Hari Lupus Sedunia 2023: Mengenal Lebih Dekat Gejala dan Pemicu Penyakit Autoimun Ini
10 May 2023 |
13:35 WIB
Setiap tahun, dunia memperingati Hari Lupus Sedunia (World Lupus Day) pada 10 Mei. Peringatan itu guna meningkatkan kesadaran banyak orang terhadap penyakit dan dampak yang ditimbulkan terhadap penderitanya.
Dirangkum dari berbagai sumber, informasi tentang kepastian pembuat atau insiator Hari Lupus Dunia berbeda-beda. Laman National Today dan Days of the Year menuliskan bahwa komunitas Lupus Kanada mencetuskan Hari Lupus Sedunia pada 2004 silam. Sementara worldlupusfederation.org menuliskan Federasi Lupus Dunia (World Lupus Federation) adalah pencetus hari peringatan itu.
Terlepas dari siapa yang memulai, Federasi Lupus Dunia mendesak masyarakat global untuk meningkatkan kesadaran dan berbagai fakta tentang penyakit lupus.
Baca juga: Ilmuwan Jerman Temukan Terapi Terbaru untuk Pasien Lupus Capai Remisi Lebih Cepat
Menurut Kementerian Kesehatan, lupus adalah penyakit radang atau autoimun yang berupa kondisi sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang tidak mampu membedakan substansi asing dengan sel dan jaringan tubuh sendiri.
Keadaan tersebut membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh sendiri yang sehat. Peradangan akibat kondisi ini dapat memengaruhi berbagai organ tubuh, seperti kulit, ginjal, otak, sel darah, paru-paru, jantung, dan persendian.
Lupus merupakan penyakit inflamasi sistemis autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya. Meskipun begitu, faktor risiko seperti genetik, imunologis dan hormonal, serta lingkungan diduga memegang peran penting sebagai pemicunya.
Dari sisi faktor genetik, sekitar 7 persen pasien Lupus Eritematosus Sistemik (LES) memiliki keluarga dekat, baik itu orang tua atau saudara kandung yang juga didiagnosis LES. Sementara faktor lingkungan menyangkut infeksi, stres, makanan, antibiotik, cahaya ultraviolet, penggunaan obat-obatan tertentu, merokok, dan paparan kristal silika.
Adapun, terkait faktor hormonal, perempuan pada umumnya lebih sering terkena penyakit lupus jika dibandingkan dengan laki-laki. Peningkatan angka pertumbuhan penyakit ini sebelum periode menstruasi atau selama kehamilan mendukung dugaan hormon estrogen menjadi pencetusnya.
Penyakit yang dikenal sebagai penyakit dengan nama Seribu Wajah itu memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain sehingga sulit untuk dideteksi. Kemudian, kementerian menuliskan tingkat keparahan penderita beragam, dari ringan sampai mengancam jiwa.
“Gejala lupus dapat timbul secara tiba-tiba atau berkembang perlahan. Pasien lupus dapat mengalami gejala yang bertahan lama atau bersifat sementara sebelum akhirnya kambuh lagi. Kesulitan dalam upaya mengenali lupus sering kali mengakibatkan diagnosis dan penanganan yang terlambat,” tulis kementerian.
Meskipun demikian, tanda utama kondisi lupus berupa ruam wajah yang menyerupai sayap kupu-kupu. Selain itu, gejala lainnya yang harus diperhatikan adalah demam lebih dari 38 derajat celsius dengan sebab yang tidak jelas.
Kemudian, rasa lelah dan lemah berlebihan, sensitif terhadap sinar matahari, rambut rontok, ruam kemerahan di kulit, seriawan yang tidak kunjung sembuh, terutama di atap rongga mulut, rasa nyeri dan bengkak pada persendian terutama di lengan dan tungkai, menyerang lebih dari dua sendi dalam jangka waktu lama.
Tidak hanya itu, gejala lain yang juga perlu menjadi perhatian adalah ujung-ujung jari tangan dan kaki pucat hingga kebiruan saat udara dingin, rasa nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik napas panjang, kejang atau kelainan saraf lainnya, dan kelainan hasil pemeriksaan laboratorium atas anjuran dokter.
Baca juga: Rambut Rontok Bisa Jadi Gejala Lupus
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Dirangkum dari berbagai sumber, informasi tentang kepastian pembuat atau insiator Hari Lupus Dunia berbeda-beda. Laman National Today dan Days of the Year menuliskan bahwa komunitas Lupus Kanada mencetuskan Hari Lupus Sedunia pada 2004 silam. Sementara worldlupusfederation.org menuliskan Federasi Lupus Dunia (World Lupus Federation) adalah pencetus hari peringatan itu.
Terlepas dari siapa yang memulai, Federasi Lupus Dunia mendesak masyarakat global untuk meningkatkan kesadaran dan berbagai fakta tentang penyakit lupus.
Baca juga: Ilmuwan Jerman Temukan Terapi Terbaru untuk Pasien Lupus Capai Remisi Lebih Cepat
Menurut Kementerian Kesehatan, lupus adalah penyakit radang atau autoimun yang berupa kondisi sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang tidak mampu membedakan substansi asing dengan sel dan jaringan tubuh sendiri.
Keadaan tersebut membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh sendiri yang sehat. Peradangan akibat kondisi ini dapat memengaruhi berbagai organ tubuh, seperti kulit, ginjal, otak, sel darah, paru-paru, jantung, dan persendian.
Lupus merupakan penyakit inflamasi sistemis autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya. Meskipun begitu, faktor risiko seperti genetik, imunologis dan hormonal, serta lingkungan diduga memegang peran penting sebagai pemicunya.
Dari sisi faktor genetik, sekitar 7 persen pasien Lupus Eritematosus Sistemik (LES) memiliki keluarga dekat, baik itu orang tua atau saudara kandung yang juga didiagnosis LES. Sementara faktor lingkungan menyangkut infeksi, stres, makanan, antibiotik, cahaya ultraviolet, penggunaan obat-obatan tertentu, merokok, dan paparan kristal silika.
Adapun, terkait faktor hormonal, perempuan pada umumnya lebih sering terkena penyakit lupus jika dibandingkan dengan laki-laki. Peningkatan angka pertumbuhan penyakit ini sebelum periode menstruasi atau selama kehamilan mendukung dugaan hormon estrogen menjadi pencetusnya.
Penyakit yang dikenal sebagai penyakit dengan nama Seribu Wajah itu memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain sehingga sulit untuk dideteksi. Kemudian, kementerian menuliskan tingkat keparahan penderita beragam, dari ringan sampai mengancam jiwa.
“Gejala lupus dapat timbul secara tiba-tiba atau berkembang perlahan. Pasien lupus dapat mengalami gejala yang bertahan lama atau bersifat sementara sebelum akhirnya kambuh lagi. Kesulitan dalam upaya mengenali lupus sering kali mengakibatkan diagnosis dan penanganan yang terlambat,” tulis kementerian.
Meskipun demikian, tanda utama kondisi lupus berupa ruam wajah yang menyerupai sayap kupu-kupu. Selain itu, gejala lainnya yang harus diperhatikan adalah demam lebih dari 38 derajat celsius dengan sebab yang tidak jelas.
Kemudian, rasa lelah dan lemah berlebihan, sensitif terhadap sinar matahari, rambut rontok, ruam kemerahan di kulit, seriawan yang tidak kunjung sembuh, terutama di atap rongga mulut, rasa nyeri dan bengkak pada persendian terutama di lengan dan tungkai, menyerang lebih dari dua sendi dalam jangka waktu lama.
Tidak hanya itu, gejala lain yang juga perlu menjadi perhatian adalah ujung-ujung jari tangan dan kaki pucat hingga kebiruan saat udara dingin, rasa nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik napas panjang, kejang atau kelainan saraf lainnya, dan kelainan hasil pemeriksaan laboratorium atas anjuran dokter.
Baca juga: Rambut Rontok Bisa Jadi Gejala Lupus
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.