Ilustrasi hubungan romantis (Sumber: Unsplash/Evertonvila)

4 Jenis Attachment Styles dalam Sebuah Hubungan, Genhype Tipe yang Mana?

21 May 2024   |   14:16 WIB
Image
Arindra Fachri Satria Pradana Mahasiswa Mass Communication BINUS University

Setiap orang pasti memiliki pola pikir yang berbeda-beda tentang bagaimana mereka menjalani hubungan, terutama yang bersifat intim. Dalam psikologi, pola pikir tersebut dapat dikategorikan ke dalam empat attachment styles, yang bisa dijadikan sebagai panduan untuk hubungan yang lebih baik. 

Menurut Simply Psychology, attachment styles adalah pola ikatan yang dipelajari seseorang saat masih anak-anak dan dibawa ke dalam hubungan orang dewasa. Baik dari kualitas hidup, cara seseorang diasuh, serta trauma yang telah dialami. Ketiganya memiliki dampak positif dan negatif terhadap hubungan pada masa mendatang. 

Untuk mengetahui bagaimana Genhype menjalani sebuah hubungan, yuk simak penjelasan 4 jenis attachment styles berikut ini. 

Baca juga: Mengenal Pocketing Relationship, Baik atau Buruk dalam Sebuah Hubungan?
 

1. Secure

Menurut American Psychological Association, secure attachment style merujuk pada seseorang yang memiliki model positif dari keterikatan dalam diri sendiri. Cenderung ditandai dengan pengolahan emosi dan komunikasi yang baik terhadap diri sendiri serta orang lain. 

Dengan begitu, mereka dapat memandang diri sendiri sebagai orang yang layak dicintai, tapi juga memiliki keterikatan yang positif dan saling menguntungkan untuk orang lain. Hal ini ditandai dengan pandangan bahwa orang lain pada umumnya mudah menerima, responsif, dan positif.

Selain itu, seseorang dengan attachment style mampu menyeimbangkan kedekatan dan kemandirian dengan cara yang sehat. Berkontribusi langsung kepada kepercayaan dan kualitas yang tinggi terhadap hubungan yang mereka miliki. 


2. Dismissive/Avoidant

Seseorang dengan attachment style yang dismissive cenderung menghindari keintiman dan kedekatan dengan orang lain, baik itu orang tua, pasangan, atau teman. Mereka sangat mandiri dan lebih suka melakukan sesuatu sendiri, sering kali menggunakan teknik defensif untuk menghindari ketergantungan pada orang lain.

Lantas mengapa mereka tampak begitu dingin dan menghindar dari orang lain? Menurut Healthline, jawaban dari pertanyaan ini adalah trauma masa lalu, baik itu dari masa kecil atau saat sudah dewasa, sehingga mereka harus bergantung pada diri sendiri untuk bertahan hidup. 

Mereka juga cenderung menjaga aktivitas, pemikiran, dan rencana mereka tetap pribadi, dan memprioritaskan kebutuhan pribadi di atas orang lain. Semua dilakukan agar mereka nyaman dan tidak diganggu.
 

3. Preoccupied/Anxious 

Jika orang dengan dismissive/avoidant cenderung benci dengan hubungan dan keintiman, maka orang yang benci terhadap diri sendiri dan bergantung pada suatu hubungan disebut sebagai preoccupied/anxious attachment style.

Menurut Perth Counseling and Psychotherapy, seseorang dengan gaya/jenis ini akan secara aktif mencari validasi dan persetujuan dari orang lain, bukan mencari ke dalam diri mereka sendiri terlebih dahulu. Kondisi ini disebabkan oleh trauma ditolak dan ditinggalkan saat masa lalu. 

Selain itu, mereka cenderung terlalu bergantung pada orang lain, karena takut melakukan kesalahan, dikritik, dan gagal. Sehingga dalam sebuah hubungan, mereka akan melakukan apa pun agar orang itu puas dan memberi senang, meski harus mengorbankan harga diri demi mendapatkannya. 


4. Disorganised

Terakhir adalah disorganised, attachment style yang paling ekstrim dan jarang ditemui. Menurut Cleveland Clinic, seseorang dengan attachment style ini akan dapat bertindak tidak rasional, sehingga mereka akan sangat sulit diprediksi dalam sebuah hubungan. 

Adapun, attachment style ini terbentuk melalui masa kanak-kanak yang sangat bergejolak, sering kali melibatkan ketakutan atas trauma yang hebat. Hubungan yang tidak menentu atau tidak koheren dengan pengasuh utama juga menjadi faktor lain. 

Ketidakstabilan emosi inilah yang dapat menghalangi mereka untuk mengembangkan hubungan yang sehat dengan orang lain. Mendambakan perhatian tetapi juga menghindarinya pada waktu yang bersamaan. 

Baca juga: Mengenal Public Display of Affection dan Dampaknya Terhadap Hubungan

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Menkes Budi Gunadi Ungkap Hasil Uji Coba Starlink di Puskesmas

BERIKUTNYA

7 Isu yang Jadi Perhatian Anak Muda di Media Sosial, Aktivisme sampai Finansial

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: