Pengecekan gejala lupus pada anak. (Sumber foto: Pexels/Mart Production)

Berisiko Tinggi, Simak Cara Deteksi Dini Gejala Lupus Pada Anak

10 May 2024   |   08:14 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Masyarakat di berbagai belahan dunia, setiap 10 Mei memperingati Hari Lupus Sedunia. Mengutip Web MD, Lupus atau systemic lupus erythematous (SLE) merupakan penyakit autoimun yang bisa terjadi ketika tubuh memproduksi antibodi atau kekebalan tubuh berlebihanm

Saat mengalami lupus, sistem kekebalan tubuh seseorang tidak dapat membedakan serangan virus dan bakteri asing dengan sel dan jaringan sehat dalam tubuh. Hal ini menyebabkan kerusakan di berbagai tubuh seperti, kulit, persendian, atau organ dalam.

Baca juga: Fakta Penyakit Lupus Nefritis yang Diidap Shena Malsiana

Hari Lupus Sedunia diperingati sejak 2004, bersamaan dengan didirikannya komunitas lupus di Kanada. Peringatan tersebut awalnya bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit yang disebut autoimun. Seiring waktu, peringatan tersebut mulai dikenal sebagai Hari Lupus Sedunia. Setelah itu, 13 negara ikut menyelenggarakan peringatan Hari Lupus Sedunia dengan memilih warna ungu sebagai simbolnya. 

Ungu diartikan sebagai bentuk ketenangan pikiran dan saraf, membagikan semangat, dan memberikan keberanian untuk bertarung melawan penyakit tersebut. Tak hanya itu, ungu juga dijadikan simbol dukungan untuk para penyintas lupus supaya tetap semangat dan optimis menjalani hari, serta terus berjuang melakukan pengobatan.

Mengutip dari World Lupus Federation, makna peringatan Hari Lupus Sedunia adalah untuk meningkatkan kesadaran orang-orang mengenai dampak penyakit lupus secara fisik, emosional, dan ekonomi di negara mereka. Sebagai upaya untuk mewujudkan misi tersebut, tentunya perlu ada keterlibatan dari berbagai pihak.

Kerja sama antara satu negara dengan negara lainya sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan juga memberi dukungan terhadap orang-orang yang mengidap lupus di negaranya masing-masing. 
 

Deteksi Dini Lupus pada Anak

Mengutip Kemenkes RI, Sebagian besar penderita lupus adalah perempuan dari kelompok usia produktif (15-50 tahun), meski begitu lupus juga dapat menyerang laki-laki, anak-anak, dan remaja. Penyakit lupus sulit untuk dikenali, karena gejalanya sangat beragam. Setiap anak yang mengalami penyakit tersebut sangat mungkin merasakan gejala yang berbeda satu sama lain.

Sebagai upaya menekan tingginya prevalensi lupus, Kementerian Kesehatan mencanangkan program deteksi dini yang disebut dengan Periksa Lupus Sendiri (SALURI). Adapun SALURI dapat dilakukan di Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU), Puskesmas atau di sarana pelayanan kesehatan lainnya dengan cara mengenali gejala-gejala sebagai berikut:

Demam Tanpa Sebab: Pasien sering datang ke rumah sakit karena keluhan demam ringan, hilang timbul, dan terjadi dalam waktu lama bisa berminggu-minggu atau berbulan-bulan tanpa diketahui penyebabnya.

Rasa Lelah Berlebihan: Lupus bisa membuat anak yang awalnya aktif menjadi malas beraktivitas karena tubuhnya yang sangat mudah kelelahan.

Sensitif Terhadap Sinar Matahari: Kulit pegidap lupus mudah mengalami bercak kemerahan apabila terkena sinar matahari, biasanya bersifat permanen

Rambut Rontok: Apabila rambut anak rontok lebih dari 100 helai per hari, bisa jadi merupakan gejala penyakit lupus sehingga perlu diwaspadai.

Ruam Kemerahan: Muncul ruam di wajah yang berbentuk seperti sayap kupu-kupu atau yang disebut dengan butterfly rash (bercak malar). Ada juga ruam lainnya yang berbentuk bulat-bulat di bagian tubuh selain di wajah, misalnya leher, lengan, dan tungkai kaki. Selain itu juga mengalami sariawan yang tidak kunjung sembuh, terutama di atap rongga mulut


Nyeri dan Bengkak pada Sendi: kondisi ini terutama terjadi di sendi-sendi besar, seperti lengan dan tungkai dalam jangka waktu lama. Biasanya disertai dengan buang air kecil yang lebih sedikit dari biasanya, akibat adanya kelainan pada ginjal.

Anak Tampak Pucat: Anak dengan lupus identik dengan kondisi pucat, mudah lelah, lesu, dan memilliki riwayat transfusi darah berulang. Ujung-ujung jari tangan dan kaki juga pucat hingga kebiruan saat udara dingin.

Kelainan Hasil Pemeriksaan Laboratorium (atas anjuran dokter): Anak berisiko mengidap lupus apabila setelah diperiksa terbukti ada anemia (penurunan kadar sel darah merah), leukositopenia (penurunan sel darah putih), trombositopenia (penurunan kadar pembekuan darah), hematuria dan proteinuria (darah dan protein pada pemeriksaan urin), positif ANA dan atau Anti ds-DNA.

Apabila pasien mengalami minimal empat gejala dari yang disebutkan di atas, maka dianjurkan untuk segera melakukan konsultasi dengan dokter di Puskesmas atau rumah sakit agar dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Dokter spesialis anak akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti tes darah, urine, foto rontgen dada, dan pemeriksaan jantung (ekokardiografi) untuk mendapatkan diagnosis pasti.

Baca juga: Ilmuwan Jerman Temukan Terapi Terbaru untuk Pasien Lupus Capai Remisi Lebih Cepat

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Eksklusif Arsitek Jacob Gatot Surarjo: Menghidupkan Bangunan, Komunitas & Kreativitas

BERIKUTNYA

4 Jalur PPDB 2024 di Jakarta, Masih Ada Zonasi dan Perpindahan Tugas Orang Tua

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: