, terutama Inggris, di Indonesia tertinggal dibandingkan negara lain. Data Indeks Kemahiran Bahasa Inggris EF (EF EPI) 2023 menunjukkan kemampuan bahasa Inggris masyarakat Indonesia masih rendah, yakni peringkat 79 dari 113 negara. Hasil tes menunjukkan skor rata-rata masyarakat Indonesia dalam kemampuan bahasa Inggris adalah 469.
Data ini juga menunjukkan kesenjangan regional, di mana masyarakat di Pulau Jawa memiliki skor tertinggi, sedangkan Papua memiliki skor terendah. Di tingkat kota, Jakarta dan Surabaya tercatat sebagai kota dengan skor kemampuan bahasa Inggris tertinggi.
Tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris di seluruh lapisan masyarakat termasuk akses pembelajaran yang tidak merata dan kualitas pengajaran yang tidak seimbang di berbagai daerah.
Di tengah era keterbukaan ini, pemerintah memiliki pekerjaan rumah untuk menguatkan bahasa Inggris di level sekolah demi meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia dengan negara lain. Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan yang tepat agar pembelajaran bahasa asing di sekolah dapat diubah menjadi pengalaman yang menyenangkan dan efektif.
Secara garis besar, berbagai solusi dapat diterapkan untuk mencapai hal ini. Pertama, metode pengajaran yang lebih interaktif dapat membuat pembelajaran lebih menarik. Guru dapat memanfaatkan permainan, simulasi, dan diskusi kelompok untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Selain itu, penggunaan media yang menarik seperti film, musik, dan video juga dapat membantu menyegarkan suasana kelas.
Fokus pada komunikasi juga sangat penting. Guru harus memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk berlatih berkomunikasi dalam bahasa yang dipelajari melalui kegiatan seperti role-play, presentasi, dan proyek kelompok. Teknologi juga dapat menjadi alat yang berguna dalam pembelajaran bahasa asing, dengan guru memanfaatkan aplikasi, website, dan video pembelajaran.
Selain meningkatkan metode pengajaran, motivasi siswa juga perlu diperhatikan. Guru harus membantu siswa melihat relevansi bahasa asing dalam kehidupan nyata dengan memberikan contoh konkret tentang penggunaannya dalam berbagai situasi. Pembelajaran yang lebih personal juga dapat membantu meningkatkan minat siswa, dengan guru menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan individu.
Baca juga: Mayoritas Milenial & Gen Z Lebih Nyaman Nonton Video pakai Subtitel, Padahal Bukan Bahasa Asing
Untuk mendukung upaya ini, sokongan dari sekolah sangatlah penting. Sekolah harus menyediakan sumber daya yang memadai seperti buku teks, kamus, dan perangkat lunak belajar bahasa. Pelatihan untuk guru juga diperlukan agar mereka dapat mengimplementasikan metode pengajaran yang lebih efektif dan menarik.
Melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran juga dapat memberikan dukungan tambahan, dengan menyelenggarakan workshop atau seminar tentang bagaimana orang tua dapat membantu anak-anak mereka belajar bahasa asing di rumah.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif antara guru, sekolah, dan orang tua, diharapkan pembelajaran bahasa asing dapat diubah menjadi pengalaman yang menyenangkan, efektif, dan relevan bagi siswa, tidak sekadar belajar untuk mendapatkan nilai ujian.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.