Ilustrasi penyandang tunanetra sedang membaca buku braille (Sumber gambar: Pexels/Eren Li)

Mendorong Kemudahan Akses Literatur Buku Braille Bagi Masyarakat Berkebutuhan Khusus

16 May 2024   |   18:02 WIB
Image
Andika Prasetyo Mahasiswa IISIP Jakarta

Like
Ketimpangan sarana dan fasilitas terhadap kaum disabilitas masih terjadi hingga saat ini. Salah satunya adalah kurangnya akses pendidikan, informasi, dan hiburan bagi penyandang disabilitas sensorik (tunanetra). Di tengah ketimpangan tersebut, muncul sebagian orang yang mendedikasikan dirinya untuk memfasilitasi kebutuhan literasi bagi penyandang tunanetra.

Dengan fasilitas tersebut, penyandang tunanetra memiliki kesempatan dan kesetaraan untuk dapat belajar, membaca, menulis, dan mengakses informasi sama dengan yang lainnya. Andriyanto salah satunya. Penulis buku braille yang mulai berkecimpung di lini usaha tersebut pada 2023.

Pada awalnya, Andri mulai tergerak untuk menulis dan menyediakan buku bacaan bagi penyandang tunanetra, didasari oleh kurangnya fasilitas bagi mereka dalam mendapatkan askes pendidikan dan informasi. Selain itu, Andri juga melihat segmen buku braille yang sangat terbatas di setiap institusi pendidikan yang ada di Indonesia.

Baca juga : Hari Braille Sedunia, Ini Sosok Penemu Huruf Braille

“Saat ini, saya melihat bagaimana peserta didik pada umumnya dalam kurikulum merdeka berbanding terbalik dengan keadaan para tunanetra itu sendiri. Para tunanetra seakan belum merdeka dalam ketersediaannya buku bacaan bagi mereka, yaitu buku braille,” ucap Andri.

Menurutnya, buku braille sangat penting bagi kesetaraan terhadap akses pendidikan bagi penyandang tunanetra. Dengan menggunakan buku braille, para penyandang disabilitas  sensorik diharapkan mampu menjadi bagian aktif dalam masyarakat dan mengembangkan potensi penuh mereka. 

“Buku braille memungkinkan para tunanetra dapat membaca dan menikmati tulisan seperti orang pada umumnya. Selain itu, buku tersebut juga dapat menjadi akses hiburan, literatur, dan berbagai bentuk pengetahuan lainnya,” jelasnya.
 

Ilustrasi penyandang tunanetra sedang membaca buku braille (Sumber gambar: Pexels/Tima Miroshnichenko)

Ilustrasi penyandang tunanetra sedang membaca buku braille (Sumber gambar: Pexels/Tima Miroshnichenko)


Hingga saat ini, Andri sudah menulis 3 judul buku bacaan bagi penyandang tunanetra. Buku-buku yang dia tulis, berfokus pada buku pelajaran sejarah serta buku edukasi pendidikan. Salah satu buku bacaan yang dia tulis berjudul “Kisah Keteladanan Para Pahlawan Indonesia.” Selain itu, Andri juga turut menyediakan Al-quran braille bagi penyandang tunanetra.

Pria berusia 40 tahun tersebut, saat ini mampu memproduksi buku bacaan bagi penyandang tunanetra hingga puluhan buku dalam sebulannya. Soal harga, owner dari Penerbit Lakeisha tersebut menjual berbagai buku braillenya dengan kisaran Rp180.000 – Rp200.000. Mengenai pendapatan, Andri mampu meraup omzet berkisar Rp500.000 – Rp1 juta dalam sebulannya.

Walaupun terbilang minim, pria tersebut merasa puas karena dapat memfasilitasi penyandang disabilitas dalam belajar.  ”Dalam pembuatan buku braille ini, saya tidak mengejar keuntungan sama sekali. Dalam artian, saya mengabdi bagi penyandang disabilitas tunanetra untuk mendapatkan kesetaraan dalam merdeka belajar,” jelasnya

Kedepannya, Andri berharap kepada Pemerintah daerah untuk lebih gencar dalam menyediakan buku bacaan (buku braille) bagi penyandang tunanetra di setiap institusi pendidikan maupun di perpustakaan. Menurutnya, setiap manusia berhak mendapatkan kesetaraan dalam aspek pendidikan.

Eka Milo dosen Ekonomi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta melihat, peran dari penyedia layanan buku braille sangat penting guna menciptakan perekonomian yang kuat. Menurutnya, semua elemen dalam masyarakat harus dilibatkan. Dalam artian, para penyandang disabilitas juga diharapkan dapat ikut andil bagi kemajuan bangsa.

Hal tersebut tentunya dapat terwujud apabila penyedia layanan buku braille semakin gencar dalam mendistribusikan buku bacaan bagi penyandang disabilitas. Dengan memberikan mereka akses terhadap informasi, diharapkan para tunanetra dapat mengambil peran dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

“Dengan adanya penyedia layanan buku tersebut, diharapkan semakin banyak saudara kita mendapat akses akan berbagai informasi. Hal ini sangat penting agar dapat membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan informasi,” ucap Eka.

Baca juga :Hypeprofil Wien Muldian: Giat Menjaga Nyala Api Dunia Literasi

Editor : Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

NIKI Bakal Konser di Jakarta 14-15 Februari 2025 dalam Rangkaian Buzz World Tour

BERIKUTNYA

Google Sematkan Fitur Terbaru dalam Android 15, Bakal Dipakai Pertama di Smartphone Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: