Anak belajar daring lantaran pandemi (Sumber gambar ilustrasi: Katerina Holmes dari Pexels)

7 dari 10 Anak Jarang Belajar saat Pandemi

08 September 2021   |   10:21 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Covid-19 telah memaksa 60 juta lebih anak di Indonesia melakukan pembelajaran jarak jauh sejak Maret 2020. Mekanisme pembelajaran jarak jauh, seperti pembelajaran daring dan melalui televisi, dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sebagai upaya mengurangi terhentinya pembelajaran.

Berbagai upaya juga dilakukan untuk memastikan pembelajaran berlansgung, misalnya dengan menyediakan kuota internet agar anak dapat mengakses pembelajaran.

Dalam rilis yang Hypeabis.id terima dari Save the Children, upaya tersebut ternyata tak lantas dapat langsung menjawab sepenuhnya tantangan dan permasalahan pembelajaran jarak jauh di Indonesia. 

Studi Global Save the Children pada Juli 2020 yang dilakukan di 46 negara, khususnya Indonesia, menemukan fakta bahwa 7 dari 10 anak mengatakan jarang belajar atau hanya sedikit belajar selama pandemi. 

Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti terbatasnya ketersediaan materi belajar yang memadai, terbatas atau tidak adanya kuota internet, tidak mempunyai gawai, bahkan demotivasi karena sulit memahami pekerjaan rumah dan tanpa mendapat bimbingan guru.

Selina Patta Sumbung, CEO Save the Children Indonesia, mengungkapkan studi tersebut sangat jelas menggambarkan bahwa banyak anak di Indonesia menghadapi kesulitan dalam belajar daring, motivasi belajar menjadi menurun. 

"Dan ini bisa berpengaruh pada kemampuan literasi dan numerasi anak," katanya. 

Lebih jauh lagi, dia mengungkapkan bahwa seluruh pihak perlu bersama-sama mengantisipasi kesulitan belajar yang menjadikan anak-anak kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar (learning loss).

Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak pada kurangnya keahlian anak saat dewasa (less-skilled workers) untuk bisa berkompetisi di dunia kerja atau usaha, serta berakhir pada penurunan kemampuan menghasilkan pendapatan (decreased earning capacity).

Selain itu, dia menambahkan anak-anak terancam putus sekolah karena anak harus bekerja dan atau menikah dini di beberapa wilayah. 

Tindakan yang sistematis, aman, dan inklusif harus segera dilakukan dan menjadi prioritas untuk mendukung pemberian akses pembelajaran bagi semua anak sebagai bagian dari pemulihan yang berkelanjutan.


Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

5 Alasan Genhype Perlu Dengar Sandiwara Podcast Balada Onggok si Anak Durhaka

BERIKUTNYA

Didapuk Jadi Duta, Ini Arti Bela Negara bagi Agnez Mo

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: