Diluncurkan ke Publik, Potret Diri Raja Charles III Mendapat Kritikan Netizen
16 May 2024 |
17:13 WIB
Publik seni rupa Inggris sepertinya sedang gonjang-ganjing. Sebab, potret resmi Raja Charles III yang dilukis sejak penobatannya pada Mei 2023 lalu mulai ditampilkan ke publik pada Selasa, (14/5/24). Namun, alih-alih mendapat pujian, lukisan tersebut justru mendapat cibiran dari netizen.
Dilukis oleh Jonathan Yeo, karya itu menampilkan potret Charles III yang tersenyum tipis sembari berdiri dengan tumpuan tongkat. Sepintas, tak ada yang aneh dalam lukisan setinggi 8 kaki itu. Namun, saat diperhatikan, seluruh bidang kanvas dipenuhi warna merah yang bahkan mengaburkan potret sang raja.
Secara keseluruhan, lukisan ini menampilkan sosok Raja Charles, yang kini berusia 75 tahun dengan pose berdiri. Dalam gambar tersebut dia mengenakan seragam Welsh Guards, di mana dia telah diangkat menjadi Kolonel Resimen pada tahun 1975 dengan objek kupu-kupu yang terbang dan seperti akan hinggap di pundaknya.
Baca juga : Aktivis Melempar Sup ke Lukisan Mona Lisa di Museum Louvre
"Merupakan suatu kehormatan dan kesenangan telah ditugaskan oleh The Drapers’ Company untuk melukis potret Yang Mulia Raja ini, yang pertama kali diresmikan sejak penobatannya," tulis Yeo dalam kutipan yang dibagikan akun Instagram resmi keluarga Kerajaan Inggris
Dia menuturkan, saat memulai proyek ini memang menganggap sang Raja masih sebagai sosok Pangeran Wales. Momen itu terefleksi lewat objek kupu-kupu yang digambar melayang di atas bahu sang raja, yang menurutnya menjadi metafora dari perubahan peran subjek dalam kehidupan publik Inggris di negara The Three Lions itu.
Lewat potret ini, sang seniman juga ingin merefleksikan pengalaman hidup dan kemanusiaan dari objek yang dilukis yang menurutnya juga unik."Saya melakukan yang terbaik untuk menangkap pengalaman hidup dan kemanusiaan yang terukir di wajahnya, dan saya berharap itulah yang telah saya capai dalam potret ini," imbuhnya.
Mengutip BBC, selama proses pembuatan lukisan, Raja Charles juga berpose dengan seragam lengkap Pengawal Welsh dan harus berdiri bersandar pada pedangnya selama sekitar 40 menit. Menurut Yeo, dalam rentang waktu tersebut, mereka juga berbicara banyak, dan mengatakan Charles sebagai orang dengan selera humor yang tinggi.
Sang seniman mengaku, sebelumnya ia memang tidak tertarik untuk terlibat dalam "formalitas kaku" potret kerajaan. Namun ketika dia berusia 50 tahun, akhirnya mulai berpikir tentang bagaimana seorang seniman harus melihat dan mengimbangi karya-karya di masa lalu yang dibuat untuk kerajaan.
"Dia telah mendapatkan kehadiran dan statusnya saat saya memulainya, dan levelnya naik lagi ketika dia menjadi Raja, seperti yang kita harapkan," katanya.
Baca juga : Hilang Satu Abad, Lukisan Portrait of Miss Lieser Karya Gustav Klimt Ditemukan di Wina
Cibiran Netizen
Kendati peluncuran lukisan di Blue Drawing Room di Istana Buckingham itu memberi warna tersendiri bagi tradisi kerajaan, tapi momen ini juga tak lepas dari kritikan netizen. Ini dapat dilihat dari beberapa postingan di media sosial yang mengomentari lukisan tersebut, yang dianggap 'mengganggu pemandangan'.
Tak hanya itu, publik tampaknya juga tidak memiliki pandangan yang sama mengenai apa yang ingin disampaikan oleh seniman terhadap lukisan itu. Sebab menuntut mereka sosok Raja Charles tampak seperti hantu dengan latar belakang warna merah di seluruh lukisan.
"Apakah lukisan pertama ini mewakili semua darah yang ada di tangannya?" tulis salah satu pemberi komentar dalam postingan Instagram. "100 persen mengira ini adalah satire," komentar pengguna internet lain, yang merasa tidak terkesan dengan lukisan tersebut.
Negara persemakmuran Inggris memiliki tradisi yang cukup lekat dengan dunia seni rupa sebagai bentuk perayaan atau pada momen-momen tertentu. Tak jarang, bahkan mereka mengundang seniman-seniman wahid dunia untuk mengambil potret diri raja atau ratu mereka untuk dilukis dan ditampilkan ke publik.
Jonathan Yeo sendiri adalah seorang seniman Inggris yang menjadi terkenal di dunia internasional pada awal usia 20-an sebagai pelukis kontemporer. Yaitu setelah melukis Kevin Spacey , Dennis Hopper, Cara Delevingne , Damien Hirst , Pangeran Philip, Tony Blair , dan David Cameron.
Beberapa kritikus juga menjulukinya sebagai 'salah satu pelukis potret paling laris di dunia'. Sebagai seniman, Yeo sempat menjadi subjek Spesial Pertunjukan Budaya BBC pada 2013. Salah satu karyanya, Monograf The Many Faces of Jonathan Yeo juga diterbitkan oleh penerbit Art/ Books di London.
Baca juga : Kolektor Seni Wajib Tahu, Begini Cara Memajang dan Merawat Lukisan yang Benar
Editor : Puput Ady Sukarno
Dilukis oleh Jonathan Yeo, karya itu menampilkan potret Charles III yang tersenyum tipis sembari berdiri dengan tumpuan tongkat. Sepintas, tak ada yang aneh dalam lukisan setinggi 8 kaki itu. Namun, saat diperhatikan, seluruh bidang kanvas dipenuhi warna merah yang bahkan mengaburkan potret sang raja.
Secara keseluruhan, lukisan ini menampilkan sosok Raja Charles, yang kini berusia 75 tahun dengan pose berdiri. Dalam gambar tersebut dia mengenakan seragam Welsh Guards, di mana dia telah diangkat menjadi Kolonel Resimen pada tahun 1975 dengan objek kupu-kupu yang terbang dan seperti akan hinggap di pundaknya.
Baca juga : Aktivis Melempar Sup ke Lukisan Mona Lisa di Museum Louvre
"Merupakan suatu kehormatan dan kesenangan telah ditugaskan oleh The Drapers’ Company untuk melukis potret Yang Mulia Raja ini, yang pertama kali diresmikan sejak penobatannya," tulis Yeo dalam kutipan yang dibagikan akun Instagram resmi keluarga Kerajaan Inggris
Dia menuturkan, saat memulai proyek ini memang menganggap sang Raja masih sebagai sosok Pangeran Wales. Momen itu terefleksi lewat objek kupu-kupu yang digambar melayang di atas bahu sang raja, yang menurutnya menjadi metafora dari perubahan peran subjek dalam kehidupan publik Inggris di negara The Three Lions itu.
Lewat potret ini, sang seniman juga ingin merefleksikan pengalaman hidup dan kemanusiaan dari objek yang dilukis yang menurutnya juga unik."Saya melakukan yang terbaik untuk menangkap pengalaman hidup dan kemanusiaan yang terukir di wajahnya, dan saya berharap itulah yang telah saya capai dalam potret ini," imbuhnya.
Mengutip BBC, selama proses pembuatan lukisan, Raja Charles juga berpose dengan seragam lengkap Pengawal Welsh dan harus berdiri bersandar pada pedangnya selama sekitar 40 menit. Menurut Yeo, dalam rentang waktu tersebut, mereka juga berbicara banyak, dan mengatakan Charles sebagai orang dengan selera humor yang tinggi.
Sang seniman mengaku, sebelumnya ia memang tidak tertarik untuk terlibat dalam "formalitas kaku" potret kerajaan. Namun ketika dia berusia 50 tahun, akhirnya mulai berpikir tentang bagaimana seorang seniman harus melihat dan mengimbangi karya-karya di masa lalu yang dibuat untuk kerajaan.
"Dia telah mendapatkan kehadiran dan statusnya saat saya memulainya, dan levelnya naik lagi ketika dia menjadi Raja, seperti yang kita harapkan," katanya.
Baca juga : Hilang Satu Abad, Lukisan Portrait of Miss Lieser Karya Gustav Klimt Ditemukan di Wina
Cibiran Netizen
Kendati peluncuran lukisan di Blue Drawing Room di Istana Buckingham itu memberi warna tersendiri bagi tradisi kerajaan, tapi momen ini juga tak lepas dari kritikan netizen. Ini dapat dilihat dari beberapa postingan di media sosial yang mengomentari lukisan tersebut, yang dianggap 'mengganggu pemandangan'.
Tak hanya itu, publik tampaknya juga tidak memiliki pandangan yang sama mengenai apa yang ingin disampaikan oleh seniman terhadap lukisan itu. Sebab menuntut mereka sosok Raja Charles tampak seperti hantu dengan latar belakang warna merah di seluruh lukisan.
"Apakah lukisan pertama ini mewakili semua darah yang ada di tangannya?" tulis salah satu pemberi komentar dalam postingan Instagram. "100 persen mengira ini adalah satire," komentar pengguna internet lain, yang merasa tidak terkesan dengan lukisan tersebut.
Negara persemakmuran Inggris memiliki tradisi yang cukup lekat dengan dunia seni rupa sebagai bentuk perayaan atau pada momen-momen tertentu. Tak jarang, bahkan mereka mengundang seniman-seniman wahid dunia untuk mengambil potret diri raja atau ratu mereka untuk dilukis dan ditampilkan ke publik.
Jonathan Yeo sendiri adalah seorang seniman Inggris yang menjadi terkenal di dunia internasional pada awal usia 20-an sebagai pelukis kontemporer. Yaitu setelah melukis Kevin Spacey , Dennis Hopper, Cara Delevingne , Damien Hirst , Pangeran Philip, Tony Blair , dan David Cameron.
Beberapa kritikus juga menjulukinya sebagai 'salah satu pelukis potret paling laris di dunia'. Sebagai seniman, Yeo sempat menjadi subjek Spesial Pertunjukan Budaya BBC pada 2013. Salah satu karyanya, Monograf The Many Faces of Jonathan Yeo juga diterbitkan oleh penerbit Art/ Books di London.
Baca juga : Kolektor Seni Wajib Tahu, Begini Cara Memajang dan Merawat Lukisan yang Benar
Editor : Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.