Profil Simon Tahamata, Kepala Pemandu Bakat Baru PSSI
23 May 2025 |
13:52 WIB
Legenda sepak bola Belanda berdarah Maluku, Simon Melianus Tahamata, resmi ditunjuk sebagai Kepala pemandu Bakat Sepak Bola Nasional oleh PSSI per 22 Mei 2025. Penunjukan ini merupakan bagian dari strategi PSSI memperkuat sistem pencarian dan pengembangan talenta sepak bola Indonesia.
Sebagai Kepala Pemandu Bakat, Simon Tahamata akan memegang tanggung jawab utama dalam mencari dan merekrut pemain berbakat, baik yang berada di dalam negeri maupun yang merupakan bagian dari diaspora Indonesia, terutama yang berdomisili di Belanda.
Baca juga: FIFA Hukum PSSI Imbas Perilaku Diskriminatif di Laga Jamuan Melawan Bahrain
Dia juga akan menjalin kerja sama yang erat dengan pelatih Patrick Kluivert, Gerald Vanenburg, Nova Arianto, dan anggota staf lainnya demi menjamin keberlangsungan, mutu, serta kemajuan Tim Nasional dan sepak bola Indonesia secara keseluruhan.
"Terima kasih atas semua pesan positif yang saya terima. Saya sangat antusias untuk segera bekerja bersama pelatih Patrick Kluivert dan tim teknis lainnya di Indonesia," ujar Simon Tahamata dalam laman resmi PSSI.
Lahir di Vught, Belanda, pada 26 Mei 1956, Simon Tahamata memulai karier profesionalnya sebagai pemain sayap kiri di Ajax Amsterdam pada 1976. Dia dulunya merupakan pemain sepak bola yang berposisi sebagai winger.
Tercatat, Simon memulai debut di karier senior pada 1976 ketika berseragam Ajax Amsterdam. Dia lantas melanjutkan kariernya ke klub Belgia, Standard Liège hingga 1984. Selanjutnya, Simon bermain untuk Feyenoord (1984–1987), Beerschot (1987–1990), dan Germinal Ekeren (1990–1996).
Masa keemasan pria berdarah Maluku ini dianggap terjadi saat memperkuat Ajax, ketika dia meraih tiga gelar Eredivisie pada musim 1976/1977, 1978/1979, dan 1979/1980. Dia juga turut membantu tim menjuarai Piala KNVB pada musim 1978/1979 dan membawa Ajax melaju hingga semifinal Piala Eropa I pada musim 1979–1980.
Di kancah internasional, Simon tampil sebanyak 22 kali bersama timnas Belanda dan mencetak dua gol. Dia menjalani debutnya bersama Oranje pada 22 Mei 1979 dalam laga melawan Argentina di Bern, Swiss.
Setelah pensiun dari dunia pemain, dia menekuni karier sebagai pelatih dengan fokus pada pengembangan bakat muda. Simon pernah melatih di akademi Standard Liège, Germinal Beerschot, dan Ajax, serta mendirikan Simon Tahamata Soccer Academy.
Selain itu, dia juga sempat menjadi pelatih teknik bagi tim muda Al-Ahli di Arab Saudi. Sejak Oktober 2014, Simon kembali ke Ajax untuk melatih kelompok usia muda.
Pria dengan tinggi 164 centimeter ini merupakan salah satu tokoh sepak bola keturunan Maluku yang meraih kesuksesan di Eropa. Namanya dihormati baik di Belanda maupun Belgia atas kontribusinya dalam dunia sepak bola.
Klub besar di Belanda, Ajax, bahkan menyebutnya sebagai sosok ikonik yang berperan penting, tidak hanya sebagai pemain, tetapi juga sebagai pelatih. Pengabdiannya dalam membina pemain muda mendapat apresiasi besar dari klub dan para pendukung.
Ketika Tahamata mengakhiri kiprahnya di Ajax pada 2024, klub memberinya penghormatan khusus, termasuk spanduk besar di tribun Johan Cruyff Stadium yang bertuliskan, “Oom Simon, Terima Kasih.”
Kini, dia akan mengemban tugas baru di PSSI. Penunjukan Simon Tahamata diharapkan dapat memperkuat sistem pencarian dan pengembangan talenta muda Indonesia, serta mempererat hubungan antara sepak bola Indonesia dan Belanda.
Dengan pengalaman dan jaringan yang dimilikinya, Simon diharapkan mampu membawa perubahan positif dan berkontribusi dalam membangun masa depan sepak bola nasional yang lebih cerah.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Sebagai Kepala Pemandu Bakat, Simon Tahamata akan memegang tanggung jawab utama dalam mencari dan merekrut pemain berbakat, baik yang berada di dalam negeri maupun yang merupakan bagian dari diaspora Indonesia, terutama yang berdomisili di Belanda.
Baca juga: FIFA Hukum PSSI Imbas Perilaku Diskriminatif di Laga Jamuan Melawan Bahrain
Dia juga akan menjalin kerja sama yang erat dengan pelatih Patrick Kluivert, Gerald Vanenburg, Nova Arianto, dan anggota staf lainnya demi menjamin keberlangsungan, mutu, serta kemajuan Tim Nasional dan sepak bola Indonesia secara keseluruhan.
"Terima kasih atas semua pesan positif yang saya terima. Saya sangat antusias untuk segera bekerja bersama pelatih Patrick Kluivert dan tim teknis lainnya di Indonesia," ujar Simon Tahamata dalam laman resmi PSSI.
Lahir di Vught, Belanda, pada 26 Mei 1956, Simon Tahamata memulai karier profesionalnya sebagai pemain sayap kiri di Ajax Amsterdam pada 1976. Dia dulunya merupakan pemain sepak bola yang berposisi sebagai winger.
Tercatat, Simon memulai debut di karier senior pada 1976 ketika berseragam Ajax Amsterdam. Dia lantas melanjutkan kariernya ke klub Belgia, Standard Liège hingga 1984. Selanjutnya, Simon bermain untuk Feyenoord (1984–1987), Beerschot (1987–1990), dan Germinal Ekeren (1990–1996).
Masa keemasan pria berdarah Maluku ini dianggap terjadi saat memperkuat Ajax, ketika dia meraih tiga gelar Eredivisie pada musim 1976/1977, 1978/1979, dan 1979/1980. Dia juga turut membantu tim menjuarai Piala KNVB pada musim 1978/1979 dan membawa Ajax melaju hingga semifinal Piala Eropa I pada musim 1979–1980.
Di kancah internasional, Simon tampil sebanyak 22 kali bersama timnas Belanda dan mencetak dua gol. Dia menjalani debutnya bersama Oranje pada 22 Mei 1979 dalam laga melawan Argentina di Bern, Swiss.
Setelah pensiun dari dunia pemain, dia menekuni karier sebagai pelatih dengan fokus pada pengembangan bakat muda. Simon pernah melatih di akademi Standard Liège, Germinal Beerschot, dan Ajax, serta mendirikan Simon Tahamata Soccer Academy.
Selain itu, dia juga sempat menjadi pelatih teknik bagi tim muda Al-Ahli di Arab Saudi. Sejak Oktober 2014, Simon kembali ke Ajax untuk melatih kelompok usia muda.
Pria dengan tinggi 164 centimeter ini merupakan salah satu tokoh sepak bola keturunan Maluku yang meraih kesuksesan di Eropa. Namanya dihormati baik di Belanda maupun Belgia atas kontribusinya dalam dunia sepak bola.
Klub besar di Belanda, Ajax, bahkan menyebutnya sebagai sosok ikonik yang berperan penting, tidak hanya sebagai pemain, tetapi juga sebagai pelatih. Pengabdiannya dalam membina pemain muda mendapat apresiasi besar dari klub dan para pendukung.
Ketika Tahamata mengakhiri kiprahnya di Ajax pada 2024, klub memberinya penghormatan khusus, termasuk spanduk besar di tribun Johan Cruyff Stadium yang bertuliskan, “Oom Simon, Terima Kasih.”
Kini, dia akan mengemban tugas baru di PSSI. Penunjukan Simon Tahamata diharapkan dapat memperkuat sistem pencarian dan pengembangan talenta muda Indonesia, serta mempererat hubungan antara sepak bola Indonesia dan Belanda.
Dengan pengalaman dan jaringan yang dimilikinya, Simon diharapkan mampu membawa perubahan positif dan berkontribusi dalam membangun masa depan sepak bola nasional yang lebih cerah.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.