Moms, Ini Lo Pentingnya Literasi Keuangan Anak Sejak Dini
15 May 2024 |
09:24 WIB
Memupuk kebiasaan menabung sejak dini memiliki tujuan penting untuk masa depan anak. Dengan mendorong literasi keuangan sejak usia kecil, anak-anak diharapkan bisa lebih bijak dalam mengelola keuangannya di kemudian hari. Layaknya kebiasaan, menabung harus menjadi bagian dari habit anak-anak sejak dini.
Secara sadar atau tidak, aktivitas yang berhubungan dengan transaksi dan uang akan beriringan dengan pertumbuhan anak menuju dewasa. Oleh karena itu, membiasakan anak untuk menerima, mengatur, dan mengelola manajemen keuangan dengan baik bisa membentuk perilaku bijak finansial pada masa mendatang.
Baca juga: Cara Mudah Tanamkan Literasi Keuangan Pada Anak Sejak Dini
Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini Sutikno menjelaskan, kebiasaan finansial perlu digaungkan sebagai bagian dari kebutuhan krusial anak. Untuk mendidik finansial dengan baik, orang tua harus lebih dahulu mengerti seluk beluk keuangan.
Istilah monkey see, monkey do menggambarkan betapa anak mengobservasi segala tindakan orang terdekatnya termasuk orang tua. Begitu pun dalam aspek keuangan, perilaku dan perspektif orang tua terhadap finansial lebih mudah diserap oleh anak dengan meniru perilaku.
“Bagaimana orang tua memperlakukan uang bisa jadi ditiru oleh anak. Karena bagi anak, apa yang menjadi kebiasan orang tua dan dilihatnya sehari-hari ini jadi caranya juga memperlakukan uang,” katanya.
Untuk itu, literasi keuangan anak sebetulnya sudah bisa dilakukan sejak usia kanak-kanak. Orang tua bisa mulai dengan melibatkan anak dalam kebiasaan-kebiasaan kecil mengenai finansial.
Mike berpendapat, orang tua tak perlu melompat terlalu jauh untuk mengenalkan anak dengan pentingnya finansial. Misalnya, mulai saja dengan kebiasaan menabung. Orang tua bisa menjelaskan urgensi, fungsi, hingga cara kerja menabung yang sederhana kepada anak.
Menurutnya, menabung bisa menjadi ketukan awal bagi anak mengenal seluk beluk finansial sebelum memperkenalkannya kepada pentingnya berinvestasi. Dengan konsep menabung, setidaknya anak mengetahui bahwa uang tak bisa digunakan atau dihabiskan seluruhnya.
Baca juga: Cara Meningkatkan Kebiasaan Literasi Anak
Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto juga menjelaskan, idealnya anak-anak memang diperkenalkan dengan konsep menabung sebagai gerbang awal mengenali dunia finansial. Sebetulnya, mengenalkan kebiasaan menabung sederhana sudah bisa dilakukan di masa sekolah awal (PAUD/TK).
Namun, memasuki usia awal sekolah dasar juga bukan waktu yang terlambat. Idealnya, usia keemasan tersebut menjadi momentum penting untuk membentuk kebiasaan anak, termasuk dalam hal finansial.
Sebuah penelitian dari Center of the Developing Child Harvard University memaparkan kurva respon otak terhadap perubahan, di mana usia anak lebih mudah terhadap pembentukan pemahaman dan kebiasaan. Efeknya lebih besar apabila dibandingkan dengan memulai kebiasaan ketika anak sudah dalam usia remaja atau dewasa.
“Rata-rata anak usia 7 atau 8 tahun sudah mulai muncul keinginan untuk membeli sesuatu. Nah, ini bisa jadi momentum bagi orang tua dalam mengajarkan pentingnya menabung, membuat anak memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan yang seperti apa,” katanya.
Lantas, apa tahap lanjutan setelah membiasakan anak menabung? Buat anak memahami pentingnya menyisihkan uang, kemudian ajarkan mereka memilah kebutuhan dan keinginan. Boleh dibilang, tahap lanjutan setelah memperkenalkan pentingnya menabung adalah mengajak anak perlahan memahami pentingnya berinvestasi. Semakin dini, memperkenalkan pentingnya investasi pun akan makin efektif. Setidaknya, anak memahami bahwa uang tak seluruhnya harus disimpan dalam tabungan.
Pada dasarnya, anak perlu diperkenalkan akan investasi dengan prinsip ‘menunda keinginan masa kini untuk masa depan’. Konsep ini membantu orang tua menerangkan jika aset di masa depan anak nanti begitu diperlukan.
Para ibu dan ayah juga bisa menyenggol topik mengenai alasan dan urgensi berinvestasi di samping aktivitas menabung. Sekali dayung memperkenalkan risiko keuangan yang bisa mendadak terjadi di masa depan, termasuk kejadian-kejadian tak terduga dan ancaman inflasi.
Menurut Eko, akan lebih mudah jika anak berkenalan dengan instrumen investasi berbentuk fisik, misalnya emas. Anak mungkin masih memerlukan penyesuaian dengan rasa kepemilikan terhadap apa yang ditukar atau dibelinya dengan uang, sehingga investasi emas bisa dianggap lebih efektif untuk memulai anak menanamkan kebiasaan investasi.
“Karena anak cenderung bergantung pada rasa kepemilikan ya. Dan dengan bentuk investasi fisik seperti emas, mereka juga bisa belajar tanggung jawab dengan apa yang dimilikinya,” kata Eko.
Baca juga: Antusiasme Anak Muda Jadi Investor Berliterasi di Hypetalk Generasi Si Paling Investasi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Secara sadar atau tidak, aktivitas yang berhubungan dengan transaksi dan uang akan beriringan dengan pertumbuhan anak menuju dewasa. Oleh karena itu, membiasakan anak untuk menerima, mengatur, dan mengelola manajemen keuangan dengan baik bisa membentuk perilaku bijak finansial pada masa mendatang.
Baca juga: Cara Mudah Tanamkan Literasi Keuangan Pada Anak Sejak Dini
Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini Sutikno menjelaskan, kebiasaan finansial perlu digaungkan sebagai bagian dari kebutuhan krusial anak. Untuk mendidik finansial dengan baik, orang tua harus lebih dahulu mengerti seluk beluk keuangan.
Istilah monkey see, monkey do menggambarkan betapa anak mengobservasi segala tindakan orang terdekatnya termasuk orang tua. Begitu pun dalam aspek keuangan, perilaku dan perspektif orang tua terhadap finansial lebih mudah diserap oleh anak dengan meniru perilaku.
“Bagaimana orang tua memperlakukan uang bisa jadi ditiru oleh anak. Karena bagi anak, apa yang menjadi kebiasan orang tua dan dilihatnya sehari-hari ini jadi caranya juga memperlakukan uang,” katanya.
Untuk itu, literasi keuangan anak sebetulnya sudah bisa dilakukan sejak usia kanak-kanak. Orang tua bisa mulai dengan melibatkan anak dalam kebiasaan-kebiasaan kecil mengenai finansial.
Mike berpendapat, orang tua tak perlu melompat terlalu jauh untuk mengenalkan anak dengan pentingnya finansial. Misalnya, mulai saja dengan kebiasaan menabung. Orang tua bisa menjelaskan urgensi, fungsi, hingga cara kerja menabung yang sederhana kepada anak.
Menurutnya, menabung bisa menjadi ketukan awal bagi anak mengenal seluk beluk finansial sebelum memperkenalkannya kepada pentingnya berinvestasi. Dengan konsep menabung, setidaknya anak mengetahui bahwa uang tak bisa digunakan atau dihabiskan seluruhnya.
Baca juga: Cara Meningkatkan Kebiasaan Literasi Anak
Kapan Waktu Tepat Membiasakan Anak Menabung?
Ilustrasi anak menabung (Sumber gambar: Annie Spratt/Unsplash)
Namun, memasuki usia awal sekolah dasar juga bukan waktu yang terlambat. Idealnya, usia keemasan tersebut menjadi momentum penting untuk membentuk kebiasaan anak, termasuk dalam hal finansial.
Sebuah penelitian dari Center of the Developing Child Harvard University memaparkan kurva respon otak terhadap perubahan, di mana usia anak lebih mudah terhadap pembentukan pemahaman dan kebiasaan. Efeknya lebih besar apabila dibandingkan dengan memulai kebiasaan ketika anak sudah dalam usia remaja atau dewasa.
“Rata-rata anak usia 7 atau 8 tahun sudah mulai muncul keinginan untuk membeli sesuatu. Nah, ini bisa jadi momentum bagi orang tua dalam mengajarkan pentingnya menabung, membuat anak memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan yang seperti apa,” katanya.
Lantas, apa tahap lanjutan setelah membiasakan anak menabung? Buat anak memahami pentingnya menyisihkan uang, kemudian ajarkan mereka memilah kebutuhan dan keinginan. Boleh dibilang, tahap lanjutan setelah memperkenalkan pentingnya menabung adalah mengajak anak perlahan memahami pentingnya berinvestasi. Semakin dini, memperkenalkan pentingnya investasi pun akan makin efektif. Setidaknya, anak memahami bahwa uang tak seluruhnya harus disimpan dalam tabungan.
Pada dasarnya, anak perlu diperkenalkan akan investasi dengan prinsip ‘menunda keinginan masa kini untuk masa depan’. Konsep ini membantu orang tua menerangkan jika aset di masa depan anak nanti begitu diperlukan.
Para ibu dan ayah juga bisa menyenggol topik mengenai alasan dan urgensi berinvestasi di samping aktivitas menabung. Sekali dayung memperkenalkan risiko keuangan yang bisa mendadak terjadi di masa depan, termasuk kejadian-kejadian tak terduga dan ancaman inflasi.
Menurut Eko, akan lebih mudah jika anak berkenalan dengan instrumen investasi berbentuk fisik, misalnya emas. Anak mungkin masih memerlukan penyesuaian dengan rasa kepemilikan terhadap apa yang ditukar atau dibelinya dengan uang, sehingga investasi emas bisa dianggap lebih efektif untuk memulai anak menanamkan kebiasaan investasi.
“Karena anak cenderung bergantung pada rasa kepemilikan ya. Dan dengan bentuk investasi fisik seperti emas, mereka juga bisa belajar tanggung jawab dengan apa yang dimilikinya,” kata Eko.
Baca juga: Antusiasme Anak Muda Jadi Investor Berliterasi di Hypetalk Generasi Si Paling Investasi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.