Pengunjung berada di perpustakaan dan ruang temu Baca di Tebet, Jakarta (Sumber gambar: JIBI/Hypeabis.id/Arief Hermawan P)

Sejarah Peringatan Hari Buku Nasional, Dirayakan Tiap 17 Mei

17 May 2024   |   07:39 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Di tengah makin riuhnya kehidupan modern dan gempuran media sosial, membaca buku kini menjadi kegiatan yang cukup menantang. Ketergantungan pada gawai membuat seseorang perlu niat dan usaha lebih untuk benar-benar menenggelamkan diri pada buku, dan membaca dengan khusyuk. 
 
Padahal, membaca buku merupakan salah satu cara efektif untuk memperluas cakrawala wawasan dan pengetahuan. Membaca buku juga mampu melatih imajinasi sekaligus daya pikir seseorang, sehingga menjadi lebih kritis sekaligus menumbuhkan empati.
 
Saking pentingnya membaca buku, dibuatlah peringatan Hari Buku Nasional atau Harbuknas yang jatuh tanggal 17 Mei tiap tahunnya. Peringatan ini dibuat untuk untuk meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat terhadap budaya membaca buku. 

Baca juga: 5 Rekomendasi Buku Nonfiksi Best Seller 2024, dari Genre Parenting sampai Bisnis & Keuangan
 
Mengutip laman Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pangkalpinang, perayaan Harbuknas pertama kali dilaksanakan pada 2002. Ide peringatan ini dicetuskan oleh Abdul Malik Fadjar yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan era Kabinet Gotong Royong (2001-2004). Tanggal 17 Mei dipilih bertepatan dengan berdirinya Perpustakaan Nasional, yakni pada 17 Mei 1980.
 
Alasan utama pencetusan Harbuknas adalah untuk meningkatkan literasi dan minat baca masyarakat Indonesia yang kala itu tergolong masih rendah.

Data UNESCO pada 2002 menunjukkan tingkat literasi orang dewasa di Indonesia hanya sebesar 87,9 persen. Angka itu tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Vietnam (90,3 persen), Thailand (92,6 persen), dan Malaysia (88,7 persen).
 

Ilustrasi membaca buku. (Sumber gambar: Clay Banks/Unsplash)

Ilustrasi membaca buku. (Sumber gambar: Clay Banks/Unsplash)

Selain untuk meningkatkan literasi dan minat baca, Harbuknas juga bertujuan untuk menaikkan penjualan buku. Pada 2002, jumlah rata-rata buku yang dicetak setiap tahun hanya mencapai 18.000 judul. Jumlah itu juga terbilang rendah ketimbang negara Asia lainnya, seperti Jepang dan China yang mampu mencetak 40.000 hingga 140.000 ribu judul buku.
 
Kala itu, Abdul Malik Fadjar sadar bahwa meningkatkan minat baca masyarakat merupakan sebuah tantangan yang cukup berat, mengingat generasi muda yang sudah mulai menggunakan sistem komunikasi dengan telepon dan lambat laun mulai menjauh dengan buku.
 
Berkaca pada kondisi itu, dia mengajak masyarakat Indonesia untuk meningkatkan minat baca, sebab membaca bisa menambah pengetahuan perkembangan dunia modern. Dia pun mengajak masyarakat Indonesia untuk giat membaca buku dan mengembangkan literasi sebagai modal dasar pembangunan negara.
 
Abdul Malik berharap Harbuknas dapat memberikan dorongan untuk merevitalisasi industri buku nasional yang saat itu tertinggal. Terlebih, sejumlah elemen masyarakat khususnya kelompok pencinta buku kala itu turut mendorong untuk disahkannya gerakan untuk meningkatkan budaya membaca. Akhirnya, pada 2002, ditetapkanlah tanggal 17 Mei sebagai Hari Buku Nasional.
 
Sementara itu, tingkat literasi masyarakat Indonesia saat ini juga masih terbilang rendah. Survei dari Program for International Student Assessment (PISA) 2019 menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke 62 dari 70 negara. Artinya, Indonesia tergolong sebagai 10 negara terbawah dengan tingkat literasi yang rendah.
 
Data dari UNESCO juga menyebutkan hal yang hampir serupa. Menukil dari situs Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), lembaga PBB itu menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001 persen. Artinya, hanya ada 1 dari 1.000 orang Indonesia yang gemar membaca.
 

Cara Merayakan Hari Buku Nasional

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk ikut merayakan Hari Buku Nasional. Berikut beberapa di antaranya yang bisa menjadi inspirasi untuk Genhype.
  • Menyempatkan diri membeli buku baru atau membaca ulang buku favorit yang sudah dimiliki;
  • Mengunjungi perpustakaan kota atau nasional;
  • Mendonasikan buku bekas layak baca ke perpustakaan lokal, taman baca, sekolah, atau lembaga penghimpun donasi buku;
  • Meramaikan media sosial dengan gambar, pesan, dan kampanye terkait budaya membaca buku;
  • Mengajak teman untuk membaca sekaligus mendiskusikan buku bersama;
  • Ikut acara diskusi atau bedah buku bersama komunitas.
Baca juga: Hari Buku Anak Internasional 2024, Simak Sejarah & Tema Perayaannya

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

5 Tip Menabung Emas untuk Anak Muda, Jangan Asal beli

BERIKUTNYA

Fakta-fakta Menarik Pink Shirt Day, Gerakan Anti-Bullying di Kalangan Anak Sekolah

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: